Benih Padi Temuan Surono Danu Menyebar ke Seluruh Indonesia

Surono Danu di "laboratorium padi" tengah sawah (Foto: Oyos SarosoHN)
Bagikan/Suka/Tweet:

Oyos Saroso H.N. | Teraslampung.com 

Terbanggi Besar–Selain diujicobakan di Lampung, benih Sertani-1 dan Emespe temuan Surono juga diujicobakan di Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Sumatera Utara. Beberapa tahun mendatang, petani Lampung yang tergabung dalam Serikat Tani Indonesia (Sertani) akan mengembangkan bibit Sertani ke seluruh daerah di Indonesia.

Sambutan dari para petani lumayan bagus. Umumnya para petani itu mengaku terkejut ada benih padi yang ditanam dengan pengairan minim bisa menghasilkan hingga 14 ton gabah/hektare.

“Saya heran, kok bisa sehebat itu,” kata Nurjaman, 40, tenani asal Merbau Mataram, Lampung Tengah.

Di lahan milik Nurjaman  tersebut, hasil panen tidak berbeda, 13—14 ton per hektare. Padahal, padi unggul lainnya paling hanya  menghasilkan 8—10 ton per hektare.

“Bahkan varietas Ciherang di lahan kering paling banyak menghasilkan 5 ton,” kata Nurjaman.

Menurut Nurjaman, Sertani-1 memang menjadi pilihan bagi petani yang lahannya kekurangan air. Lubang tanam untuk menanam benih Sertani-1 dibuat dengan tugal (sebatang kayu berujung runcing). Tiap lubang tanam itu kemudian dimasukkan satu benih kemudian ditutup tanah.

Jumlah bulir padi Sertani-1 dalam satu malai mencapai 400—450. Artinya, jauh lebih banyak ketimbang varietas lain yang sekitar 200 bulir. Jumlah benih yang dibutuhkan hanya 10 kg per hektare. Umur panen juga lebih pendek, 95 hari dari pesemaian. Atau lebih cepat panen 40 hari dibandingkan  varietas lainnya yang 125—150 hari

Selain bisa ditanam di lahan kering, keunggulan bibit Sertani-1 adalah bisa dipanen hingga belasan kali meskipun hanya ditanam sekali.

“Artinya, sekali tanam lalu dipanen dengan cara memotong batang padi bagian atas. Batang padi yang tersisi itu akan tumbuh kembali, berbuah, dan kemudian dipanen lagi. Namun, soal panen bisa belasan kali ini masih taraf percobaan dan belum diperkenalkan kepada petani secara luas,” kata Surono, sambil menunjukkan padi yang sudah 16 kali dipanen di laboratoriumnya.

Membersihkan lahan sebelum ditanami padi di areal yang jadi laboratorium Surono Danu. (Foto: Oyos Saoso HN)

varietas ini diprogram untuk sawah yang selalu kekurangan air, tentu saja tidak membuat petani khawatir sawahnya kekurangan air. Air yang diperlukan sepanjang hidupnya untuk varietas Sertani-1 adalah hanya 1 sentimeter di atas permukaan tanah, itu pun sampai usia padi 70 hari atau bunting muda.

Surono mengaku tidak keberatan jika ada pihak-pihak yang bersedia melakukan kerja sama untuk mengembangkan hasil penelitiannya.

”Saya tidak akan mengambil keuntungan pribadi. Bagi saya, kalau para petani bisa sejahtera, itu sudah cukup. Karena selama ini saya aktif di Serikat Tani Indonesia (Sertani), tentunya kerja sama tersebut harus dilakukan melalui organisasi,” kata dia.

Saat ini jumlah anggota Sertani yang mempunyai kartu anggota tercatat 40 ribu petani. Dengan kartu anggota tersebut mereka bisa mendapatkan benih Sertani-1 dengan membayar Rp20 per kg. Pada awalnya bibit unggul itu hanya dibeli oleh para anggota Sertani. Sekarang petani lain juga ikut menanam padi unggul lokal itu.

Surono maupun Anang yakin, padi Sertani-1 dan Emespe akan bisa menjawab persoalan rendahnya produksi petani padi di Indonesia.

Lewat jaringan Sertani di seluruh Indonesia, kedua bibit unggul itu mulai diperkenalkan secara intensif kepada para petani di berbagai daerah di Indonesia. Targetnya, beberapa tahun mendatang jenis padi Emespe ini sudah tertanam sekitar 40% dari total luas lahan di Indonesia yaitu sekitar 4.000.000 ha.


Oyos Saroso H.N.