Baru Dibangun, Gorong-Gorong di Jalan Penghubung Lampura-Lamteng Sudah Ambles

Para pekerja sedang memperbaiki gorong-gorong yang ambles dan rusak parah di di Dusun Gedungraja, Desa Pekurun Tengah, Kecamatan Abungpekurun Lampung Utara, Jumat sore (20/10/2023).
Para pekerja sedang memperbaiki gorong-gorong yang ambles dan rusak parah di di Dusun Gedungraja, Desa Pekurun Tengah, Kecamatan Abungpekurun Lampung Utara, Jumat sore (20/10/2023).
Bagikan/Suka/Tweet:

Feaby|Teraslampung.com

Abungpekurun–Baru sekitar dua pekan selesai dibangun, gorong-gorong di jalan penghubung Lampung Utara-Lampung Tengah di Dusun Gedungraja, Desa Pekurun Tengah, Kecamatan Abungpekurun Lampung Utara ambles. Kuat dugaan, amblesnya gorong-gorong tersebut akibat kualitas pekerjaan yang kurang baik.

Pantauan di lokasi, sejumlah pekerja bangunan sedang memperbaiki gorong-gorong tersebut, Jumat sore (20/10/2023). Sayangnya, belum dapat diketahui asal proyek berikut sumber anggarannya. Papan informasi proyek tidak terlihat di lokasi.

“(Setelah ambles) Perbaikannya baru dimulai hari ini. Itu juga karena sudah kami unggah di media sosial,” jelas salah seorang warga Desa Pekurun Tengah, Purwari, di lokasi.

Purwari mengatakan, awalnya heran mengapa gorong-gorong yang baru rampung dikerjakan sekitar dua pekan lalu itu sudah rusak. Namun, keheranannya akhirnya terjawab. Sebab, ia dan warga lainnya melihat sendiri bahwa  anyaman besi gorong-gorong terpasang tidak begitu rapat. Padahal, jalan tersebut merupakan jalan provinsi yang dilintasi oleh pelbagai jenis kendaraan.

“Kalau masih seperti itu, kemungkinan besar akan ambles lagi. Kalau seperti itu, yang repot kan warga juga,” kata dia.

Kondisi gorong-gorong yang rusak parah pada Jumat (20/10/2023), sebelum diperbaiki para pekerja.

 

Menurutnya, kondisi tak jauh berbeda juga terjadi pada leneng di pinggir jalan dan saluran drainase yang dibangun. Itu terlihat jelas saat disentuh oleh tangan. Bangunanya mudah terkelupas saat disentuh.

“Semennya mudah lepas. Tolonglah, kualitasnya ditingkatkan agar bertahan lama,” pintanya.

Keluhan sama disampaikan oleh Kepala Dusun Gedungraja, Rakibun. Ia mencurigai jika adukan semen yang digunakan itu menggunakan perbandingan 1 semen banding 10 pasir. Inilah alasannya mengapa bangunan itu mudah terkelupas saat disentuh. Kecurigaannya ini didasari oleh pengalamannya semasa menjadi pekerja bangunan.

“Kalau menurut saya adukanya sekitar satu banding sepuluh. Besi untuk coran gorong-gorong juga terlihat kurang rapat,” jelas dia.

Di lain pihak, salah seorang pekerja proyek, Suroto membantah jika adukan semen seperti yang dituduhkan. Adukan semen yang mereka gunakan adalah satu semen banding tiga pasir. Meski begitu, ia mengaku tidak mengetahui informasi apa pun mengenai proyek tersebut.

“Saya hanya diminta mengerjakan, kalau yang lain-lain saya tidak tahu. Papan informasi juga kami nggak tahu,” katanya.