Sastra  

Sebanyak 15 Penulis Indonesia Lolos Seleksi UWRF 2014

Bagikan/Suka/Tweet:

Isbedy Stiawan ZS/Teraslampung.com

DEWAN kurator Ubud Writers and Readers Festival (UWRF) 2014, menetapkan 15 penulis Indonesia untuk mengikuti festival sastra internasional terbesar di Indonesia, 1-5 Oktober mendatang di Ubud, Bali. UWRF tahun ini adalah ke sebelas kalinya, dan mengusung tema “Saraswati: Pengetahuan dan Kebijaksanaan.

Demikian dikatakan pendiri dan Direktur UWRF Janet DeNeefa dalam rilisnya yang diterima Teraslampung.com, Minggu (11/5).

Menurutu Jenet Ke-15 penulis itu terpilih dari 529 penulis dari 125 kota di 27 provinsi yang mengirimkan karyanya ke panitia.

“Saya merasa sangat gembira melihat hasil proses kurasi ini yang mencerminkan betapa besarnya potensi penulis muda Indonesia di berbagai belahan nusantara,” ujar dia.

Ada pun ke-15 penulis tersebut adalah Raisa (Yogyakarta), Absurditas Malka (Bandung), Bambang Kariyawan Ys (Pekanbaru), Bunyamin Fasya (Bandung), Dias Novita Wuri (Tangerang), Erni Aladjai (Makassar), Fadel Ilahi El-Dimisky (Probolinggo).

Kemudian Faisal Oddang (Makassar), Ishack Sonlay (Kupang), Maggie Tiojakin (Jakarta), Ninda Daianti (Jakarta), Regi Sastra Sena (Sukabumi), Rio Fitra SY (Padang), S Metron Masdison (Padang) dan Sulfiza Ariska (Yogyakarta).

Penetapan nama penulis terpilih dilakukan oleh Dewan Kurator UWRF 2014 dalam sidangnya awal minggu ini di Ubud, Bali. Dewan kurator UWRF tahun ini terdiri atas Ahmad Fuadi, sastrawan Indonesia yang novel-nya Negeri 5 Menara menjadi best-seller, diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris serta telah difilmkan, Debra Yatim, penyair yang juga aktivis hak perempuan, serta Ketut Yuliarsa, penyair, pemusik, dan penulis naskah yang bermukim di Ubud dan Australia.

Debra Yatim mengatakan proses seleksi ini membuktikan anggapan bahwa masyarakat Indonesia bukan masyarakat pembaca tidak seluruhnya benar.

“Tiap tahun proses seleksi UWRF selalu diikuti oleh ratusan penulis. Darimana datangnya penulis ini kalau bukan dari tengah-tengah masyarakat pembaca yang aktif,”

Sementara Ahmad Fuadi mengaku mengalami kekagetan yang menyenangkan saat membaca karya-karya para penulis yang mengikuti proses seleksi.

“Ada begitu banyak karya-karya bagus dari penulis yang bukan dari daerah-daerah yang selama ini dikenal sebagai ‘pusat’ sastra Indonesia, tetapi dari daerah-daerah “pinggiran”. Dan karya-karya ini tampil dengan bahasa yang ‘berotot’, yang mampu bergulat dan bersaing dengan karya-karya dari “pusat”,” ujarnya.

Ketut Yuliarsa memuji kemampuan para penulis muda untuk menampilkan muatan-muatan lokal dari kekayaan tradisi mereka masing-masing secara jernih dan menarik.

“Ke-15 penulis yang terpilih ini adalah mereka yang kami nilai memiliki potensi yang sangat besar untuk berkembang lebih baik di masa mendatang,”

Para penulis terpilih tersebut akan diundang dan didanai untuk tampil selama penyelenggaraan UWRF 14, yang akan dihadiri oleh sekitar 100 penulis asing dari 20 negara.

Selain itu, karya-karya para penulis terpilih akan diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dan diterbitkan dalam antologi dwi-bahasa festival. Sejak 2008, UWRF telah menerbitkan enam buku antologi dwi-bahasa.

Manajer Umum UWRF Kadek Purnami menjelaskan, Festival ini didanai bersama oleh UWRF dan HIVOS, lembaga funding internasional yang berbasis di Belanda.

“Untuk menjamin transparansi dan obyektifitas proses kurasi, UWRF selalu mempercayakan kepada dewan kurator yang anggotanya dipilih dari penulis dan akademisi yang berintegritas. Keanggotaan dewan kurator juga selalu diganti setiap tahunnya,” ujar Kadek Purnami.