Oleh : Gunawan Handoko
Ketua KMBI (Komunitas Minat Baca Indonesia) Provinsi Lampung
Selama bertahun-tahun saya selalu berkhayal di kota Bandar Lampung atau di wilayah provinsi Lampung ini berdiri gedung perpustakaan yang bukan saja megah, namun juga lengkap dengan berbagai fasilitas yang dibutuhkan masyarakat sejalan dengan perkembangan teknologi informasi saat ini.
Selama bertahun-tahun saya selalu berkhayal, dapat mengajak cucu-cucu berbaur dengan masyarakat yang lain, tua dan muda serta anak-anak datang berduyun-duyun berkunjung ke perpustakaan itu. Bukan sekedar untuk menyaksikan sederet rak yang berisi buku-buku seperti layaknya perpustakaan di SD Inpres dulu, namun juga ada ruang bercerita bagi anak-anak yang dilengkapi dengan media untuk bercerita sehingga anak dapat berekspresi dengan media tersebut. Juga ada ruang teater, ruang audio visual serta bioskop 6 D (6 dimensi). Saat film diputar, para pengunjung dapat menikmati dan merasakan sensasi yang berbeda karena ke lima panca indera penonton dapat menikmati efek dari adegan demi adegan dalam film. Pengunjung pun benar-benar merasa nyaman karena ada pemisahan ruangan antara buku koleksi umum dan koleksi anak-anak. Disana juga ada out door yang disiapkan khusus bagi para pelajar dan mahasiswa atau siapa saja untuk berdiskusi atau mengerjakan tugas.
Itulah sebabnya di era Gubernur Lampung Ridho Ficardo, saya termasuk orang yang paling banyak nyinyir menyampaikan usul agar dapat dibangun perpustakaan yang representatif seperti yang ada di Jogjakarta dan kota lainnya. Selain melalui tulisan opini, usulan tersebut selalu saya sampaikan setiap kali ada kesempatan bertemu dengan Mas Ridho Ficardo, tentu disertai dengan berbagai alasan dan argumentasi. Mas Ridho tidak pernah mematahkan setiap ucapan yang saya sampaikan, juga tidak pernah meng-iya-kan usulan yang saya sampaikan. Hanya membalas dengan senyum.
Maka saya merasa sangat kaget (sekaligus gembira) ketika membaca berita lewat media bahwa Pemerintah Provinsi Lampung waktu itu memprogramkan pembangunan gedung Perpustakaan dengan alokasi dana sebesar Rp.100 miliar. Gubernur Lampung Ridho Ficardo ingin agar perpustakaan tersebut nantinya lebih hebat di banding dengan gedung perpustakaan yang ada di Kota Pakanbaru provinsi Riau, bahkan di Indonesia.
Menurut saya sih bukan hanya terbesar di Indonesia, tapi se Asia. Sebagai pembanding adalah Perpustakaan Grahatama Yogyakarta yang hanya menghabiskan dana sekitar Rp75 miliar rupiah ternyata menjadi perpustakaan terbesar di Asia Tenggara. Terlepas dari itu semua, yang pasti kedua-duanya di desain bukan sekedar perpustakaan biasa, tapi sekaligus menjadi ruang publik. Hanya bedanya, kalau perpustakaan Grahatama di Jogjakarta sudah terwujud pada tahun 2015, sementara di Lampung baru rencana.
Saya dan para pegiat serta relawan literasi baru merasa lega setelah program Gubernur Lampung tersebut langsung ditindaklanjuti oleh Dinas terkait dengan memantapkan rencana pembangunan perpustakaan dengan langkah awal menyiapkan DED (detail engineering design) yang nantinya akan dilengkapi dengan ruang seminar, ruang publik, ruang baca rekreatif, ruang bermain anak, ruang e-library, ruang baca anak, audio visual, bioskop 6 D, diorama, foodcourt dan lainnya. Bahkan, ada ruang khusus bagi para lansia dan braile. Pokoknya lengkap dan benar-benar keren. Lokasi pun sudah ditetapkan, yakni di Jalan ZA Pagar Alam Kedaton Bandarlampung dengan luas 2,5 hektare. Lokasi ini sangat tepat, sesuai dengan Tata Ruang Wilayah yang ada sebagai kawasan pendidikan, dekat dengan beberapa kampus perguruan tinggi negeri maupun swasta dan mudah di akses dari berbagai penjuru. Maka jika dikelola secara profesional perpustakaan ini nantinya bisa menjadi ikon bagi provinsi Lampung. Masyarakat dari berbagai provinsi di pulau Sumatera khususnya tidak perlu harus jauh-jauh pergi ke Jogjakarta jika hanya sekedar untuk wisata pendidikan. Begitu memasuki kota Bandar Lampung dapat singgah dahulu ke Museum Lampung yang jalurnya searah dan hanya butuh waktu dalam hitungan menit menuju gedung perpustakaan modern Lampung.
Lebih kurang empat tahun lalu, tepatnya pada tahun 2018 saya menyaksikan proses pembangunan fisik gedung perpustakaan tersebut di mulai yang diawali ‘penghancuran’ gedung Kantor Dinas Peternakan provinsi Lampung. Terdorong rasa penasaran, seperti apa bentuk bangunan perpustakaan tersebut, saya pun berupaya untuk bisa mendapatkan gambar rencana desainnya. Struktur bangunan yang bukan hanya luas, namun juga nampak modern, kokoh dan gagah dengan ornamen yang tidak meninggalkan Lampungnya. Arsitektur bangunannya pun tidak kalah dengan Perpustakaan Grahatama Jogjakarta, dimana sebagai core bangunan tersebut terdapat ruang terbuka (open space) dengan langit setengah terbuka. Dengan konsep tersebut pada siang hari cahaya matahari dengan leluasa bisa masuk ke dalam gedung untuk membantu pencahayaan. Sementara dindingnya menggunakan bahan kaca. Inilah salah satu perwujudan dari bentuk arsitektur modern sebuah eko sistem perpustakaan masa kini. Bentuk bangunan dan ornamen bagian luar sudah cukup mewakili konsistensi dalam melestarikan budaya Lampung dengan tetap berwawasan lingkungan.
Jika dilihat dari rencana desain interior gedung tersebut menjadi nampak jelas, bukan sekedar perpustakaan namun juga sebagai ruang publik. Kita semua tentu sadar bahwa begitu tidak sepelenya keberadaan sebuah ruang publik, sehingga di dalam membangun kota yang merupakan ibukota provinsi Lampung harus tetap berwawasan lingkungan. Semua tentu menyadari bahwa fitrah setiap manusia mendambakan sebuah kehidupan yang lebih baik, bukan sekedar dapat hidup layak secara ekonomi, namun juga mendambakan kehidupan yang terdiri dari manusia-manusia sehat secara psikologis, yaitu manusia yang saling peduli, saling berempati, berprestasi dan saling bahu membahu. Membangun peradaban yang lebih baik di tengah ritme kehidupan kota yang semakin rentan untuk memicu stress dan berbagai penyakit fisik maupun mental. Adalah hak setiap warga masyarakat untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik, juga kewajiban warga untuk peduli dan terus melibatkan diri dalam perkembangan kota ini. Pembangunan kota khususnya, bukan hanya berfokus di infrastruktur, melainkan juga mempersiapkan sarana prasarana untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia masyarakat, salah satunya dengan adanya gedung perpustakaan ini.
Sayang, pembangunan gedung perpustakaan tersebut sempat terhenti dan mangkrak selama lebih kurang 2 tahun akibat tersandung pandemi Covid-19. Baru pada tahun 2022 ini Pemerintah Provinsi Lampung menunjukkan komitmennya dengan melanjutkan kembali pembangunan gedung perpustakaan tersebut meski masih jauh dari tuntas. Semoga tahun 2023 gedung perpustakaan yang membanggakan itu dapat selesai secara keseluruhan.
Terimakasih Pak Gubernur. Salam literasi !