Merunut Sejarah PPN: Pertemuan Penyair Nusantara Pertama Dihelat di Medan

Bagikan/Suka/Tweet:

Isbedy Stiawan ZS/Teraslampung.com

 

BANDARLAMPUNG—Pertemuan Penyair Nusantara (PPN) pertama kali dihelat di Medan, Sumatera Utara. Penggagasnya Afrion. Dari Kota Medan, PPN berlanjut hingga tahun ini adalah yang ke 7.PPN dihelat sebagai upaya menghimpun para penyair se-Nusantara yang meliputi Indonesia, Malaysia, Singapura, Bruneidarussalam, Thailand, atau diaspora Melayu.

PPN I berlangsung di Taman Budaya Sumatera Utara, Medan, pada 25-29 Mei 2007. Pada PPN II denga  tuan rumah masih Indonesia, berlangsung di Kediri, Jawa Tengah (29 Juni-3 Juli 2008).

Tahun berikutnya, PPN dilangsungkan di Malaysia, persisnya di Kualalumpur, 20-22 November 2008. Penajanya adalah Persatuan Penulis Malaysia (PENA), selanjutnya PPN IV dilaksanakan di Bandar Seri Begawai, Bruneidarussalam, 26-28 Juli 2010.

Dari Brunei, PPN V kembali ke Indonesia. Adalah Sumatera Selatan melalui Dewan Kesenian Sumatera Selatan (DKSS), Pertemuan Penyair Nusantara dilasungkan di Kota Palembang, 16-19 Juli 2011.

Kegiatan, kecuali seminar, berlangsung di hotel. Pembacaan puisi dilaksanakan di sejumlah perguruan tinggi (PT) di Palembang dengan menyertakan para pelajar dan mahasiswa. Sedangkan penutupan dilangsung di  di kawasan Sungai Musi.

Pada PPN V Sumatera Selatan, mulai diberlakukan kurasi karya. Bagi karya yang lolos seleksi kurator, berhak mendapatkan “tiket” mengikuti PPN V.Demikian pula PPN VI di Jambi, 28-31 Desember 2012, kurator juga ditunjuk, baik untuk mengkurasi karya puisi para penyair Nusantara, juga makalah yang hendak ditampilkan.

Tempat penyelenggaraan PPN VII di Singapura

Setelah dari Jambi, PPN VII sempat tertunda satu tahun. Tuan rumah, Singapura, tak bisa menghelat pada tahun 2013. Penundaan terjadi lagi pada tahun 2014, semula direncanakan pada Mei lalu, namun akhirnya disepakati 29-31 Agustus 2014.

Beragam tema diusung setiap perhelatan PPN, di antaranya “Potret Puisi Nusnatara Mutakhir” (Palembang, Sumatera Selatan), “Nusantara Dalam Perspektif Historis, Filosofis & Eksistensial” (Jambi), dan Menjejaki Akar Sejarah Kewibawaan & Perkembangan Dunia Perpuisian Nusantara” (Singapura).

Kecuali Singapura, PPN sebelumnya tidak dibatasi peserta dari luar negeri. Terpenting mendaftar langsung kepada panitia, untuk PPN di Malaysia dan Bruneidarussalam. Sedangkan Sumatera Selatan dan Jambi, kepesertaan ditentukan oleh lolosnya karya oleh kurator yang ditunjuk panitia setempat.
Sedangkan PPN VII di Singapura pada 29-31 Agustus 2014, jelas Ahmir Ahmad, kepersetaan dari luar negeri dibatasi jumlahnya. Penetepan penyair atas musyawarah panitia PPN VII. 

Menurut Ahmir Ahmad dalam laman grup Pertemuan Penyair Nusnatara VII Singapura, PPN VII, format dan konsepnya sudah pasti berbeda. Selain itu, katanya, pesertanya terbatas, hal ini bersandar pada keterbatasan dana yang dimiliki panitia.

“Penyertaan dari luar negara dan juga tempatan tidak mungkin dapat dilanjutkan melalui mekanisme lulus seleksi antologi puisi,” katanya.

Dia melanjutkan, penyertaan dari luar negara dan juga tempatan, dilaksanakan oleh panel PPN-VII yang diamanahkan membuat keputusan atas kriteria yang tertentu, dan tunduk pada syarat dan permintaan organisasi yang memberi dana di Singapura.

Karena itu, imbuh Ahmir Ahmad, para penyair se-Nusantara yang dengan berat hati tidak dapat diundang, mohon maaf dan dimaklumi. Mengingat keterbatasan panitia.

Lebih lanjut Ahmir menyebut para penyair yang diundang resmi dari hasil rapat panitia PPN VII Singapura. Dari negara tuan rumah, terdapat penyair Abdul Samad Salimin (Asmin), Muhammad Jailani Abu Talib, Rasiah Halil, Nurul’Ain Hj Kudsi, Mibarzo, Hameed Ismail, Abdul Kadir Pandi, Ismail Sarkawi, E.F. Kamaluddin.

Kemudian Bruneidarussalam yang diundang lima penyair, yaitu Zefri Ariff, Salmi Mesra, Yahya M.S. (Ust), Maimon Rahman, dan Baharuddin H.O.

Sedangkan dari Indonesia, jelas Ahmir Ahmad, ada 17 penyair. Mereka adalah Ahmadun Yosi Herfanda, Anwar Putra Bayu, Dimas Arika Mihardja, Fakhrunnas MA Jabbar, Isbedy Stiawan ZS, Jumardi Putra, L.K. Ara, Tarmizi Rumahitam, Maman S. Mahayana, Sutardji Chalzoum Bachri, Jamal D. Rahman, Taufiq Ismail, Mustofa Bisri, Samson Rambah Pasir, Viddy Daery, Abdul Rahim Qahhar, dan  Hoesnizar Hood.

Sampai berita ditayangkan, panitia PPN VII belum mengabarkan penyair dari Malaysia dan Thailand. Kemungkinan kedua negara ini mendapat prioritas, mengingat Malaysia sangatlah dekat dengan Singapura.

Sementara itu, Thailand dalam PPN ini dianggap “tamu istimewa” karena hanya negara ini di Nusantara, yang sangat mengebiri Melayu. Apatah lagi kehidupan sastra, seperti tak mendapat tempat bagi pemerintah Thailand.

Itu sebabnya, Thailand selalu menghindar jika ingin ditunjuk menjadi tuan rumah Pertemuan Penyair Nusantara. Entah, tahun-tahun mendatang.

Taman Warisan Melayu

PPN VII di Siingapura, 29-31 Agustus 2014, akan dipusatkan di Taman Warisan Melayu, 85 Suoltan Gate, Singapura 198501.
Adapun Taman Warisan Melayu terletak di Kampung Glam, Singapura berdampoingan dengan Masjid Sultan.

Bangunan ini sebelum berganti nama menjadi Taman Warisan Melayu pada tahun 2004, meruoakan sebuah bangunan Istana Kampong Glam yang dibina oleh Sultan Hussein Shah Johor pada tahun 1819.

Taman Warisan Melayu ini, menurut Ahmir, sangat indah. Bangunan didirikan masa Sultan Hussein Shah Johor, pada saat kolonial Inggris.

Baca Juga: Sebanyak 150 Peserta akan Ramaikan PPN VII di Singapura
Baca Juga: PPN VII akan Dihelat di Singapura