Jauhari Zailani
Akhir-akhir ini saya sering gelisah. Handphone (HP) dibutuhkan, tetapi juga menggelisahkan. Kita ini hidup di Zamrud Katulistiwa. Negeri sebagai anugerah untuk rakyat Indonesia , tetapi dari hari ke hari sumpah serapah beredar di HP. Dari tangan ke tangan dari rumah ke rumah. Dari komunitas ke komunitas.
Berbagai isu, berbagai sumber, berbagai cara orang menyampaikan isu. Cinta dan kasih sayang hingga sumpah serapah untuk pemimpin negeri ini. Parahnya, orang cukup dengan pegang HP, tanpa mikir. Parahnya lagi, akhir-akhir ini banyak orang menikmati cerita “Putri Makan Sambal Sambil Main Cuan”.
Usai menikmati cerita “Putri Makan Sambal Sambil Main Cuan” dan aneka drama kotor lainnya, kita pun jadi makin sadar bahwa negeri ini seperti rumah megah tetapi rapuh. Kaya raya, tetapi serba kurang. Ada yang menimbun uang di gudang, padahal dia tahu itu uang haram. Padahal dia tahu menyimpan di bank lebih praktis dan aman. Lengkap sudah, apa yang bisa diharapkan dari “Penjaga moral yang tak bermoral”.
Nah, lebih seru lagi gosip cuan yang dikumpulkan oleh anggota komunitas penjaga moral. Bukan anggota biasa, bukan provokator. Bukan juga seorang profesional. Tapi prof yang guru besar. Nah, seorang profesor yang untuk itu harus doktor. Nah lengkap sudah. Seorang profesor yang bergelar doktor menjadi rektor dan kini sebagai koruptor. Lagi-lagi kian lengkap kegelisahanku. Begitu sistematis cara menghancurkan moral bangsa ini.
Sungguh rumah tanpa moral hanyalah onggokan semen dan batu. Rumah tanpa doa adalah setumpuk kayu.
Taman tanpa bunga dan kupu-kupu daun pun melayu. Hemmm.
Cerita kegelisahanku kian lengkap, ketika aku mendengarkan ceramah. Katanya, “Rumah megah, yang
sepi doa dan kalam, dan beraroma dupa kesyirikan.”
Sungguh. Dindingnya mengilap bertaburan kotoran cicak, sebagai hiasan. Rumah itu berlantai mewah dengan bercak tahi kucing bertebaran. Rumah mewah beraroma tinja. Itulah istana megah tapi menjijikkan.
Begitulah masyarakat. Begitulah negara yang dipimpin oleh orang-orang bemoral harta. Negara berjalan dengan aturan yang mengabaikan warganya. Penguasa meraja lela menguasai negeri, menumpuk harta untuk keluarganya. Sungguh. Itulah negeri yang rapuh.
Tapi, penguasa tak berakhlak bisa leluasa dalam kuasa. Karena-orang yang bermoral, seperti kalian hanya mencerca di luar gelanggang. Seraya menepuk dada berteriak “Negeri ini di dirikan oleh nenek moyang kami… karena itu yang benar mengurus negeri…..”
Kata sang penceramah, “Itulah negeri tanpa moral. Karena orang-orang bermoral seperti kita ini layaknya seperti anjing yang menggonggong. Membiarkan pusat-pusat kekuasaan dikuasai oleh orang-orang yang tidak sejalan dengan maksud negeri ini didirikan.”
Akibatnya, itulah ironi Negeri Khatulistiwa. Negeri dengan masa lalu yang jaya, kemudian menjadi ajang penjarahan. Lalu warganya menghamba. Namun, inilah rumah kita. Inilah negeri kita. Ayo dorong anak-anak kita masuk dalam lingkaran kekuasaan. Untuk memperbaiki negeri. Berhentilah menggonggong.
***
Dari kegelisahanku itu mencoba dan mengajak diriku untuk bersyukur betapa indah dan nikmatnya menjadi orang Indonesia dan hidup di Indonesia. Mengapa? Nah ini alasannya:
Pertama, geografi Indonesia strategis Indonesia yang terletak di antara dua benua. Memiliki selat laut yang menjadi lalu lintas dunia. Posisi ini menguntungkan Indonesia, karena setiap negara di dunia menganggap Indonesia penting, dan harus menjadi mitra strategis.
Kalau kita lalai dan bodoh, akan selalu di kuasai oleh orang lain’.
Kedua, alam Indonesia kaya raya. Dengan pulau 17.300, yang membentang di garis katulistiwa, memiliki bentang pantai terpanjang, dengan iklim dua musim, Indonesia menjadi negara terkaya karena semua hewan dan tumbuhan ada di Indonesia.
Indonesia juga menjadi negara terindah, karena musim kemarau dan penghujan yang teratur, membuat eksotis pantai gunung, hutan maupun sawah. Sinar mataharinya menjadi idaman setiap orang yang hidup di negara multi musim.
Ketiga, budaya Indonesia multinasional. Budaya Belanda, Inggris, Portugis, Turki, Arab, Persia, India, China, Amerika dan sebagainya telah mempengaruhi dan membentuk budaya Indonesia seperti yang sekarang kita nikmati.
Keempat, budaya Indonesia terbentuk oleh berbagai agama yang ada di dunia. Agama kuno yang telah hidup di Nusantara sejak ribuan tahun lamanya, agama Hindu yang dibawa oleh para pendakwah dari daratan Hindustan. Agama Budha yang dibawa oleh orang India maupun Tiongkok bersama Khong Hu Chu. Agama Kristen berdialektika dengan agama Katolik dan agama Islam.
Kelima, budaya Indonesia dibentuk oleh penghuni kawasan ini yang multi etnis. Indonesia terdapat 700 suku bangsa. Dengan bahasa dan adat yang berbeda-beda. Mereka saling berinteraksi saling mewarnai, kemudian melebur menjadi satu negara dan bangsa Indonesia.
Keenam, Indonesia sebagai satu negara yang memikul Beratus bangsa. Indonesia dengan bahasa Indonesia di pakai bersama oleh ratusan penutur bahasa suku. Harus disyukuri, karena di belahan benua lain, satu bahasa di pakai di oleh banyak negara. Satu bangsa menghuni dalam beberapa negara.
Ketujuh, seni adiluhung. Indonesia memiliki seni tradisi yang adiliuhung, yang amat kaya dan beragam masih terpelihara. Di dunia ini hanya Indonesia yang memiliki dan menikmati musik berbahan besi, gamelan.
Bangsa ini memiliki senjata andalan berbahan “besi kelas tertinggi” yaitu keris. Artinya sejak dulu nenek moyang kita telah mengenal dan piawai mengelola besi.
Seni modern juga amat kuat, dan Seni Kontemporer sedang marak tak kalah dengan kiprah bangsa lain. Hanya karena kita tidak fokus, seperti Korea yang bisa menjual drakornya.
Kedelapan, peradaban Indonesia kuno setara dengan Mesir, Yunani-Romawi, Tiongkok. Dengan peradaban Atlantis, dengan peradaban agraris, dengan peradaban seni bangunan, Candi-candi di Indoesia, membuat kita harus berbangga.
Kesembilan, sejarah kekuasaan politik Indonesia setara dengan negara super power. Indonesia di bawah kendali Bung Karno berambisi menjadi pesaing Amerika, Inggris, uni Soviet, dan negara besar lainnya.
Ketika Keluar dari PBB mendirikan Konferensi Asia Afrika, ketika keluar dari olimpiade mendirikan Ganefo. Indonesia menjadi pemimpin Asia Afrika dengan “Non blok nya.
Kesepuluh, kita bersyukur para Pendiri Bangsa ini memiliki kebijakan dalam meletakkan dasar-dasar negara. Yang merengkuh kukuh semua elemen bangsa Indonesia. Berbasis agama yang utuh dan modern.
***
Untuk melengkapi dan mengakhiri tulisan ini ada baiknya kita menengok ketika Indonesia menjadi ajang persaingan pengaruh blok Uni Soviet vs blok Amerika. Komunis di Soviet versus Yahudi di Inggris dan Amerika. Persaingan kaum kapitalis dan kaum sosialis.
Pusat kekuasaan Indonesia gonjang-ganjing pada era 1950-an. Bergantian presidensil dan parlementer. Bung Karno sebagai presiden menjadi pusat intrik-intrik politik di Indonesia. Ambisi Bung Karno tidak lagi bebas aktif, tetapi menjadi kekuatan ketiga sejajar dengan Amerika dan Soviet.
Untuk tujuan itu, di tahun 1950 an Indonesia keluar dari PBB, kemudian mendirikan Konferensi Asia Afrika (KAA). Indonesia keluar dari olimpiade, mendirikan Ganefo. Secara ekonomi, Indonesia mencanangkan Berdikari, berdiri di atas kaki sendiri. Tidak di dekte oleh IMF yang menjadi tangan Amerika.
Akhir tahun 1950 an Indonesia memiliki sikap yang jelas terhadap warga China. Indonesia mengultimatum warga China untuk secara jelas memilih “warga negara Indonesia atau China. Bahkan yang pilih menjadi orang Indonesia, namanya menyesuaikan, seperti Hartono. Yang pilih menjadi China, di usir kembalikan ke negeri asalnya.
Di awal tahun 1960 an, Indonesia sengketa dengan Belanda, soal irian barat. Saat itulah Amerika mulai campur tangan. Belanda dan Amerika kong kalingkong. Belanda dapat irian barat, Amerika dapat tambang emas, Freeport. Namun Indonesia ambil paksa Irian Jaya. Belanda hengkang dari irian jaya. Irian barat menjadi bagian dari Indonesia. Amerika tetap berambisi dapatkan gunung emas di Irian Jaya (Papua). Kata kuncinya adalah Bung Karno. Karena itu Amerika era Kennedy dan Indonesia mesra.
Karena kekompakan bung Karno dan Kenedy, para pengusaha Amerika terancam gagal dapatkan gunung emas.
Sejarah mencatat, Presiden John F. Kennedy dibunuh. Indonesia dipecah belah. Kesatuan Indonesia digoyang dengan aneka pemberontakan berbasis “agama” dan atau daerah. Puncaknya Bung Karno jatuh. Soeharto berkuasa.
Sejak itulah Amerika bercokol dan mencengkeram Indonesia. Bukan hanya Freeport, tetapi Indonesia memakai dolar Amerika. Indonesia kembali ke PBB. Menjadi anggota IMF. Bank Indonesia, independen. Tidak di bawah Indonesia, tetapi di bawah Bank Dunia. Bank Dunia berada di Amerika.
Secara politik, Indonesia mengacu ke Amerika. Indonesia menganut politik liberal. Sistem Pendidikan berbasis sistem ekonomi kapitalis. Sistem pertahanan negara mengacu Amerika. Bahkan parahnya kini, sistem informasi di bawah kendali Amerika.
Nah, apakah kegelisahan ini terus akan berlanjut? Aku hanya bisa berdoa mengharap ridha Allah agar mengirimkan pemimpin untuk Indonesia. Pemimpin yang membawa negeri ini menjadi negara mandiri, menjadi negara yang setara Amerika, Rusia, ataupun Tiongkok.***