Feaby/Teraslampung.com
Satiyem dengan tatapan nanar melihat kondisi anaknya Citra Velima Kartika (1,2 tahun) yang tergolek lemah akibat serangan penyakit Hydrocephalus tergolek yang membuat ukuran kepalanya terus membesar. |
Kotabumi–Hampir sekitar 11 bulan lamanya, Citra Velima Kartika, balita yang berumur 1,2 tahun mengidap penyakit Hydrocephalus. Praktis, akibat penyakit yang menyebabkan ukuran kepalanya terus membesar tersebut membuat balita perempuan ini selalu harus terbaring.
Hydrocephalus adalah akumulasi abnormal cairan cerebrospinal di dalam otak. Cairan ini sering meningkatkan tekanan sehingga dapat memeras dan merusak otak.
Saat pertama kali ditemui di ruang anak tepat di kelas IIIA, Rumah Sakit Umum Daerah Ryacudu, Kotabumi, Jum’at (9/10) sore, Velima hanya terbaring lunglai usai digendong ibunya, Satiyem (30). Terlihat jelas raut kesedihan dari kedua orang tuanya melihat penyakit yang menyerang anak pertama itu.
Gunarto (35), ayah balita malang in, menceritakan kali pertama penyakit ini menyerang putrinya saat putrinya berumur sekitar tiga bulan. Awalnya, terdapat benjolan sebesar telur di bagian kepala anaknya yang terus membesar hingga sekarang.
Penyakit yang diidap anaknya ini, menurut Gunarto, bukannya tak pernah berusaha untuk diobati melainkan sudah berulang kali. Namun, dikarenakan keterbatasan dana dan minimnya pengetahuan dari kedua orang tuanya, pengobatan atas Velima terpaksa dihentikan.
“Dulu waktu benjolan anak saya masih sebesar telur, anak saya sempat dirawat dan dipindai (scanning) di rumah sakit di Bandarlampung. Tapi, entah kenapa kami malah disuruh pulang dengan alasan dokternya enggak ada,” kata warga Desa Kota Napal, Kecamatan Bunga Mayang, Lampung Utara
Satiyem (30), ibu balita tersebut menambahkan, lantaran tak kuasa melihat kondisi kepala anaknya terus membesar, ia dan suaminya akhirnya memutuskan untuk membawa putrinya ke RSUD Ryacudu supaya mendapat pengobatan meski tak memiliki biaya sama sekali.
Kedua orang tua balita tersebut sangat berharap ada uluran tangan yang akan membantu pengobatan anak pertamanya itu agar dapat kembali pulih seperti sedia kala.
“Kami ingin putri kami sembuh pak. Karena penyakit ini membuatnya enggak bisa apa – apa selain berbaring,” kata Satiyem dengan mata berkunang – kunang.