Jejak  

Arti Warna dan Pemakaian “Kebung Tikhai” dalam Acara Adat Lampung

Mashayati (65) menunjukkan ciri Kebung Tikhai yang digunakan untuk acara adat khitanan, disebut Kebung ketupat biasa atau yang biasa dipakai untuk umum. Motif Kebung ini tetap ada motif ketupat, tapi ada tanda pembatas atau sekat-sekatnya di bagian kanan dan kiri serta bagian atas bawahnya.
Bagikan/Suka/Tweet:

Zainal Asikin | Teraslampung.com

LAMPUNG SELATAN — Dalam adat Lampung Pesisir dan Saibatin, pemakaian simbol-simbol warna diatur pada saat acara tayuhan (pesta) adat, baik saat pengangkatan sebatin, perkawinan, acara khitanan, maupun acara adat ainnya. Begitu pula warna Kebung Tikhai (kain penutup dinding) atau Kawikh (kain di langit-langit), sarung kasur, sarung bantal, penutup talam, dan lainnya.

Warna putih digunakan oleh sebatin. Jika sebatin melakukan acara tayuhan (pesta), warna Kebung Tikhai yang digunakan banyak warna putih disamping dari warna kuning dan merah. Hal itu menunjukkan, sebagai tempat penghejongan atau duduk kebumian sebatin-sebatin yang diundang.

BACA: Perajin “Kebung Tikhai” dari Kota Dalam, Penjaga Warisan Leluhur Adat Lampung

Sedangkan warna kuning, untuk para raja jukkuan, dan warna merah untuk para khadin dan minak dan lainnya. Biasanya, sebatin yang diundang duduk bersama raja-raja jukkuan-nya di kebung tikhai putih.

Mashayati (65) menunjukkan ciri Kebung Tikhai yang digunakan untuk acara adat pernikahan, yakni Kebung Saibatin atau juga disebut Lepus yang mana motif Kebung ini tidak ada garis tanda pembatas atau sekat-sekatnya dan bentuknya ketupat semua.

Warna kuning digunakan pada acara tayuhan raja jukkuan dari suatu kesebatinan. Warna kuning tersebut diletakkan di ruang depan tamu undangan dan untuk ruangan dalam tempat maju duduk menggunakan kebung tikhai putih yang menandakan hadirnya sebatin dan ratu dalam acara tersebut. Di samping itu, digunakan kebung tikhai warna merah.

Warna merah digunakan oleh radin, minak dan lain-lain pada saat acara adat lampung. Selain itu penggunaan Kebung Tikhai putih tidak digunakan, hanya ada Kebung Tikhai kuning di ruangan tengah tempat maju (pengantin) duduk. Hal tersebut menandakan, hadirnya raja jukkuan di prosesi adat tersebut karena merupakan anak buahnya (bawahannya).

Mashayati, Mashayati (65), warga Dusun III, Desa Kota Dalam, Kecamatan Sidomulyo, Lampung Selatan, mengungkapkan ada perbedaan dan ciri tersendiri Kebung yang digunakan untuk acara adat pernikahan dan khitanan.

Kebung untuk acara adat pernikahan, yakni Kebung Saibatin atau juga disebut Lepus. Motif Kebung ini tidak ada garis tanda pembatas atau sekat-sekatnya dan bentuknya ketupat semua.

Kebung Tikhai merah.

Sedangkan kebung untuk acara adat khitanan, disebut kebung ketupat biasa. Kebung ini tetap ada motif ketupat, tetapi ada tanda pembatas atau sekat-sekatnya di bagian kanan dan kiri serta bagian atas bawahnya. Kebung ini juga bisa dipakai untuk umum.

“Jadi itulah yang membedakan Kebung yang digunakan untuk acara pesta pernikahan dan khitanan masyarakat adat lampung, meski Kebung itu tetap ada motif belah ketupatnya,”terang nenek tiga cucu ini.