Andi Arief: Media Sosial Bisa Jadi Kekuatan Prabowo

Wakil Sekretaris Jenderal Partai Demokrat Andi Arief seusai menghadiri perayaan hari jadi Partai Demokrat yang ke-17 dan ulang tahun Susilo Bambang Yudhoyono yang ke-69 di Jalan Mega Kuningan Timur VII, Jakarta Selatan, Ahad, 9 September 2019. TEMPO/Budiarti Utami Putri.
Bagikan/Suka/Tweet:

TERASLAMPUNG.COM — Politikus Partai Demkorat, Andi Arief, menyarankan calon presiden Prabowo Subianto lebih bersabar dalam menghadapi media massa.

Andi paham atas kemarahan Prabowo kepada media, namun kata dia, masih banyak upaya yang dapat dilakukan, salah satunya menggunakan media sosial.

Andi menilai ada kemunduran pers pada era kepemimpinan Joko Widodo atau Jokowi dibandingkan dengan era Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Menurut dia, SBY yang berlatar belakang militer, memberikan kebebasan pers. Ia menduga hal itulah yang memicu kekesalan Prabowo.

“Mungkin Pak Prabowo kesal, kok di zaman presidennya sipil seperti sekarang, pers bisa mengalami kemunduran,” kata Andi melalui keterangan tertulis yang diterima Tempo, Kamis 6 Desember 2018.

Ia mengatakan Prabowo harus lebih bersabar dengan kondisi ini. Kondisi yang dimaksudkan Andi adalah dugaannya terkait media massa arus utama yang banyak berpihak kepada Jokowi pada pemilihan presiden 2019 ini.

Menurut politikus asal Lampung ini, masih ada media sosial yang bisa digunakan sebagai alternatif untuk melawan arus utama media massa.

Andi mengklaim  kini di Indonesia setidaknya ada 13,4 juta jiwa yang aktif menggunakan media sosial. Andi menilai karakteristik para pengguna media sosial ini cukup agresif, dan agresivitas ini dapat mereka gunakan.

Ia membandingkan upaya menggerakan media sosial ini sama seperti penggunaan media alternatif bawah tanah ketika era Presiden Soeharto, di zaman Orde Baru.

“Dulu era Pak Harto semua media dikuasai, (tapi) tidak berdaya menghadapi sebaran dan pionir internet,” kata dia.

Andi menambahkan, gerakan serupa pernah terjadi di Iran, menyebarkan propaganda menggunakan mesin photocopy, atau di Filipina dengan menyebarkan pesan singkat.

Sebelumnya, Prabowo sempat naik pitam ketika menghadiri acara peringatan Hari Disabilitas Internasional di Jakarta, Rabu 5 Desember 2018. Prabowo protes media tidak menyebutkan angka yang tepat, ketika memberitakan jumlah massa yang menghadiri acara Reuni 212 pada 2 Desember lalu.

Prabowo Subianto, menuding media telah memanipulasi demokrasi. “Media-media mengatakan dirinya obyektif, bertanggung jawab untuk membela demokrasi, padahal justru mereka ikut bertanggung jawab menjadi bagian dari usaha manipulasi demokrasi.”

Tempo.co