Antologi “Jalan Sunyi” Isbedy Stiawan ZS Menghimpun 60 Sajak

Isbedy Stiawan ZS (FotoIstimewa): 
Isbedy Stiawan ZS (Foto Istimewa): 
Bagikan/Suka/Tweet:

BANDARLAMPUNG, Teraslampung.com Penyair Isbedy Stiawan ZS makin produktif. Setelah menerbitkan antologi puisi Pagi Lalu Cinta , pada Juni 2015 lalu, kini Isbedy menerbitkan antologi puisi bertajuk Jalan Sunyi. 

Buku terbaru penyair yang oleh HB Jassin disebut sebagai “Paus Sastra Lampung”  ini menghimpun 60 sajak yang ditulis dua tahun sepanjang bulan suci Ramadhan (2014/2015).
“Entah mengapa, saat Ramadhan saya begitu tergoda untuk menulis puisi. Sentuhan estetik dan puitik yang religius begitu menggebu,” tutur ayah dari 6 anak ini.
Isbedy mengaku, godaan puitiknya kerap datang di saat-saat jelang sahur, tapi ada juga saat tengah hari maupun mendekati berbuka puasa.
“Rasanya sedih kalau imaji dan atau sense of poetic muncul, tidak saya sambut,” imbuh Isbedy yang juga menulis cerpen (prosa), esai, dan karya jurnalistik ini.
Menyinggung penerbitan Kitab Puisi Jalan Sunyi, Isbedy mengatakan, dapat dukungan pembiayaan penuh dari Heri Mulyadi, mantan anggota DPRD Kota Bandarlampung dari PKS.
Ditambahkan Isbedy, pertemuan tanpa direncanakan dengan kawan lama di jurnalistik itu, membuahkan keinginan kolomnis Heri Mulyadi yang kini pengusaha di PT Zakwan Agrindo Perkasa untuk bekerjasama menerbitkan Jalan Sunyi tersebut.
“Bahkan, saya meminta Heri Mulyadi membuat pengantar penutup untuk kitab puisi saya itu, dan ia berkenan,” ujarnya.
Selain dukungan pembiayaan dari Heri Mulyadi, Kitab Puisi Jalan Sunyi ini juga berkolaborasi untuk sampul buku dengan penyair dan pimpinan pondok pesantrean di Jawa Barat, Ahmad Faisal Imran.
“Faisal tak hanya dikenal penyair, ia juga kiyai pemimpinan pondok pesantrean, dan pelukis. Saya berterima kasih ia mau mendukung juga,” jelas penyair yang awal September ke Malaysia mengikuti Festival Penyair ASEAN ini.
Isbedy berencana meluncurkan Kitab Puisi Jalan Sunyi dalam sebuah acara, kemungkinan serangkaian merayakan Idul Adha.
“Semoga saja terlaksana, semoga ada donasi,” kata dia.
Sebuah puisi dari 60 karya terhimpun dalam kitab puisi ini, seperti ini:
kukuhkan aku
dari jalanmu
hitamkan pandanganku
dari melihat segala
yang petaka
di ini
petang
betapa rapuh
jika tanpa cinta
begitu lapar
kalau tiada getar
dan haus ini
segerakan hapus
meski di belakangmu
aku tak ingin khianat:
“kalau tak ada yang tahu,
lalu di mana Tuhan?”1)
 
1)        pertanyaan/pernyataan seorang bocah penggembala