TERASLAMPUNG.COM — Di jagat sinema Lampung, nama Chrisila Wentiasri belum begitu familiar. Namun, tiba-tiba nama alumni SMKN 5 Bandarlampun menjadi perhatian publik nasional ketika panitia Festival Film Indonesia (FFI) 2017 pada pengumumuman faftar nomine FFI 2017 di bilangan Jakarta Selatan, Kamis (5 Oktober 2017) lalu menyebutkan film Anak Koin karya Chrisila Wentiasri menjadi salah satu noimine FFI 2017 untuk kategori film dokumenter pendek terbaik.
Selain Anak Koin karya Wenti, film lain yang masuk nomine sebagai film dokumenter terbaik FFI 2017 adalah Dluwang: The Past From The Trash (Agni Tirta), Living In Rob (Fuad Hilmi), Sepanjang Jalan Satu Arah (Bani Nasution), Solastalgia (Kurnia Yudha F). Songbird: Burung Berkicau (Wisnu Surya Pratama), dan The Unseen Words (Wahyu Utami Wati).
Bagi Wenti, ini adalah kejutan kedua untuk film Anak Koin. Sebelumnya, film Anak Koin meraih penghargaan sebagai film Denpasar Film Festival (DFF) 2017, September 2017 lalu.
Film Anak Koin menarik perhatian juri karena kemampuannya menuturkan kisah nyata tentang anak jalanan yang menekuni profesi sebagai pemburu koin di tepi laut Pelabuhan Bakauheni. Film itu tidak hanya bercerita tentang ‘perjungan’ anak-anak pemburu uang logam recehan yang penuh risiko, tetapi juga mengandung nilai-nilai kemanusiaan.
Film Anak Koin yang berdurasi 33 menit ini menceritakan tentang Agus, pemburu uang koin yang ditebarkan penumpang kapal di Pelabuhan Bakauheni. Para ‘anak koin’ ternyata bukan anak-anak iseng yang nakal. Mereka adalah anak-anak yang menekuni perburuan koin sebagai profesi.
Tak jarang mereka harus melakukan atraksi berbahaya untuk berkelit dari kejaran aparat kepolisian. Atraksi juga dilakukan demi membuat para penebar uang koin gembira.
Tentang prestasi yang melambungkan namanya, alumni ISI Yogyakarta yang kini menjadi guru magang di Bandarlampung ini mengaku sama sekali tidak menyangka akan mendapatkan apresiasi begiti tinggi dari para sineas senior sepeti Slamet Raharjo dan Riri Reza yang kebetulan menjadi juri.
“Sewaktu saya dikabarin bahwa film ini direkomendasiin ke FFI sampai pengumuman belum resmi dari panitia lewat email, saya masih belum percaya. Bena nggak sih ini? Begitu pikir saya,” kata Wenti.
Wenti mengaku sebenarnya dirinya awalnya agak pesimis dengan karyanya tersebut.
“Fiilm ini lumayan butuh perjuangan. Mulai dari memikirkan ide untuk diajukan menjadi proposal terus ke proses riset yang banyak rintangan dan menguras pikiran. Ditambah lagi ‘drama’ waktu ngerjain skripsi sampe proses ngeditnya, bisa jadi sebuah karya dan dapat gelar karena film ini pastinya bersyukur bangetttttttt.. Gak nyangka gitu bisa melewati semua proses itu,” kata gadis yang lulus dengan predikat cumlaude dari ISI Yogya ini.
Malam pengumuman FFI 2017 akan dihelat di Manado pada 11 November 2017 mendatang. Wenti kini kembali menunggu dengan harap-harap cemas akan nasib karyanya di ajang begengsi itu.
Kini film Anak Koin menjadi karya anak muda pertama yang berhasil lolos masuk nomine FFI. Jika nanti karya Wenti menjadi yang terbaik, maka predikat luar biasa akan terasa menjadi berganda.