Pada edisi Rabu, 21 Mei 2014, metrotvnews.com menulis berita berjudul “Jokowi Bikin Para Menteri Terpelongo”. Pada teras berita ditulis: Pesona Joko Widodo ternyata mampu membuat para menteri terpelongo. Gubernur DKI Jakarta ini bicara visi misi di depan Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi, Menteri Keuangan Chatib Basri, Menteri Perekonomian Chairul Tanjung dan Gubernur BI Agus Martowardoyo saat menghadiri Rakornas V Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) 2014.
Saya belum menemukan kata atau istilah terpelongo dalam KBBI. Kalaupun kata itu muncul di KBBI, sudah pasti akan bikin geli. Apalagi jika kata itu dilisankan dalam siaran berita atau laporan di media televisi.
Bisa diyakini, penulis berita atau editor berita tersebut terbiasa dengan bahasa Jawa. Dalam bahasa Jawa memang ada kata mlongo. Itu adalah kata kerja yang dalam bahasa Indonesia berarti terpana dengan mulut menganga. Dalam guyon sehari-hari komunitas masyarakat Jawa tertentu mungkin juga memakai istilah terpelongo sebagai candaan bahasa gado-gado untuk menggambarkan orang yang terpana.
Sebenarnya, berita metronews.com itu tidak begitu mengganggu jika kata terpelongo diganti menjadi terpana. Sehingga, judul beritanya menjadi “Jokowi Bikin Para Menteri Terpana”. Bisa juga terpana diganti dengan kagum sehingga judul berita tersebut menjadi “Jokowi Bikin Para Menteri Kagum”. Terpana atau kagum yang terlalu memang kerap membuat orang mulutnya ternganga. Dalam bahasa Jawa, mulut ternganga berarti mlongo. Namun, dalam bahasa Jawa, mlongo tidak selalu karena kagum.
Kata lain yang kurang lebih berarti terpana dan dipakai penutur bahasa Indonesia adalah terlolong-lolong. Kata terlolong-lolong memang ada dalam KBBI. Ia adalah kata kerja yang berarti menangis memekik-mekik. Kata terlolong-lolong berasal dari kata dasar lolong yang berarti raung. Melolong berarti meraung seperti anjing. Baik lolong, melolong, maupun terlolong-lolong mengandaikan ada suara. Artinya , tidak ada anjing yang melolong tanpa suara.
Beberapa waktu lalu ada pemilik akun di Facebook menulis: Saya sempat terlongong-longong ketika ada dosen bergelar doktor ternyata mendukung Indonesia sebagai negara kilafah menyebarkan isu SARA.
Tepatkah pemaikaian kata terlongong-longong dalam kalimat itu? Mungkinlkah maksud kata terlongong-longong adalah terkaget-kaget, terkejut, atau terpana? Tidak cukupkah dengan memakai kata heran untuk menggambarkan yang dilakukan dosen bergelar doktor itu tidak masuk akal atau tidak selayaknya?
Kita tidak menemukan kata terlongong-longong dalam KBBI. Namun, kata itu lumayan banyak dipakai di medsos. Bahkan ada sebuah website yang mengartikan kata terlongong-longong sebagai tercengang-cengang; terbengong-bengong. Meski sudah sering dipakai di medsos, ada baiknya jika kata yang tidak baku itu tidak dipakai dalam praktik bahasa Indonesia. Hal itu sama kasusnya dengan kata terpelongo yang dipakai metronews.com.
Media online di Indonesia yang menggunakan bahasa Indonesia tetap dituntut memakai bahasa Indonesia jurnalistik yang baik. Komunikatif penting. Sedikit penyimpangan untuk kepentingan mengejar kata kunci agar dinilai bagus oleh mesin pencari Google mungkin masih bisa ditoleransi. Namun, itu bukan berarti wartawan dan editor media online sesuka hati memakai bahasa Indonesia.
Oyos Saroso H.N.