Buruk, Pelayanan RSUD Ryacudu Kotabumi Banyak Dikeluhkan Pasien

Bagikan/Suka/Tweet:

‎Feaby/Teraslampung.com

Rumah Sakit ‎Umum Daerah Ryacudu, Kotabumi Lampung Utara  di Jl.  Jenderal Sudirman, Kotabumi, Lampung Utara

KOTABUMI–‎Pelayanan Rumah Sakit Umum Daerah Ryacudu (RSUDR) Kotabumi, Lampung Utara (Lampura) kembali dikeluhkan pasien. Pasalnya, dokter spesialis kebidanan dan penyakit kandungan di RS tersebut tak selalu tidak ada saat dibutuhkan.‎

Tidak jarang keluarga pasien harus terlebih dulu ‘mengamuk’ kepada pihak RSUDR jika mau mendapa‎t pelayanan pihak RS. Jika tidak, maka pihak medis RSUDR tidak akan memprioritaskannya.

“Terus terang, saya kecewa dengan pelayanan pihak RS Ryacudu karena harus marah – marah dulu baru dilayani,” beber Rusli, warga Kelurahan Rejosari, Kecamatan Kotabumi, Minggu (31/5).

‎Rusli mengaku terpaksa marah – marah kepada pihak medis RSUDR karena sejak masuk ke RS pada Minggu dini hari hingga pukul 06:30 WIB, isterinya sama sekali tak ditangani oleh petugas medis. Padahal, alasan utama dirinya membawa sang isteri ke RS dan tidak memilih persalinan di bidang adalah  untuk mendapat pelayanan prima dari dokter spesialis kebidanan dan penyakit kandungan agar tak terjadi hal yang tak diinginkan.

Awalnya permintaannya hanya dianggap angin lalu oleh pihak medis RS. Namun, setelah dirinya menceritakan bahwa profesi sebenarnya adalah Jurnalis baru pihak medis RS dengan cepat meresponnya.

“Setelah saya buka jati diri saya sebagai jurnalis, reaksi mereka (pihak medis) sangat berbeda. Mereka langsung merespon keluhan saya karena mungkin takut diekspose keburukannya,” urainya.

Menariknya, terus Rusli, yang datang memeriksa kandungan isterinya bukan dokter spesialis kebidanan dan penyakit kandungan melainkan hanya dokter jaga yang bernama Billy pada pukul 06:30 WIB.

Belakangan diketahui dokter spesialis kebidanan dan penyakit kandungan hanya tersedia pada hari – hari tertentu di RSUDR.  Parahnya lagi, si dokter jaga tersebut berkonsultasi dengan dokter spesialis kebidanan dan penyakit kandungan ‎melalui pesan singkat saat menghadapi keluhan isterinya.

“Dia (Billy) berkonsultasi tentang keluhan isteri saya dengan dokter spesialis melalui SMS. Lah, mending diagnosa dokter itu benar, kalau salah diagnosa kan nyawa isteri saya bisa terancam,” tegas dia.‎

Sementara, Zani, salah satu keluarga pasien lainnya yang telah terlebih dahulu keluar dari RSUDR mengeluhkan hal yang sama. Bahkan, menurut Zani, yang terjadi pada isterinya, TN lebih parah lagi. Karena selain harus pontang – panting terlebih dahulu baru dilayani pihak RS, ternyata pihak RS salah mendiagnossis penyakit isterinya, TN.

Kala itu, isterinya divonis mengalami ancaman keguguran (Abortus Iminens) oleh pihak medis. Belakangan ternyata diketahui isterinya mengidap penyakit gejala batu ginjal bukan ancaman keguguran seperti hasil diagnosa sebelumnya dari dokter spesialis kandungan RSUDR.

“Untung saja, saya bawa isteri saya ke klinik praktik dokter Syaiful, kalau tidak saya enggak bakal tahu kalau pihak RS salah mendiagnosis penyakit isteri saya yang lagi hami 4 bulan ini,” terangnya.

Di lain sisi, Direktur RSUDR Kotabumi, Maya Metisa ketika dihubungi melalui telepon enggan berkomentar. Bahkan, yang bersangkutan terkesan sangat tidak bersahabat ketika dihubungi lantaran nada bicaranya terdengar emosi saat diberitahukan akan konfirmasi terkait pelayanan RSUDR.

“Ada apa?. Konfirmasi apa?. Masalahnya begini saya lagi di pesta. Nanti saja,” katanya  dengan tinggi sembari menutup sambungan telepon.‎