Terjun Bebas, Harga Singkong di Lampura Hanya Rp663 per Kilogram

Petani di Lampung panen singkong (Ilustrasi)
Bagikan/Suka/Tweet:

Feaby|Teraslampung.com

Kotabumi–Harga singkong di pasaran terus terjun bebas sejak akhir tahun 2015 silam. Dari Rp1.500/kilogramnya, kini harga singkong hanya dihargai Rp663/Kg di pasaran atau turun hingga lebih dari 100 persen.

Anjloknya harga singkong hingga 100 persen ini tak pelak membuat para petani singkong di Lampung Utara menjerit. Sebab, kerja keras mereka selama ini seakan sia – sia dan tak terbayar akibat menderita kerugian yang cukup besar. Sayangnya, belum ada langkah konkret dari pemerintah baik pusat maupun Pemkab untuk mengatasi kerisauan para petani tersebut.

“Sejak Desember 2015 silam, harga singkong terus anjlok. Dari Rp1.500/kilonya, kini harganya turun hingga Rp663 atau dengan kata lain harganya turun lebih dari‎ 100 persen,” keluh koordinator Gabungan Petani Singkong Indonesia (Gapesi) Lampung Utara, Achmad Natsir, Sabtu (10/9/2016).

Petani singkong di Kecamatan Abung Timur‎ ini menuturkan, terus anjloknya harga singkong bak buah simalakama bagi para petani di daerahnya. Jika dipanen dan dijual dengan harga segitu, tentu para petani akan menderita kerugian besar. Begitu pun sebaliknya jika tak dijual.

“Dipanen salah, enggak dipanen salah. Jadi serba salah. Saat ini, kami hanya bisa menunggu sembari berharap harga dapat kembali normal,” terusnya lagi.

‎Para pengurus Gapesi Lampung berkumpul untuk mencari solusi terbaik terkait anjloknya harga singkong belakangan ini
‎Para pengurus Gapesi Lampung berkumpul untuk mencari solusi terbaik terkait anjloknya harga singkong belakangan ini

Menurut A. Natsir, memang masih ada cara bagi para petani seperti dirinya ini untuk mengatasi kerugian akibat anjloknya harga itu. Solusinya adalah dengan mengolah singkong mentah menjadi bahan setengah jadi atau produk siap kosumsi seperti gaplek, chip mocaf, beras analog. Namun, kebanyakan petani enggan memilih solusi tersebut karena akan kembali mengeluarkan biaya lebih dan diperparah dengan kondisi cuaca.

“Kalau mau diolah menjadi bahan setengah jadi atau olah, kami harus keluar duit lagi. Belum lagi, kondisi cuaca saat ini yang tak begitu mendukung,” papar dia.

Mirisnya, masih kata pria yang disapa Aceng ini, belum ada langkah konkret apa pun yang dilakukan oleh pemerintah khususnya Pemkab untuk menyelamatkan para petani singkong. Padahal, singkong merupakan bagian dari tanaman pangan yang kontribusinya terhadap perolehan Pendapatan Asli Daerah (PAD) tak dapat dipandang sebelah mata. ‎Seyogianya, baik Gubernur atau Bupati menerbitkan peraturan yang mengatur tentang harga terendah singkong‎ agar harga singkong dapat terkatrol.

“Idealnya, harga singkong itu paling tidak ada di kisaran Rp1.000/Kg-nya. Gapesi di daerah maupun di Provinsi akan menyuarakan keluhan dan harapan petani agar ada solusi cepat terkait persoalan ini,” terangnya.