Bekas Galian Pipa tak Dirapikan, Ini Kata PDAM Way Rilau

Bekas lubang galian PDAM Way Rilau di Jalan M. Nur II Sepang Jaya, Kecamatan Labuhan Ratu, Bandarlampung. Foto: Darwin Ruslinur
Bekas lubang galian PDAM Way Rilau di Jalan M. Nur II Sepang Jaya, Kecamatan Labuhan Ratu, Bandarlampung. Foto: Darwin Ruslinur
Bagikan/Suka/Tweet:

TERASLAMPUNG.COM — Lambatnya tim penggalian pipa tersier milik PDAM Way Rilau merapikan bekas galian mengakibatkan aktivitas warga terganggu. Bekas tanah masih berserakan. Jika hujan turun, jalan pun menjadi licin.

Soal ini, PDAM Way Rilau meminta permakluman warga.

“Saya memaklumi kalau ada protes dari masyarakat yang wilayahnya terkena galian pipa tersier milik kami itu. Penyebabnya kurangnya tenaga perapian dan kalah cepatnya dengan tenaga penggalian dan pemasangan pipa,” jelas Direktur Tehnik PDAM Way Rilau, Suparji, di ruang kerjanya Rabu 24 Juni 2020.

Dalam proses pemasangan pipa tersier milik PDAM Way Rilau itu, kata Suparji, ada empat kelompok kerja atau tim yaitu pengalian dan pemasangan pipa, perapihan, finishing dan penyambungan pipa.

Penggantian pipa induk di depan kantor PDAM Way Rilau Bandarlampung.
Penggantian pipa induk di depan kantor PDAM Way Rilau Bandarlampung.

“Penggalian dan pemasangan pipa tersier itu ada 200 orang yang dibagi dalam 10 kelompok, mereka kerja hingga jam 9 malam. Berbeda dengan kelompok perapihan yang hanya ada lima kelompok. Kerjanya sampai sore. Akhirnya kelompok ini keteteran,” jelasnya.

“Warga yang protes sehari bisa lebih dari 10 dan harus dituntaskan karena sekarang dimusim penghujan sudah pasti becek jalan warga. Kami di pengawasan memantau dan memaksa pelaksana proyek agar cepat menuntaskan komplain warga tapi ya itu faktanya masih banyak warga yang komplain, kami mohon maap,” kata Suparji.

Sebagai Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Suparji mengaku setiap hari melakukan pemantauan agar proyek tersebut tidak menggangu aktifitas masyarakat bahkan dia juga menyempatkan untuk turun ke lapangan.

Direktur Tehnik PDAM Way Rilau, Suparji

“Saya selalu menginstruksikan kepada pelaksana dan konsultan untuk segera memperbaiki bekas galian terutama di jalanan strategis, di depan rumah, garasi dan jalan utama,” ujarnya.

Proyek pipa tersier PDAM Way Rilau yang senilai Rp71 milyar sepanjang 501 Km melintas di lima kecamatan itu, dijelaskan Supardi penggaliannya menggunakan sistem terbuka dampaknya dimusim penghujan sangat menggangu aktifitas masyarakat.

“Dalam pelaksanaan penggalian kami menggunakan sistem terbuka berbeda dengan PGN yang menggunakan sistem tertutup. Kenapa pakai terbuka karena lebih murah,” jelasnya

“Untuk tempat-tempat tertentu saja seperti pintu masuk ke rumah dan garasi dan di persimpangan jalan, baru kami gunakan sistem penggalian tertutup,” ujar Dir Tehnik PDAM Way Rilau, Suparji.

Di tempat terpisah, Saras (32) warga Way Halim, Kecamatan Kedaton kecewa dengan penggalian pipa yang kata dia mengganggu jalan masuk ke rumahnya.

“Abis digali kok ditinggal saja, sekarangkan musim hujan jadi beceklah jalan ini, kita sih maunya dirapihkan kembali paving blok jalan kami ini,” harapnya.

“Ada juga pak, tetangga saya terpaksa memarkirkan mobilnya di pinggir jalan, mobilnya tidak bisa masuk karena ada bekas galian ini,” ujar warga Gang Berti, Way Halim itu.

Dandy Ibrahim