Darmin Nasution: Pelemahan Rupiah Saat Ini Beda dengan 1998

Aktivitas penukaran mata uang asing di Jakarta pada 8 Mei 2018 (Foto: Tempo.co)
Bagikan/Suka/Tweet:

TERASLAMPUNG.COM — Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan nilai tukar rupiah terhadap dolar yang mencapai Rp 14 ribu saat ini tidak adil jika disamakan pada waktu 1998. Menurut dia, meski sama-sama berada di angka Rp 14 ribu, kondisi ekonomi Indonesia saat ini masih baik.

Darmin menjelaskan 20 tahun lalu dolar melonjak drastis dari Rp 2.800 ke Rp 14 ribu. Adapun saat ini, meski sama-sama di angka Rp 14 ribu namun dolar naik mulai dari Rp 13 ribu.

Ia meminta media adil dalam memberitakan pelemahan rupiah ini. “Gak sama kenaikan dari Rp 13 ribu ke Rp 14 ribu sekian dengan dari Rp 2.800. Saya heran itu ada artikel di salah satu pers internasional yang membandingkan itu ‘tembus angka terendah sejak 1998/1999’. Eh, persoalan tahun 1998 itu (naik) enam kali lipat,” katanya di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa, 4 September 2018.

Mantan Gubernur Bank Indonesia ini juga meminta agar tidak mempertanyakan keampuhan sejumlah kebijakan yang telah pemerintah keluarkan untuk menstabilkan rupiah. “Jangan kemudian (bertanya) apa kebijakan itu masih efektif. Itu kan bencana banget pandangannya,” ujarnya.

Darmin meyakinkan fundamental ekonomi Indonesia masih baik. Kelemahan yang ada saat ini hanyalah defisit transaksi berjalan sekitar 3 persen. Angka ini, kata dia, masih lebih baik ketimbang negara lain seperti Brazil, Turki, dan Argentina.

“Coba yang lain, inflasi di Argentina berapa? Sekarang 30 persenan, setahun yang lalu 60 persen. Kita gimana? Malah deflasi. Pertumbuhan oke, kita 5 koma persen,” tuturnya.

Ia menuturkan meski Indonesia mengalami defisit transaksi berjalan, hal ini merupakan penyakit lama yang berlangsung sejak 40 tahun lalu.

“Memang ini agak besar tapi gak setinggi 2014, 1994-1995, tidak setinggi 1984. Tolong membacanya, membandingkannya yang fair,” tuturnya.

Tempo.co