Ada Satu Prosedur yang tidak Dijalankan AirAsia

Bagikan/Suka/Tweet:
Pesawat AirAsia (dok)

JAKARTA, Teraslampung.com – Kecelakaan pesawat AirAsia QZ8501 diduga salah satunya disebabkan adanya prosedur yang ditaati oleh AirAsia. Hal itu terungkap dari inspeksi mendadak yang dilakukan Menteri Perhubungan Ignasius Jonan ke kantor pusat Indonesia AirAsia di daerah Cengkareng, Tangerang, Banten. Di kantor tersebut, Jonan dikabarkan marah besar karena AirAsia tidak mematuhi satu prosedur.

“Pak Jonan marah-marah di kantor AirAsia. Marah besar,” ungkap Hadi M Djuraid, Staf Khusus Menteri Perhubungan, seperti dilansir detikcom, Jumat (2/1/2015).

Hadi mengatakan, selama di kantor AirAsia  Jonan meninjau prosedur yang dilaksanakan sebelum sebuah pesawat diterbangkan. Dari situ diketahui bahwa AirAsia melewatkan satu tahapan.

“Menjelang keberangkatan, pilot seharusnya mendapat briefing secara langsung oleh Flight Operation Officer (FOO) khususnya mengenai cuaca. Tapi AirAsia selama ini cuma mengandalkan website BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika),” kata Hadi.

Karena dilewatinya prosedur itulah Menhub marah besar. Menhub kemudian meminta AirAsia untuk mematuhi seluruh prosedur, dan bila ada pelanggaran maka pemerintah bisa saja memberi tindakan tegas.

Jonan mengancam, kalau ada aturan yang tidak patuh, dirinya bisa mencabut izin.

Ke depan, menurut Hadi, pihak AirAsia berjanji untuk mematuhi aturan ini. “Bahkan salah seorang pilot senior di AirAsia mengatakan lebih enak di-briefing langsung secara fisik,” ujarnya.

Soal cuaca, sebelumnya diketahui ada surat beredar dari Kepala BMKG Andi Eka Sakya kepada Menhub bahwa pihak AirAsia baru mengambil bahan informasi cuaca dari stasiun BMKG Juanda Surabaya setelah ada kejadian hilang kontak pada Minggu (28/12/2014). BMKG Juanda membenarkan informasi yang ada dalam surat itu.

“Iya, betul. Baru diambil pukul 07.00 WIB,” jawab Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Bandara Juanda Bambang Setiajid saat dikonfirmasi detikcom, Senin (2/1/2014).

Sementara AirAsia QZ8501 rute Surabaya-Singapura, menurut AirNav Indonesia, sudah tidak merespons panggilan ATC pada pukul 06.14 WIB.

Bambang menjelaskan, setiap hari stasiun BMKG Juanda Surabaya menyiapkan berkas peta cuaca sejak pukul 04.00 WIB dan diperbarui terus setiap 3 jam. Namun Bambang menambahkan bahwa BMKG bukanlah satu-satunya penyedia layanan informasi cuaca bagi maskapai penerbangan dan pilot.

“Perlu diketahui bahwa informasi cuaca itu bukan hanya dari BMKG, bisa dari Singapura, Australia, pada akhirnya kontennya sama. Kita bertukar data juga. Dari sisi itu saya yakin bahwa penerbang tidak mungkin terbang tanpa membawa informasi cuaca,” tambahnya.

Jadi, bisa jadi AirAsia tidak mengambil peta cuaca BMKG namun dari provider layanan cuaca lainnya?

“Ya begitu. Karena dia mengambil terlambat, tapi bukan berarti pilot tak memiliki informasi cuaca,” jawab Bambang.

Bambang membenarkan bahwa surat yang beredar dari Kepala BMKG ke Menhub itu benar adanya. “Ya itu kan laporan ya. Kronologi. Memang betul,” jawab Bambang saat ditanya kebenaran isi surat yang beredar itu.

Sumber: detik.com