Jauhari Zailani
Sudah beberapa pekan ini, saya olahraga ringan. Untuk orang seusiaku, yang cocok adala jalan kaki. Itu kata para ahli. Dan saya merasakan nyaman. Meski terkadang lutut terasa ngenyut nyeri.
Bersama Abah Udin, kami berjalan dengan rute yang ramai. Karena kami berjalan setelah taklim di masjid dan sarapan. Setengah delapan, baru mulai berjalan. Setelah Abah Udin samperin di rumahku. Sampai di rumah lagi pukul 9.00 WIB.
Dalam perjalanan ke PKOR Way Halim, kami ngobrol. Sesekali bertegur sapa dengan tetangga. Tak lupa mengomentari pejalan lain, pedagang, atau mobil yang berseliweran.
Sungguh kami beruntung. Kami tinggal di dekat Komplek PKOR. Kompleks ini terdiri dari
anjungan semua kabupaten dan kota yang ada di Provinsi Lampung.
Ruang (gedung) pertemuan, ada beberapa. Sarana olahraga, gedung Dewan Kesenian Lampung. Aneka kios sovenir khas daerah Lampung.
Dan lapangan yang terbuka, selain menjadi tempat parkir, juga arena hiburan rakyat dan rekreasi. Orang-orang yang datang ke PKOR Way Halim sekadar buang waktu dan santai.
***
Yang menjadi sentral PKOR adalah stadion olahraga bernama “Sumpah pemuda. Nama itu dilekatkan juga menjadi merek “Gedung Pertemuan” yang berseberangan dengan lapangan sepakbola. Nama ‘lapangan olahraga dan gedung yang nampak mentereng, gagah.
Pagi itu, areal PKOR Way Halim ramai sekali. Tempat parkir mobil dan sepeda motor penuh. Pedagang makanan berjejer berdesak, tidak menutup akses ke dalam lapangan. Tetapi untuk ke dalam perlu hati-hati, karena bisa tergoda untuk makan dan batal olahraga.
Saya memasuki lapangan sepakbola. Ramai sekali. Saya saksikan “banyak” orang tua yang olahraga. Mak dan Bak bersama anak dan cucunya. Apalagi ketika sedang berlangsung pertandingan.
Pagi itu ada pertandingan sepakbola kelompok umur (8 dan 10) tahun. Keluarga para pemain ikut menyaksikan dan meramaikan pertandingan.
Setelah tiga kali memutari lapangan bola, kami pindah di luar.
Berbeda dengan pemandangan di depan dan di dalam lapangan, pagi itu saya menyaksikan keadaan di belakangnya. Dia belakang lapangan, saya berjalan keliling. Hemmm. Ah, ngeri-ngeri sedap.
Hemmm rumput liar di sepanjang rute. Saya menyaksikan, wow….. keren banget tapi menyedihkan.
Jalan di paving blok, rapi. Kursi taman berderet warna warni, biru merah. Sayangnya, ditumbuhi rumput liar. Sampah berserakan.
Di belakangnya nampak lapangan softball, soccer. Mewah. Tapi sepi. Tak terurus.
Berjalan ke depan melihat tower lampu sorot menuju lapangan bola, untuk menerangi lapangan jika main di malam hari. Tower ini ada, setidaknya empat unit yang dipasang di empat sudut. Masing-masing tower dengan perangkatnya. Entah mesin apa namanya yang ada di bawah tower. Pasti mahal. Sayangnya, sudah beberapa lama tak lagi dipergunakan.
Sejauh mata memandang hingga pager dan pintu gerbang tampak subur tumbuh rumput liar. Berjalan ke depan, aku dan Abah Udin menemukan jejeran bonsai dipajang di depan tenda yang sudah miring-miring. Tenda itu ditumbuhi rumput liar. Hemmm….kok bisa begini ya? Barang mahal tetapi terbengkalai.
Kedepannya saya melihat lapangan voli yang tak terurus. Kumuh. Di sebelahnya, kami terus berjalan melewati tumpukan sampah yang dibakar. Semakin jauh dari riuhnya pemandangan di depan lapangan sepakbola.
Kedepan lagi, kami saksikan bangunan kafe yang kesepian. Bangunan itu nampak masih kokoh. Dalamnya ada kursi dan meja tersusun rapi. Siap di pakai. Aduh, tapi merana sekali. Kosong. Mangkrak.
Ke depan lagi, Kami menuju kolam ikan. Kolam di dalamnya, ada di area yang berpagar dengan ornamen yang kokoh dan indah. Namun, kolam ikan itu terbengkalai. Kolam tak ada ikan. Bekas jaring ikan berserakan di dalam kolam.
Kolam yang berada di depan anjungan Kabupaten Pesawaran itu, nampak merana dan menyedihkan. Melengkapi apa yang kami saksikan, di balik kemegahan Gedung Sumpah Pemuda.
Ah…. perjalanan pulang melewati gedung-gedung mewah anjungan daerah di Lampung. Yang sepi….
Ah, andaikan diserahkan pengelolaannya ke anak milenial. Bisa di pastikan menjadi sumber pemasukan uang ke Pemda. Apalagi jaringan-jaringan wisata sedang digalakkan.
Hemmm.