Cerita tentang Elanto Wijoyono, Sang Pencegat Moge Pelanggar Lalu Lintas

Elanto Wijoyono (berkaos item) di samping Darwono aktivis lingkungan Jalin Merapi Yogyakarta. (Foto: Sunardian Wirodono).
Bagikan/Suka/Tweet:

Sunardian Wirodono

Elanto Wijoyono (32) sekarang lagi ngetop-ngetopnya. Itu gegara aksi cegat moge pelanggar lalu-lintas, dan kebetulan Yogyakarta lagi jadi ajang pertemuan pemoge se Indonesia Raya.
Padahal soal aksi cegat-mencegat moge ini, sudah dimulainya sejak Mei 2014 lalu. Dan ia terus konsisten melakukan aksinya itu,

“Konvoi itu selalu terulang setiap tahunnya. Polisi tetap tinggal diam,” kata Elanto, yang kuliah di Arkeologi UGM dan juga aktivis lingkungan heritage di Yogyakarta ini.

Warga Condongcatur, Sleman, DIY ini, mempunyai aktivitas seabreg yang berkait lingkungan, heritage, dan pengembangan swadaya masyarakat berbasis asset terutama pada masyarakat pedesaan dan UMKM itu.

Sebelumnya, Elanto adalah juga seorang komikus, storyboardis, yang dua bukunya, “Petualangan Arki” diterbitkan oleh Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia (2003). Untuk itulah tahun 2003-2005 ia menjadi pendiri dan tim kreatif Swacomsta Comic Studio, Yogyakarta.

Meski kayaknya keahliannya di bidang ini agak ditinggalkan (padahal, kumau ajakin kamu El!).
Soal aksi nyegat moge itu, Elanto pertama kali melakukan aksinya sendiri, dan kemudian beberapa orang membantunya. Ada sekitar tiga hingga empat orang yang kemudian bergabung.

“Polisi harus menjalankan tugas sebagaimana mestinya. Polisi jangan bergerak jika hanya ada laporan saja,” ucap lelaki lajang pelestari pusaka yang juga tertarik pada informasi dan manajemen pengetahuan ini.

Ia tak hanya menghadang, tapi juga menegur pengguna moge yang tak tertib. Bahkan ia sempat berdebat dengan anggota kepolisian yang menghalang-halanginya.

“Masalahnya ada penggunaan patwal. Sebagai warga memandangnya fungsi (patwal) untuk darurat Negara, bukan mengawal rombongan tidak penting,” katanya dengan mengutip pasal 134, UU no 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang membantah argumen polisi bahwa konvoi moge yang mereka kawal berhak diistimewakan.

Elanto mengingatkan, tugas aparat semestinya menjaga ketertiban lalu lintas. Namun, yang terjadi di lapangan tidak demikian. Barisan konvoi moge tak semua mematuhi rambu lalu lintas. Bahkan, konvoi tersebut menggunakan pengawalan voorijder. “Pasukan voorijder tugasnya tidak mengawal konvoi. Itu sudah melanggar aturan,” ucapnya.

Ia mengaku sudah mencoba mendatangi jajaran Ditlantas Polda Yogyakarta. Tak hanya itu, Elanto juga sudah memantau beberapa pos polisi terkait keamanan dan kenyamanan akibat konvoi moge itu.

“Saya sudah mengatakan, kalau kepolisian tidak bersikap, saya akan bertindak dengan cara saya sendiri,” katanya.

Dan itulah yang kemarin dilakukannya, dengan keren. Kompor gas, Elanto. Semoga bisa membakar teman-teman Indro Wakop!