DAK Pendidikan 2014 di Lampura, Alat Olahraga Diduga tak Sesuai Standar

Bagikan/Suka/Tweet:

Feaby/Teraslampung.com

Bola yang dibeli dengan anggaran DAK ini diduga tidak standar.

Kotabumi–Peralatan olahraga yang dikerjakan oleh rekanan dari Dinas Pendidikan (Disdik) Lampung Utara (Lampura) tahun 2014 silam disinyalir tak sesuai standar.

Berdasarkan penelusuran di lapangan, kualitas sejumlah alat olahraga SMA yang bersumber dari Dana Alokasi Khusus (DAK) tahun 2014 lalu itu terlihat cukup memprihatinkan alias cukup buruk. Alat olahraga yang kualitasnya diduga tak sesuai standar itu yakni peralatan lempar lembing baik untuk putra maupun putri. Bagian ujung lembing untuk pria terlihat tidak cukup runcing alias tumpul dan tidak terlihat mengkilap. Bahkan, ujung lembingnya terlihat tidak kokoh atau tidak menyatu kuat dengan tubuh lembing.

Hal ini dibuktikan dengan mudah goyahnya ujung lembing saat coba ditekan dengan tangan. Kondisi yang lebih parah terjadi pada alat lembing perempuan. Ujung lembingnya terlihat sangat tumpul. Tak hanya itu, kedua lembing baik untuk pria/perempuan terasa sangat ringan ketika digenggam. Diperkirakan beratnya tidak mencapai berat 600-800 gram sebagaimana yang diharuskan.

Ujung lembing, salah satu alat olahraga yang dibeli dengan DAK 2014, diduga tidak standar. 

Selain alat lempar lembing, kualitas bola untuk olahraga basket, sepakbola pun kondisinya nyaris sama. Cat pada bola – bola itu terlihat sudah ada yang terkelupas. Jahitan pada bola – bola itu tampak tidak cukup rapi.

Salah seorang guru olahraga yang tak mau disebutkan jati dirinya membenarkan ihwal kondisi alat olahraga yang berasal dari DAK bidang pendidikan itu yang diduga tidak sesuai standar tersebut. Menurutnya, seyogyanya ujung lembing harus kokoh dan terbuat dari besi agar tidak mudah rusak ketika sering digunakan.

“Mata (ujung,red) lembingnya sepertinya bukan terbuat dari besi. Saya yakin, pasti cepat rusak kalau dipakai,” paparnya belum lama ini.

Sementara, guru olahraga lainnya yang juga keberatan disebutkan namanya, membenarkan buruknya kualitas alat olahraga yang berasal dari DAK pendidikan tahun 2014. Buruknya kualitas alat olahraga itu pertama kali diketahui oleh rekannya di sekolah. Kala itu, rekannya mencoba menggunakan bola untuk olahraga sepakbola.

“Waktu pertama kali dipompa, bentuk bolanya tidak bulat sempurna seperti biasanya,” kata dia.

Hingga berita ini diturunkan, baik Kepala Dinas maupun Kepala Bidang Perencanaan Disdik Lampura belum berhasil dikonfirmasi ihwal ini.