Zainal Asikin/teraslampung.com
BANDARLAMPUNG – Badik yang dipakai Asep Pratama alias Asep Sujana alias Tama (27) untuk menusuk dua anggota Polres Bandarlampung, 5 November lalu, ternyata adalah badik yang sama yang dipakai untuk pembunuhan mahasiswa Akademi Keperawatan (Akper) Bunda Delima Bandarlampung, pada Agustus 2015 lalu. Septian Adhie Rokhie, mahasiswa Akper Bunda Delima asal Kotabumi, tewas dengan luka tusukan badik saat menunggu rumah kos kawannya, menjelang Idul Fitri lalu.
Asep tewas setelah ditembak polisi karena melakukan perlawanan saat hendak ditangkap dan menusuk dua polisi yang hendak menangkapnya.Dua anggota Tekab 308 Polresta Bandarlampung yang ditusuk Asep, Aiptu Safriansyah dan Brigadir Dwi Septanto, saat ini masih dirawat di RS Bhayangkara Lampung.(Baca: Dua Anggota Polresta Bandarlampung Roboh Setelah Ditusuk Residivis).
“Selain sebagai residivis dan spesialis pelaku curat, tersangka Asep juga merupakan DPO pelaku pembunuhan terhadap Septian Adhie Rokhie (21) warga Kotabumi, Lampung Utara, seorang mahasiswa Akademi Keperawatan (Akper) Bunda Delima yang tewas dengan luka tusuk di perut di rumah kos temannya di Jalan Pulau Karimun, Sukabumi, pada Rabu (15/7/2015) malam lalu sekitar pukul 19.00 WIB,” kata Kasat Reskrim Polresta Bandarlampung, Kompol Dery Agung Wijaya, dalam ekspos kasus, Sabtu (7/11).
Menurut Dery, tewasnya Septian pertama kali diketahui oleh tetangga samping kosan yang ketika itu sempat mendengar Septian teriak maling dan melihat diduga sebagai pelaku pergi mengendarai sepeda motor. Septian sudah tak bernyawa lagi, mengalami luka tusuk di perut.
“Saat ditemukan, jasad korban dengan posisi telungkup di lantai depan kos,”ungkapnya.
Di rumah kos itu, lanjut Dery, memang tidak ditemukan adanya barang berharga yang hilang. Namun aksi Asep, dipergoki oleh Septian yang ketika itu menumpang tinggal sementara di tempat kosan temannya bernama Qori yang sedang mudik ke kampung halamannya di Kotabumi, Lampung Utara.
Dari Hasil olah TKP, keterangan beberapa saksi, dan penyelidikan petugas, kata Dery, semua dugaan pelaku pembunuhan mengarah ke tersangka Asep yang berusaha melakukan pencurian di rumah kos tersebut. Karena aksinya diketahui, Asep kemudian menusuk Septian hingga tewas di lokasi kejadian.
“Dugaan kami, tersangka Asep awalnya masuk kedalam kosan dengan mendongkel jendela dan memecahkan kaca jendela. Saat tersangka masuk aksinya diketahui oleh Septian, lalu Asep menusuk Septian setelah itu tersangka kabur menggunakan sepeda motor. Dari oalh TKP, petugas hanya
menemukan satu buah obeng,”jelasnya.
Dikatakannya, barang bukti yang disita dari tersangka pascapenggrebekan, sebilah badik dan sebilah golok. Badik tersebut, yang dipakai tersangka Asep untuk menusuk dua anggota Tekab 308 dengan
membabi buta saat akan menangkap dan membawa tersangka dari rumahnya.
Septian Adhie Rokhie (21) mahasiswa Akper Bunda Delima yang tewas ditusuk tersangka Asep Pratama alias Sujana alias Tama di Jalan Pulau Karimun, Sukabumi, Rabu (15/7/2015) lalu. |
Sedangkan senjata tajam golok ini disita, sempat digunakan untuk melakukan pengancaman terhadap anggota polisi.
“Badik yang disita ini, diduga dipakai juga oleh tersangka Asep untuk menusuk korban Septian hingga tewas. Sementara untuk barang bukti obeng yang ditemukan di lokasi kejadian, diduga digunakan Asep untuk mendongkel jendela,Asep juga tercatat sebagai residivis pelaku pencurian dengan pemberatan (curat) dengan modus bongkar rumah kosong pada tahun 2014 lalu di Sukarame, Bandarlampung,” katanya.
Menurut Dery, selang beberapa bulan setelah dari Lembaga Pemasyarakatan (Lapas), Asep kembali melakukan aksi serupa di tempat kos di Jalan Pulau Karimun, Sukabumi, Sukarame, Bandarlampung.
Dery mengatakan, aksi pencurian dengan modus bongkar rumah yang dilakukan tersangka Asep, pihaknya sedang mengupulkan laporan polisi atau beberapa LP lainnya yang berhubungan dengan kejadian curat. Berdasarkan catatan kepolisian, ada sekitar enam TKP aksi membongkar rumah yang dilakukan tersangka Asep.
“Enam TKP itu semua berada di wilayah Kota Bandarlampung saja. Yaitu di wilayah Sukarame ada empat TKP, lalu di wilayah Kedaton dan Tanjungkarang Timur masing-masing satu TKP. Selain enam TKP itu, kami juga sedang mengumpulkan LP yang lain. Dugaannya lebih dari dari enam
TKP aksi curat yang dilakukan tersangka Asep,”terangnya.