SABTU malam, 8 Juli 2017, pukul 20.00 WIB. Panggung besar untuk pentas wayang kulit berdiri di Lapangan Daya Murni, Kecamatan Tumijajar, Tulangbawang Barat.
Malam itu tidak hanya Jalan Jenderal Sudirman Tumijajar yang berada di depan Lapangan Daya Murni yang ramai. Jalan di sisi kiri kanan Lapangan Daya Murni juga sesak oleh lalu lalang sepeda motor, mobil, dan pejalan kaku. Warga dari berbagai penjuru desa di Tulangbawang Barat datang berduyun-duyun menuju Lapangan Daya Murni untuk menyaksikan pentas wayang kulit.
Dalang Enthus Susmono rupa-rupanya menjadi magnet bagi ribuan warga Tumijajar untuk berdatangan menyaksikan pentas wayang semalam suntuk di Lapangan Daya Murni.
Karena Lapangan Daya Murni diguyur hujan beberapa jam sebelumnya, rumput di lapangan itu basah. Beberapa bagian lapangan juga becek. Namun, hal itu tidak menyurutkan niat warga yang sebagian besar berasal bersuku Jawa itu untuk menyaksikan pergelaran wayang kulit dengan dalang KJi Enthus Susmono.
Selain tamu penting, ribuan kursi sudah diduduki para penonton. Penonton yang tidak kebagian kursi menggelar tikar, beberapa lapis koran, dan plastik untuk duduk. Mereka jauh-jauh datang ke Lapangan Daya Murni untuk menikmati tontonan tradisional Jawa yang jarang sekali digelar di wilayah Tulangbawang Barat. Mereka merasa cukup puas meskipun hanya menonton wayang lewat layar lebar yang dipasang di sisi kiri dan kanan panggung.
***
Pukul 21.00 WIB gending pembuka sudah dimainkan oleh tim karawitang yang diboyong Ki Enthus dari Kabupaten Tegal, Jawa Tengah. Irama gending yang rancak mengiringi lagu berisi gambaran sosok Arinal Djunaidi, Ketua DPD I Partai Golkar yang akan maju dalam pemilihan Gubernur Lampung pada 2018 mendatang.
Irama gending mengalun, berulang-ulang. Penonton terus berdatangan. Pentas akan dimulai jika Arinal Djunaidi telah tiba di lokasi dan menyapa ramah para penonton.
Arimal Djunaidi adalah tuan rumah pergelaran wayang tersebut. Ia menggelar pentas wayang untuk bisa berkomunikasi langsung dengan masyarakat Tumijajar dan meminta doa restu terkait pencalonannya dalam Pilgub Lampung.
Lapangan makin penuh penonton. Hingga jarum jam yang menunjuk angka sembilan tergelincir ke kanan, Arinal belum juga datang. Namun, penonton tetap bertahan.
Mereka setia menunggu, sambil menyimpan rapat-rapat kupon undian di saku atau dompet. Kupon itulah yang pada pertengahan dan akhir pertunjukan akan diundi. Yang beruntung bisa mendapatkan hadiah sepeda motor, kambing, dan uang tunai. Ada tiga sepeda motor, tiga kambing, dan uang tunai Rp 15 juta yang akan diundi dan ditunggu-tunggu ribuan penonton.
Sekitar pukul 22.00 WIB pembawa acara mengumumkan Arinal Djunaidi dan rombongan tiba. Begitu memasuki lapangan, sambil berjalan menuju kursi di depan panggung, Arinal menyalami penonton satu per satu. Sementara pembawa acara mengajak para penonton menyanyikan lagu dengan syair: Arinal siapa yang punya/Arinal siapa yang punya/Yang punya kita semua//Arinal siapa yang punya/Arinal siapa yang punya/Yang punya rakyat Lampung//.
Nyanyian dengan syair seperti itu baru berhenti setelah Arinal dan rmbongan yang terdiri atas para petinggi Partai Golkar duduk di kursi yang sudah disediakan. Beberapa saat kemudian, Arinal pun maju menghadap ke arah penonton untuk menyampaikan sambukan dan menyapa para penonton.
Pertunjukan wayang dengan lakon Wahyu Pancasona atau Subali-Sugriwa pun dimulai ketika Arinal selesai berpidato.
***

Sejak berniat maju dalam Pilgub Lampung 2018, Arinal Djunaidi gencar menggelar pentas wayang kulit bertabur hadiah sepeda motor, kambing, dan uang tunai. Pentas di Lapangan Daya Murni merupakan kali keenam belas bagi Arinal dan Tim Jaya menggelar petunjukan wayang kulit dengan dalang Ki Enthus Susmono. Sebelumnya, Arinal dan Tim Jaya sudah menggelar 15 pergelaran di seantero wilayah Lampung. Antara lain di Lampung Selatan, Lampung Utara, Bandarlampung, Lampung Barat, Way Kanan, Tanggamus.
Urutan acara pentas sudah diatur dengan baku: Arinal datang ke lokasi wayangan disambut penonton, Arinal menyapa penonton dengan pidato, serta pengundian kupon di tengah dan akhir pertunjukan.
Lokasi yang dipilih untuk menggelar pentas wayang kulit adalah daerah yang penduduknya terdiri atas mayarakat beretnis Jawa. Warga suku Jawa yang tinggal di berbagai wilayah di Lampung itu ada yang keturunan program kolonikasi pada zaman penjajahan Belanda, anak keturunan program transmigrasi pada era Orde Baru, maupun pendatang yang hijrah ke Lampung karena bermigrasi untuk bekerja di tanah baru.
Meskipun sasarannya masyarakat Jawa di Lampung, pentas wayang kulit yang digelar Arinal Djunaidi tidak hanya dihadiri penonton yang berasal dari suku Jawa dan bisa berbahasa Jawa. Banyak pula penonton dari etnis Lampung, Sunda, Minang, Semendo, Batak, Banten, Bugis, dan lain-lain. Banyak pula di antara penonton non-Jawa itu yang sudah biasa menikmati tontonan wayang kulit dan bisa berbahasa Jawa.
Oyos Saroso H.N.