Oleh Ziggy Zeaoryzabrizkie*
Bahasa Indonesia, menurut buku Ethnologue: Languages Of The World yang direvisi dan diterbitkan empat tahun sekali (terakhir 2013), adalah bahasa kesembilan dalam urutan bahasa yang paling banyak digunakan di dunia dengan jumlah pengguna
diperkirakan di sekitar angka 163 juta. Bab XV UUD 1945 menyatakan dengan jelas kedudukan Bahasa Indonesia sebagai
bahasa nasional kita. Namun, bagaimanapun juga, dengan banyaknya suku dengan bahasa yang berbeda-beda, perbedaan dialek dan kekerapan penggunaan Bahasa Indonesia dalam keseharian relatif terhadap masing-masing daerah.
Hal ini menimbulkan bentuk-bentuk bahasa sendiri, yang disebut slang languages. Slang language adalah penggunaan bahasa secara informal oleh sekelompok orang tertentu, seperti remaja, atau orang-orang daerah pinggiran.
Hal ini berbeda dengan colloquialism yang merupakan adaptasi informal terhadap suatu bahasa namun dipakai secara lebih luas, tidak dalam sekelompok orang-orang tertentu saja, misalnya ‘tidak’ menjadi ‘nggak’.
Sejak menjamurnya fenomena media sosial di internet, Bahasa Indonesia dalam bentuk tulis mengalami banyak perubahan. Saya sendiri percaya bahwa awal mula kebiasaan menghias tulisan berawal dari MySpace. Saya ingat ketika MySpace masih merupakan media sosial paling populer, banyak pengguna yang berasal dari luar negeri yang menggunakan penulisan random case yang merupakan kombinasi huruf kapital dan huruf latin dalam satu kata secara bergantian dengan teratur atau secara acak, seperti ini:
Di sekitar tahun 2004, seiring semakin banyak kaum yang mampu mengakses internet dan semakin populernya media sosial, yang saat itu dikuasai oleh Friendster, semakin banyak pengguna internet yang kebablasan menggunakan tulisan yang dianggap lucu ini. Pada masa ini, penggunaan variasi tulisan seperti ini dianggap menarik, dan biasanya memancing lebih banyak permintaan pertemanan. Hal ini bersebrangan dengan anggapan masa kini yang justru menganggap variasi seperti ini mencerminkan kepribadian yang norak, bahkan kurang terdidik. Pendapat ini tercermin dalam julukan yang diberikan: ALAY atau 4L4Y, yang biasa diartikan sebagai “Anak Layangan” atau “Anak Lebay”.
* Ziggy Zeaoryzabrizkie adalah Sarjana Hukum Universitas
Padjadjaran, Magister Hukum Universitas Indonesia, penikmat literatur, lifestyle observer, fashion designer, dan pelajar abadi.