Biaya Pembangunannya Rp20 Miliar, Menara Masjid Al-Furqon Bandarlampung Sampai Hari Ini Belum Beroperasi

Masjid Al-Furqon di Jl. Pangeran Diponegoro Bandarlampung. Menara di sisi masjid tersebut pembangunannya menghabiskan dana APBD Rp20 miliar. Foto: Teraslampung.com/Dandy Ibrahim
Masjid Al-Furqon di Jl. Pangeran Diponegoro Bandarlampung. Menara di sisi masjid tersebut pembangunannya menghabiskan dana APBD Rp20 miliar. Foto: Teraslampung.com/Dandy Ibrahim
Bagikan/Suka/Tweet:

TERASLAMPUNG.COM, BANDARLAMPUNG — Menara Masjid Agung Al-Furqon Kota Bandarlampung yang direncanakan digunakan untuk wisata melihat kota dari ketinggian, hingga kini tidak terealisasi disebabkan tidak tersedianya sarana dan prasarana untuk mengoperasikannya.

Menurut Sekretaris Pengurus Masjid Agung Al-Furqon, Heri Darso, pengoperasian menara sebagai tempat wisata membutuhkan dana dan pengurus masjid tidak mampu menutupi dana itu.

“Ini hibah yang luar biasa, cuma pengelolaan harus ada persiapan. Memang sudah setahun selesai dibangun. Namun, kalau kita belum punya sarananya ya bagaimana mau bisa beroperasi,” katanya kepada Teraslampung.com, di kantor Masjid Agung Al-Furqon, Kamis, 7 Juli 2022

Selain dana, kata Heri, pengurus masjid dalam mengoperasikan menara masjid yang biaya pembangunannya menghabiskan dana  APBD Rp20 miliar  itu membutuhkan sumber daya manusia untuk mengelolanya.

“Kami persiapkan dulu  SDM-nya, kelengkapan alatnya, dan lain-lain supaya bisa dioperasikan dengan baik. Nanti kan ada lift. Nah, semua itu perlu SDM. Jangan sampai nanti saat ada orang naik pakai lift tiba-tiba liftnya macet. Kami  ini (Masjid Agung Al-Furqon)  itu mandiri. Artinya semua biaya pengelolaan itu usaha sendiri,” tambahnya.

Menara Masjid Agung Al-Furqon setinggi 114 meter diliengkapi lift untuk pengunjung untuk melihat Kota Bandarlampung. Sayangnya dari hitung-hitungan pengurus masjid untuk mengoperasikan menara tersebut bila hanya mengandalkan karcis pengunjung hitungannya tidak dapat menutupi biaya perawatan menara tersebut.

“Kita pernah coba berhitung, misalnya setiap pengunjung dikenakan biaya Rp5.000 dikali 100 dalam satu hari kan ketemunya Rp500 ribu dikalikan sebulan baru dapet Rp15 juta,” jelas Sekertaris Pengurus Masjid Agung Al-Furqon Heri Darso.

“Yang dibutuhkan untuk biaya perawatan, saya sudah kontak kantor yang jual lift ini. Mereka minta Rp3 juta/bulan dan nilai itu makin lama makin naik. Terus petugasnya, ada yang soal kebersihan, jaga loket dan lain sebagainya. Dengan pemasukan Rp15 juta/bulan itu gak cukup,” tambahnya

Saat ditanyakan, untuk menutupi kekurangan biaya mengoperasikan menara tersebut, pihak masjid mengajukan bantuan ke Pemkot. Heri Darso mengatakan pernah melakukan koordinasi namun belum ada jawaban dari Pemkot.

“Dulu pernah kita koordinasi itu tapi kita maklum Pemkot itu banyak tugas jadi kami merasa tahu diri lah. Ini menurut saya lho masa mengelola menara sampe ngerepotin Pemkot yang mungkin keperluannya Pemkot lebih penting dari pada menara ini,” katanya.

Nilai Proyeknya Rp20 Miliar

Sebelumnya, saat peresmian Menara Masjid Agung Al-Furqon tanggal 18 Juni 2021 oleh Walikota Eva Dwiana,  Kepala Dinas Pekerjaan Umum  Kota Bandarlampung, Iwan Gunawan menjelaskan pembangunan menara itu menelan biaya Rp20 miliar dan dibangun secara bertahap (multi years).

“Pembangunannya dilaksanakan tiga tahap. Tahap pertama tahun 2017, biayanya Rp3 miliar. Tahap dua tahun 2018, biayanya Rp7 miliar.Tahap ketiga 2019 dengan dana dari APBD murni Rp6 miliar dan APBD Perubahan sebesar Rp4 miliar,” jelasnya.

Iwan Gunawan mengungkapkan, fasilitas yang ada di Menara Masjid Agung Al-Furqon antara lain lift, ruang lobi, anjungan dan tangga inspeksi/darurat.

“Anjungan berada di ketinggian 100 meter. Dari sana pengunjung bisa melihat Kota Bandarlampung dan sebagian wilayah Lampung Selatan. Untuk tahun ini program yang kami anggarkan adalah pemagaran di sekitar menara dan pembuatan taman supaya menara ini terlihat semakin indah,” katanya.

Dandy Ibrahim