Belajar Optimis dan Bersyukur dari Rumah Sakit

Bagikan/Suka/Tweet:

Eko J. Saputra

SUDAH hampir tiga pekan aktivitas saya lebih banyak berkutat di rumah sakit. Ini dalam rangka menjaga bapak yang sedang menjalani perawatan medis. Banyak pembelajaran di dapat selama berada di rumah sakit. Mulai dari belajar manajemen kesehatan diri, manajemen bisnis, manajemen pelayanan, tentunya meningkatkan rasa syukur.

Dari aspek manajemen kesehatan diri misalnya. Saya mendapat tips hidup sehat dari sejumlah dokter yang merawat bapak, perawat, bahkan dari keluarga pasien. Contohnya manfaat mengkonsumsi bawang putih untuk kesehatan. Sudah sepekan ini saya rutin mengkonsumi bawang putih. Alhamdulillah, khasiatnya luar biasa. Setelah saya search di mbah google manfaat bawang putih banyak sekali. Obat berbagai macam penyakit. Anda tertarik mencoba?

Selain itu saya mendapatkan ilmu bagaimana mendapatkan uang itu mudah. Kalau Anda nggak pecaya main ke rumah sakit sekarang. Kuncinya Anda tidak gengsi dan mau bekerja. Betapa tidak. Mulai dari tukang ojek, pedagang bakso, warung nasi, toko roti, jualan permen, mainan anak-anak, minuman, koran dll ramai pembeli. Sesepi-sepinya pembeli tetap dapat uang. Contoh penjual juice langganan saya. Ibu Ani sebut saja demikian, mengaku sehari rata-rata menjual juice 50 gelas. Satu gelas Rp10 ribu. Meski lebih mahal Rp2 ribu dibandingkan tempat lain, namun juice Bu Ani tetap dibeli. Anda bisa bayangkan berapa omset Bu Ani perhari?

Saya juga mampir ke salah satu rumah makan padang. Rumah makan ini sudah ada sejak saya melakukan liputan di rumah sakit tersebut sejak tahun 2000. Seperti biasa, jumlah pelanggannya ramai dan cita rasanya khas. Untuk rumah makan ini saya izin mempromosikan. Namanya Warung Makan ibu Upik. Saya sangat rekomendasi kalau Anda kebetulan berada di RSUAM mampirlah. Posisinya persis diseberang Gedung Munyai RSUAM (Perumahan Gatam).

Kalau melihat orang lain sih memang enak. Mereka punya modal. Lha…saya modalnya dari mana? Anda jangan pesimis dulu. Saya beberapa kali bertanya kepada sejumlah pedagang pempek keliling. Salah satunya Bu Wati (bukan nama aslinya). Sehari ia bisa menjual 300 potong pempek. Harganya Rp1000. Pempek itu milik majikannya. Bu Wati setor satu pempek Rp600. Artinya dalam sehari Bu Wati bisa membawa pulang uang Rp120 ribu.

Intinya kalau sudah ada niat pasti ada jalan. Tapi ingat lho. Niat akan tetap menjadi niat kalau Anda nggak jalan-jalan. Itu baru proyek kecil. Untuk proyek besar, kita bisa bekerjasama dengan manajemen rumah sakit. Saat memperhatikan berapa ribu infus, obat, dan alat dibutuhakan rumah sakit perhari. Belum perlengakapan dan peralatan lainnya. Termasuk pembangunan infrastruktur. Benar kata Bos Transcop Chairul Tanjung. Salah satu bisnis prospek dan tak akan ada matinya ketika membangun bisnis berhubungan dengan kesehatan, orang hidup, dan orang mati.

Selama di rumah sakit saya juga belajar bagaimana memberikan pelayanan kepada konsumen. Soal ini saya belum bisa memberikan komentar. Kalau dibandingkan era 200-an hanya lebih baik sedikit saja. Kalau level nilai 0 s.d 10, saya baru bisa memberi nilai 5,5 s.d 6.

Yang paling utama berada di rumah sakit menemani bapak, saya belajar bersyukur. Bukan bermaksud membandingkan. Anda pasti pernah ke rumah sakit, menjengkuk atau menjalani perawatan? Berbagai cobaan dan ujian dialami orang lain. Sementara saat ini kita berdiri gagah, sehat, sempurna tanpa kekurangan satu apapun.

Ada orang harus kehilangan, kaki, tangan, mata, dan organ tubuh lainnya. Saya yakin diantara mereka itu siap menyediakan uang berapapun asalkan organ tubuh mereka tetap ada. Tapi ada daya, Tuhan berkendak lain. So…”Nikmat Tuhan mana lagi yang kamu dustakan.” (QS. Ar-Rahman:55). Semoga kita selalu menjadi hamba yang bersyukur “Sesungguhnya jika engkau bersyukur, Allah akan menambah nikmatmu. Apabila engkau kufur, sesungguhnya azabku sangat pedih.” (QS. Ibrahim:7)