Opini  

Catatan FKM RPJP Lampung 2045

Bagikan/Suka/Tweet:

Asrian Hendi Caya
Peneliti Pusat Studi dan Informasi Pembangunan

Kita apresiasi Lampung telah merampungkan rancangan awal (draft) RPJPD Lampung 2025-2045. Apalagi disebutkan nara sumber dari Kemendagri bahwa FKP (forum konsultasi publik) ini termasuk yang awal secara nasional. Diselenggarakannya FKP karena RPJPD adalah dokumen publik dan mengikat publik sehingga dipersyaratkan peraturan yang berlaku dalam menyusun RPJPD/RPJMD).

Kehadiran publik selayaknya ditanya apa aspirasinya untuk kemudian dicek apakah sudah terakomodir dan diberikan kesempatan memberikan penilaian pada hal apa yang belum sepaham untuk kemudian didiskusikan apa solusinya. Dengan demikian, forum konsultasi publik (FKP) secara substansial memenuhi maksudnya, tidak sebatas telah dilaksanakan. Hal ini sempat juga dikemukan salah satu nara sumber, Welly dari GGF.

Catatan ini mencoba merespon pemikiran yang berkembang dalam diskusi dan mencermati draft RPJP Lampung selintas (baru sampai isu strategis). Kemudian menawarkan solusi dengan ‘menyesuaikan’ draft yang telah disusun sebagai hasil konsultasi publik.

Dalam laporan/sambutan Kepala Bappeda Provinsi melontarkan apakah ekonomi bisa tumbuh 6% atau lebih. Mengingat peran lapangan usaha (sektor) pertanian masih dominan maka jalan cepat adalah ‘menggenjot’ pertumbuhannya. Sejak 2017 pertumbuhan sektor pertanian turun drastis menjadi sekitar 1 persen, yang sebelumnya mencapai rata-rata diatas 3 sampai 4 persen. Bahkan Tahun 2021 tumbuh minus (kontraksi). Artinya, sangat mungkin pertumbuhan sektor pertanian dikembalikan ke 3-4 persen. Apalagi pada 2022 sudah kembali ketingkat 2 persen. Lalu bagaimana mengakomodirnya ke draft RPJPD?

Hal ini bisa dikaitkan dengan isu strategis 6 yaitu produktivitas komoditas unggulan yang belum berkembang. Artinya, rumusan ini belum lengkap dan harus ditambah ‘profitabilitas’ sehingga menjadi produktivitas dan profitabilitas komoditas unggulan. Produktivitas mengembangkan budi daya (sektor pertanian), yang menyerap diatas 40% tenaga kerja. Profitabilitas mengembangkan industri dan perdagangan yang bersumber dari hasil pertanian. Profitabilitas menjadi energi untuk bergairahnya sektor pertanian. Dan sangat mungkin tumbuh tinggi kembali dengan dukungan infrastruktur terutama pengairan dengan hadirnya beberapa bendungan (Way Sekampung Pringsewu dan Marga Tiga Lamtim).  Apalagi tanaman pangan penyumbang tertinggi sektor pertanian, yaitu 33%. Akomodasi provitalibilitas pada isu strategis akan berimplikasi pada kebijakan dan arahan program pembangunan pertanian sebagai solusinya.

Dalam diskusi sempat dipertanyakan terkait dengan rasio ketergantungan pada saat membahas bonus demografi. Bonus demografi adalah kondisi dimana penduduk umur produktif lebih banyak dari umur nonproduktif yaitu 100 penduduk produktif menanggung sekitar 40 penduduk nonproduktif, dengan kecenderungan meningkat walau tetap berada dikisaran 40.  Kemampuan menanggung beban tidak secara otomatis dicerminkan oleh umur produktif. Tapi oleh daya belinya karena mereka punya pendapatan. Usia produktif tidak semua punya pekerjaan. Dan ternyata tidak semua yang berstatus bekerja punya pendapatan. Pekerja keluarga adalah usia produktif yang bekerja tapi tidak dibayar. Pekerja bebas adalah usia produktif yang bekerja tapi pendapatannya tidak pasti. Jadi sangat tergantung pada struktur bekerja berdasarkan statusnya.

Akibat covid 19 sampai dengan 2022 (2019-2022), jumlah buruh berkurag sebanyak 57.117 orang, pekerja bebas bertambah 52.599 orang, dan pekerja keluarga bertambah 121.851 orang. Dalam struktur orang yang bekerja pekerja bebas dan pekerja keluarga mencapai 31%. Fakta ini berdampak luas, karena akan mencerminkan kesejahteraan yang akan berimplikasi pada jumlah penduduk miskin dan status gizi terutama anak-anak. Nah pendalam inilah yang perlu menjadi isu karena kedepan akan banyak jenis pekerjaan yang akan hilang walau pun ada jenis pekerjaan baru yang akan muncul. Akomodasi hal ini bisa masuk pada isu strategis karena akan berimplikasi pada solusi yang akan dilakukan. Dalam hal ini masuk isu 1 yaitu jumlah penduduk Lampung Tahun 2045 diproyeksikan 11,076 juta jiwa, yang salah satu bahasannya adalah bonus demograpi.

Hal lain yang bisa mempertajam RPJP Lampung adalah isu 4, yaitu potensi sumberdaya alam untuk mendukung kemandirian energi. Sayang sekali isu strategisnya hanya sebatas potensi panas bumi. Suoh-Sekincau sudah dilelang dan pemenangnya Chevron dari AS, tapi hasil eksplorasi ternyata potensinya dinilai tidak cukup sehingga tidak dilanjutkan. Panas bumi di gunung Rajabasa juga sudah ada pemenangnya (supreme). Cuma prosesnya lambat karena belum selesai dengan penduduk setempat. Danau Ranau karena bersifat lintas daerah (Lampung dan Sumsel) maka prosesnya di Pemerintah Pusat. Dengan demikian, isu strategis apa yang harus diselesaikan adalah menjadikan potensi sumberdaya alam produktif atau terdayagunakan, yaitu mempercepat pendayagunaan panas bumi dalam rangka menyediakan energi listrik untuk mendukung industrialisasi utamanya agroindustri di Lampung.

Harus dimunculkan juga potensi energi yang bersumber air baik sungai dan laut. Energi listrik merupakan prasyarat industrialisasi. Selama ini sudah ada upaya untuk membangun mikrohidro, apa kendalanya. Nah ini harus didetailkan untuk memunculkan solusinya melalui kebijakan dan arah pengembangan kedepan. Gas dan batu bara yang melintasi Lampung untuk diangkut ke Jawa, selayaknya juga muncul sehingga kedepan kita punya legal standing untuk mengembangkannya. Apalagi Jawa akan semakin jenuh untuk pengembangan industri sehingga Lampung sangat strategis sebagai alternatif pengembangan kawasan industri Indonesia.

Isu ke 7 yaitu peran industri dalam perekonomian daerah masih stagnan juga perlu pendalaman sebagai isu. Detail problem akan memudahkan dalam perumusan kebjikan dan arah pengembangan. Justru perencanaan itu dimulai dari pendefinisian masalah secara akurat, kemudian akan lahir rencana solusi yang tepat. Pilihan istilah hilirisasi belum menggambarkan kedalaman pohon industri. Karena itu, dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi sudah tepat menonjolkan komoditas unggulan. Hanya saja bagimana caranya? Hilirisasi satu tahap dari proses panjang mengolah komoditas unggulan. Hal ini sudah memberi manfaat tapi akan lebih penuh manfaatnya jika semakin panjang tahapan proses yang dilalui. Proses panjang dan terintegrasi itulah industrialisasi. Mengingat ini perencanaan jangka panjang maka sangat besar kesempatan untuk memprosesnya dalam tahapan yang lebih lengkap. Akan lebih mendalam isu ke 7 ini bila sub problemnya menjadi agroindustri komoditas unggulan Lampung. Apalagi industri terbanyak adalah industri pangan (60,37%).

Mengingat ini adalah rencana jangka panjang Lampung selayaknya semua komponen (stakeholders) ikut aktif berkontribusi dan pemerintah yang menyusunnya membuka akses seluas-liuasnya kepada publik untuk bekontribusi. Ayo kita bangun Lampung bersam-sama.  Jejama Secancanan –  Beguai Jejama – Ragom Mufakat – Sakai Sambayan – Beguwai Jejamo Wawai…