Opini  

Bagaimana Masa Depan Kereta Api Kita?

I.B. Ilham Malik
Bagikan/Suka/Tweet:

Dr. Eng. I.B. Ilham Malik*

Sebagai warga dan juga penumpang kereta api, saya sangat berbahagia karena pada hari ini PT Kereta Api Indonesia (PT KAI) sudah mencapai usianya yang ke 75 tahun. Tentu saja ada banyak harapan yang ingin kita sematkan ke perusahaan milik pemerintah ini. Di sisi lain kita juga tentu bisa melihat rangkaian perjalanan yang telah dilalui oleh PT KAI, lalu kita bisa melakukan evaluasi secara kritis terkait dengan apa yang terjadi dengan sektor transportasi di perkeretaapian.

Sebagai sebuah jenis transportasi yang ada di Indonesia, tentu saja perkeretaapian seharusnya menjadi salah satu jenis transportasi yang diandalkan oleh masyarakat dan kalangan pengusaha. Namun, ternyata angkutan kereta api kita tidak seperti yang terjadi di beberapa negara yang juga mengembangkan transportasi perkeretaapian.

Ketika kita melihat apa yang terjadi di India, di Jepang, dan di China, juga di Eropa, tampaknya apa yang terjadi di Indonesia untuk sektor transportasi perkeretaapiannya masih sangat jauh dari kondisi yang ada di negara-negara tadi. Perbedaan terutama pada soal sarana perkereraapian dan tingkat layanan penumpang dan barang.

Dibanding dengan negara-negara yang saya sebutkan di atas, pekerjaan rumah yang  sangat besar masih harus dihadapi oleh pemerintah dan PT KAI. Hingga saat ini kita bisa melihat bahwa jaringan kereta api kita masih belum bisa mengakses seluruh wilayah utama di berbagai provinsi. Jadi, kalau kita melihat hubungan antar node yang berupa kota kecil dan juga kota sedang, mereka masih dilayani oleh angkutan jalan raya secara dominan. Bukan dihubungkan oleh sistem kereta api.

Kondisi ini menunjukkan bahwa rezim yang ada pada saat ini merupakan bagian dari rezim sebelumnya yang tidak mengembangkan transportasi kereta api agar dapat mengakses seluruh pusat pertumbuhan dan kawasan permukiman yang ada di kota-kota yang ada di Indonesia. Paling tidak seluruh kota sedang dan kota kecil yang ada di Pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Bali, dan Nusa Tenggara terhubungkan oleh sistem angkutan kereta api.

Tampaknya rezim transportasi yang ada di Indonesia memang tidak menjadikan kereta api sebagai alat transportasi andalan untuk mendorong kemajuan ekonomi dan kemudahan akses pergerakan masyarakat. Sektor kereta api masih tertinggal jauh jika dibandingkan dengan pengembangan sektor transportasi lainnya. Meskipun beberapa program sudah diluncurkan oleh pemerintah dan PT KAI  untuk mendorong pengembangan sektor transportasi kereta api ini, namun pada kenyataannya prosesnya masih jauh dari apa yang diharapkan dan apa yang sudah ada di negara-negara maju.

Momentum ulang tahun yang ke-75 perkeretaapian di Indonesia ini harusnya dijadikan sebagai sebuah pijakan ulang untuk melompat lebih tinggi. Kereta api harus menjadi alat transportasi utama di pulau-pulau yang ada di Indonesia. Kereta api harus menjadi alat angkut yang paling dominan dan paling memudahkan perjalanan di Pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi.

Tentu saja ada banyak kendala untuk mewujudkan atau mengembangkan kereta api di Indonesia. Biasanya, keterbatasan anggaran adalah suatu isu yang paling sering muncul dan memang menjadi persoalan yang cukup serius bagi Indonesia.

Selain itu rezim pembangunan transportasi di Indonesia ini masih mengarah ke rezim pembangunan transportasi jalan tol yang memang juga sangat dibutuhkan oleh Indonesia. Dan fenomena ini tampaknya mempertegas cara pikir bahwa pembangunan transportasi itu sangat dipengaruhi oleh visi para pemimpin negara, kalau kita melihatnya dari konteks nasional.

Jadi, kalau kepala negara menginginkan ada pengembangan sektor transportasi berupa kereta api, dan itu menghubungkan seluruh kota-kota ada di pulau-pulau di Indonesia, maka berbagai kebijakan dan juga langkah-langkah menjadi lebih mudah dan cepat. Sebab, hal itu didukung oleh kebijakan dan keinginan kuat dari Presiden. Soal ini kita sudah belajar banyak pada proses pembangunan jalan tol yang ada di Indonesia yang sudah dirintis oleh Presiden Jokowi selama beberapa tahun ini. Seandainya saja semangat dan juga cara yang sama diterapkan oleh pemerintah untuk mengembangkan sektor kereta api, maka kita bisa menduga bahwa masa depan kereta api kita akan menjadi jauh lebih jelas jika dibandingkan dengan kondisi yang ada saat ini.

“Lebih jelas” itu dalam artian ada kemajuan (progress) pembangunan untuk menghubungkan kota-kota orde 1 dan juga 2 yang ada di pulau-pulau terbesar di Indonesia ini. Dan tentu saja kemajuannya  sama kekuatannya dengan progres apa yang sudah dicapai di sektor jalan tol. Namun, seperti yang tadi saya sampaikan, perkembangan jalan tol ini didukung kuat oleh kebijakan dan juga visi kepala negara. Kalau saja visi ini diarahkan untuk pengembangan sektor transportasi kereta api, maka tentu saja progress-nya akan sama cepatnya seperti yang dicapai oleh project besar semacam pembangunan jalan tol di Indonesia.

25 tahun yang akan datang ketika PT kereta api berusia 100 tahun, sama seperti berdirinya negara Indonesia ini, seluruh kota-kota di Indonesia sudah terhubung kan oleh kereta api. Dan kereta api ini juga mendorong pengembangan kawasan pemukiman industri dan juga pariwisata. Ada banyak contoh yang sudah diberikan oleh pengembangan kereta api yang ada di Jepang. Setiap stasiun bukan hanya sebagai tempat transit dan juga kawasan perdagangan dan jasa ataupun juga menjadi TOD semata, tetapi juga menjadi pintu akses untuk ke lokasi objek-objek yang berada di sekitaran stasiun (alami atau pun buatan).

Jadi, kalau misalnya Indonesia ingin mengembangkan kereta api, maka cara bepikirnya bukan hanya soal angkutan orang dan barang saja, tetapi juga sebaiknya menjadikan pengembangan objek wisata perjalanan sebagai orientasi pengembangan kereta api. Apalagi kita tahu bahwa Indonesia ini ada banyak lokasi wisata yang masih membutuhkan kemudahan akses sehingga warga dari berbagai daerah pun bisa datang untuk menikmati keindahan alam Indonesia ini. Dan itu sangat bisa dilakukan oleh kereta api kita.

Terkait dengan bisnis model yang bisa diterapkan di dalam megaproyek pembangunan kereta api nasional ini, nanti harus dipakai betul oleh pemerintah. Maksudnya, agar ketika kereta api sudah di dikembangkan dan sudah menelan biaya investasi yang sangat besar, pihak investor dalam hal ini adalah PT KAI bersama rekannya bisa mendapatkan pemasukan yang baik dari investasi di sektor transportasi kereta api.

Tentang bisnis model ini, pihak PT KAI  bisa mengajak berbagai pihak yang memang memiliki keahlian dibidang ini. Sebab, kereta api itu bukan hanya soal kebijakan teknisnya, akan tetapi kebijakan nonteknislah yang paling dominan dalam menjaga eksistensi kereta api di suatu negara.

Seperti apa yang terjadi di Indonesia, atau kalau kita lihat lebih detail lagi adalah apa yang terjadi di Sumatera, kita tahu bahwa kereta api yang menghubungkan antara Sumatera Selatan dengan Lampung masih bisa eksis hingga saat ini. Hal ini terjadi karena adanya kebijakan perdagangan dan bisnis-bisnis lainnya yang berkaitan dengan pertambangan yang menjadi faktor utama masih bertahannya kereta api yang menghubungkan Palembang dan Bandarlampung.

Jadi, bisnis model di sana adalah bisnis angkutan hasil tambang. Logika yang sama juga harus dimiliki pemerintah dan PT KAIN jika hendak mengembangkan kereta api yang menghubungkan kota-kota di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Balli Nusa Tenggara. Pengembangan infrastruktur tersebut haruslah memiliki cara pandang ekonomi dan juga cara pandang investasi di luar sarana dan prasarana transportasi itu sendiri. Bukan hanya mengembangkan penghubung antara satu node dengan node lainnya, tetapi juga bagaimana caranya kawasan di sekitarnya bisa berkembang dan mendapatkan keuntungan dari investasi di sektor transportasi, dalam hal ini adalah investasi di kereta api.

Ada banyak pekerjaan rumah yang harus dihadapi oleh pihak PT Kereta Api. Dan itu semua harus dijawab bukan saja melalui dokumen rencana, akan tetapi harus dijawab dengan adanya progress pembangunan sistem kereta api yang lebih menjanjikan. Kita semua tentu saja memiliki harapan agar perkeretaapian kita bukan saja dapat menjadi alternatif alat angkut bagi masyarakat, akan tetapi menjadi alat angkut utama bagi masyarakat kita. Sebab, kereta api memiliki berbagai kelebihan jika dibandingkan dengan menggunakan kendaraan pribadi. Terkait detailnya bagaimana, saya kira pihak PT KAI bisa terus belajar dari pengembangan perkeretaapian yang sudah eksis ada di Jepang seperi JR Company.***

*Anggota Masyarakat Transportasi Indonesia Wilayah Lampung, Kepala Pusat Studi Kota & Daerah Universitas Bandar Lampung