Feaby/Teraslampung.com
Ruang kelas SDN V Margorejo, Kecamatan Kotabumi Utara, Lampung Utara yang berlantaikan tanah. |
KOTABUMI--Pemberian bantuan rehabilitasi bangunan sekolah yang ditangani Dinas Pendidikan (Disdik) Lampung Utara (Lampura) tahun 2014 terkesan ‘pilih kasih’. Beberapa sekolah yang mestinya layak diprioritaskan mendapatkan bantuan rehabilitasi dari Dana Alokasi Khusus (DAK) ternyata malah tidak mendapat bantuan. Sebaliknya, sekolah-sekolah yang tahun 2013 sudah mendapat DAK, pada 2014 kembali dikucuri uang DAK untuk merehabilitasi bangunan sekolah.
Sekolah yang tak kunjung mendapatkan bantuan DAK, antara lain, SDN V Margorejo, Kecamatan Kotabumi Utara dan SMPN 2 Sungkai Utara. Kondisi kedua sekolah itu kini cukup memprihatinkan. Bahkan, lantai ruangan kelas I, II, dan III SDN V Margorejo kini hanya berlantaikan tanah.
Para petinggi Disdik Lampura lebih suka memberikan bantuan DAK itu kepada sekolah lain yang disinyalir kondisi bangunannya masih layak ketimbang kepada kedua sekolah dimaksud. Mirisnya lagi, dari sekitar 33 sekolah penerima DAK, 7 sekolah di antaranya pernah mendapat DAK pada tahun 2013 silam alias dua tahun berturut – turut.
Ketujuh sekolah itu yakni SDN 3 Kotabumi Ilir, SDN 2 Kotabumi Udik, SDN 6 Kelapa Tujuh, SDN 1 Kota Alam, SMPN 7 Kotabumi, SMPN 9 Kotabumi. SMPN 1 Abung Timur, SMAN 1 Kotabumi.
Kepala Bidang Perencanaan Disdik Lampung Utara, Kasim, ketika dikonfirmasi ihwal tersebut baru – baru ini mengakui bahwa pelaksanaan rehabilitasi sekolah tahun 2014 silam kurang mengedepankan prinsip pemerataan.
“Kami akui belum ada pemerataan. Ke depannya, kita akan ke arah sana (pemerataan),” kata dia.
Kasim tidak bisa memberikan alasan yang logis mengapa pihaknya lebih memilih menyalurkan bantuan DAK 2014 kepada sejumlah sekolah yang pernah mendapat bantuan DAK tahun 2013.
Kondisi bangunan SMPN 2 Sungkai Utara, Lampung Utara. |
Alasan bantuan tetap diberikan kepada sekolah meski sekolah tersebut sudah pernah mendapatkan bantuan dana rehabilitasi pada tahun sebelumnya adalah, karena memang ada usulan dari sekolah yang bersangkutan. Juga, katanya, karena sekolah yang diberi bantuan dua tahun berturut-turut itu karena sekolah tersebut sedang mengikuti sebuah kegiatan yang dinilai penting.
SMPN 7 Kotabumi misalnya, diberi bantuan dengan pertimbangan sekolah tersebut bakal mengikuti lomba Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) tingkat nasional tahun 2015 ini. “SMPN 7 kaitannya dengan lomba UKS (tingkat nasional),” kata Kasim
Sementara alasan dipilihnya SMAN 1 Kotabumi kembali diberi bantuan DAK 2014 lantaran sekolah itu turut mengusulkan proposal bantuan kepada Disdik. “Kalau) SMAN 1 memang mengusulkan. (Jadi) kita coba fasilitasi biar bagus juga,” kelit dia.
Sekolah yang diberi bantuan dua kali beturut-turut kondisinya bisa makin bagus. Sebaliknya, sekolah yang tidak pernah dilirik pejabat atau tidak pernah mendapat bantuan kondisinya makin memprihatinkan. Misalnya adalah kondisi bangunan SDN V Margorejo, Kecamatan Kotabumi Utara, Lampung Utara dan SMPN 2 Sungkau.
Ruang kelas SDN V Margorejo masih berlantai tanah. Sedangankan plafon SMPN 2 Sungkai Utara banyak yang jebol dan membahayakan siswa.
Mirisnya lagi, saat musim penghujan murid-murid kelas 1,2, dan 3 SDN Margorejo banyak yang meninggalkan pelajaran karena kelas mereka kerap digenangi air hujan akibat atap kelas yang bocor.
Kerusakan bangunan ini sudah dialami sejak lima tahun yang lalu. Awalnya, hanya atap bangunan saja yang bocor, tapi lama kelamaan kondisi lantai juga rusak parah.