TERASLAMPUNG.COM — Afrika Selatan dan negara-negara di Benua Afrika kini menjadi sorotan dunia setelah adanya laporan varian Covid-19 bernama B.1.1.529 atau Varian Omicron. Mulai ditemukan di Afrika Selatan pada 24 November 2021, Varian Omicron disebut berkembang sangat cepat dan dikabarkan sudah menyebar di Botswana, Belgia, Hong Kong, dan Israel.
Dilansir BBC, kasus positif akibat varian Omicron meningkat di hampir semua provinsi di Afrika Selatan. Dampaknya, banyak negara termasuk Indonesia melarang warga negara Afrika Selatan atau orang yang baru saja berkunjung ke wilayah Afrika Selatan memasuki negaranya. Sejumlah negara kini telah melarang atau membatasi perjalanan menuju dan dari Afrika Selatan.
“Varian ini memiliki sejumlah besar mutasi, beberapa di antaranya mengkhawatirkan,” begitu pernyataan resmi Organisasi Kesehatan Dunia, WHO.
Sebuah virus kerap berubah atau bermutasi dari waktu ke waktu. Sebuah varian masuk daftar perhatian WHO jika mutasi itu dapat mempengaruhi penularan, virulensi atau efektivitas vaksin.
Profesor James Naismith, ahli biologi struktural dari Universitas Oxford, menilai kemunculan varian ini merupakan kabar buruk. Meski begitu dia yakin “ini bukanlah hari kiamat”.
Menurutnya, mutasi memungkinkan varian Omicron dapat menyebar lebih cepat. Namun dia menilai penularan ditentukan oleh bagaimana mutasi saling memicu penularan.
Kepala Badan Penyakit Menular (CDC) AS, Anthony Fauci, menyebut meskipun laporan awal tentang varian Omicron memunculkan kekhawatiran, vaksin yang ada kemungkinan masih bisa mencegah dampak negatif pada kesehatan.
“Sampai hal ini diuji dengan benar, kami tidak tahu apakah varian itu bisa menghindari antibodi yang melindungi Anda dari virus,” kata Fauci kepada CNN.
WHO memerlukan beberapa pekan untuk memahami dampak varian Omicron. Para ilmuwan lembaga itu tengah meriset daya tular varian itu.
Profesor Tulio de Oliveira, direktur Pusat Respons dan Inovasi Epidemi Afrika Selatan, mengatakan adanya “konstelasi mutasi yang tidak biasa” dan “sangat berbeda” dari varian lain yang telah menyebar.
“Varian ini memang mengejutkan kami, karena telah melalui loncatan besar dalam proses evolusi [dan] memiliki lebih banyak mutasi dari yang kami harapkan,” katanya.
Prof. de Oliveira mengatakan varian baru ini memiliki 50 mutasi secara keseluruhan, lebih dari 30 di antaranya terdapat pada spike protein (taji protein). Bagian ini adalah alat yang digunakan virus untuk membuka pintu ke sel-sel tubuh kita sekaligus yang disasar sebagian besar vaksin.
Menurutnya, ada 10 mutasi pada bagian reseptor pengikat (bagian dari virus yang melakukan kontak pertama dengan sel-sel tubuh kita), jauh lebih banyak jika dibandingkan dengan dua mutasi yang dimiliki varian Delta.
Mutasi sebanyak ini kemungkinan besar berasal dari satu pasien yang tidak mampu mengalahkan virus itu.
Meski demikian, banyaknya mutasi tidak secara otomatis berarti itu adalah hal yang buruk. Penting untuk mengetahui apa peran dari masing-masing mutasi tersebut.
Namun yang menjadi perhatian saat ini adalah bahwa virus ini sekarang sangat berbeda dari wujud awalnya yang muncul di Wuhan, China. Itu berarti efektivitas vaksin-vaksin yang telah dikembangkan untuk mengatasi galur awal virus ini, kemungkinan akan berkurang.
Beberapa mutasi pada varian ini sudah muncul pada varian lain yang telah terdeteksi sebelumnya, sehingga dapat memberikan pemahaman tentang kemungkinan peran mereka dalam varian baru.
Misalnya, N501Y terlihat mempermudah penyebaran virus corona. Ada mutasi-mutasi lainnya yang mempersulit antibodi untuk mengenali virus dan mungkin membuat vaksin kurang efektif, tetapi ada juga sejumlah mutasi lainnya yang benar-benar baru.
“Varian ini membuat kami khawatir bahwa virus tersebut mungkin memiliki tingkat penularan yang lebih tinggi, meningkatkan kemampuan untuk menyebar dari orang ke orang, tetapi mungkin juga menghindari beberapa bagian dari sistem kekebalan tubuh,”kata Profesor Richard Lassells, dari Universitas KwaZulu-Natal di Afrika Selatan.
Ada banyak contoh varian yang tampak menakutkan di atas kertas, tetapi tidak menghasilkan apa-apa.
Varian Beta dikhawatirkan khalayak pada awal tahun karena merupakan varian yang terbaik dalam menghindari sistem kekebalan tubuh. Tetapi pada akhirnya Delta yang menyebar lebih cepat ke seluruh dunia.
Profesor Ravi Gupta, dari Universitas Cambridge, mengatakan: “Beta benar-benar lolos dari sistem kekebalan tubuh dan tidak memiliki mutasi lain, Delta memiliki inefektivitas dan kekebalan sederhana dari sistem imun, sementara varian [terbaru] ini berpotensi memiliki keduanya pada derajat yang tinggi.”
Studi ilmiah di laboratorium akan memberikan gambaran yang lebih jelas, tetapi jawaban justru akan datang lebih cepat dari pemantauan virus ini di dunia nyata.
Masih terlalu dini untuk menarik kesimpulan yang jelas, tetapi sudah ada tanda-tanda yang menyebabkan kekhawatiran.
Ada 77 kasus yang sepenuhnya dikonfirmasi di provinsi Gauteng di Afrika Selatan, empat kasus di Botswana, dan satu di Hong Kong (yang secara langsung terkait dengan perjalanan dari Afrika Selatan).
Namun, ada petunjuk bahwa varian tersebut telah menyebar lebih luas.
Varian ini tampaknya memberikan hasil yang unik (dikenal sebagai gen-S dropout) dalam tes-tes standar sehingga dapat digunakan untuk melacak varian ini tanpa melakukan analisis genetik lengkap.
Hal itu menunjukkan 90% kasus di Gauteng mungkin termasuk varian ini dan “mungkin sudah ada di sebagian besar provinsi” di Afrika Selatan.