TERASLAMPUNG.COM — Gentingnya situasi di ranah literasi digital disebut setara dengan keadaan darurat stunting. Mestinya ada penanganan serius dari berbagai pihak. Mengingat dampak yang ditimbulkan dari kurang “melek” literasi digital ini, terbilang bikin nyesek; korban investasi bodong dan judi online terus merebak.
Sebagai bagian dari institusi pemerintah, Dinas Perpustakaan Daerah dan Kearsipan Provinsi Lampung merasa terpanggil mengambil bagian penanganan. Sesuai tupoksinya, langkah konkrit pun diambil. Seperti sosialisasi ancaman nyata judi online dan pentingnya melek literasi digital yang bila dioptimalkan dapat memberi peluang usaha bagi anggota masyarakat.
“OJK pernah merilis inklusi keuangan kita tinggi sekitar 80 persen. Sayangnya, pencapaian itu tidak berbanding lurus dengan indeks literasi keuangan yang hanya 40 persen. Karena pemahaman literasi kurang akhirnya banyak warga rentan tergoda tipuan investasi bodong,” ungkap Riski Sofyan saat menerima jajaran pengurus AMSI (Asosiasi Media Siber Indonesia) Wilayah Lampung, Selasa (17/9/2024).
Dia menambahkan, kondisi tersebut juga berdampak pada ketidak cakapan warga dalam mencari uang. Sebab, individu tidak memiliki wawasan atau literasi yang memadai. Misalnya, kemampuan melihat peluang untuk merintis usaha skala UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah) sekalipun. “Banyak individu yang tidak mampu mengelola usaha dengan modal kecil,” imbuh Riski.
Oleh karenanya, sambung dia, beranjak dari kondisi itu, pihaknya berupaya menyediakan literasi atau referensi bertematik tentang keuangan.
Menurut Riski, berdasarkan survei Microsoft tahun 2022 yang disampaikan Bill Gates, akses ke internet warga Indonesia terbilang tertinggi di dunia. Akan tetapi indeks keberadaban digitalnya terendah se-Asia Tenggara. Salah satu dampaknya ialah merebaknya judi online di negeri ini, termasuk di Lampung.
“Di sinilah salah satu tugas Perpusda untuk fokus terhadap pengembangan literasi digital,” tuturnya, seraya berharap bisa bersinergi bersama AMSI Lampung, “Saya pikir ini juga berkaitan dengan program kerja kawan-kawan di AMSI Lampung yang saya tahu juga menaruh perhatian besar terhadap pengembangan literasi digital”.
Riski menambahkan, berdasarkan data, korban judi online di Lampung, khususnya, sudah merambah ke kalangan pelajar, mahasiswa, kepala keluarga bahkan ibu rumah tangga.
Beranjak dari data ini pula Perpusda menyasar pembinaan seputar melek literasi digital di kalangan pelajar. Bentuk pembinaannya melalui media lomba pidato dalam bahasa Lampung bertema Larangan Judi Online. ini merupakan bagian dari aktivitas Gajah Kompak (Gerakan Anti Judi Online Aksi Harmomi, Kolaborasi Masyarakat, Pegiat dan Antarkelembagaan).
“Kami juga aktif berkolaborasi dengan berbagai pihak untuk menyosialisasikan kampanye ancaman judi online ini. Seperti melalui diskusi yang disiarkan ke publik, contohnya di RRI,” pungkas Riski. (*)