Demi Hidupi Keluarganya, Nenek Ini Harus Kerja Keras di Usia Senja

Maryamah (75) harus bekerja keras meskipun tenaganya sudah ringkih.
Bagikan/Suka/Tweet:

Feaby Handana |Teraslampung.com

Kotabumi–Pada saat rekan – rekan sejawatnya asyik menikmati hari tua, Maryamah (75) masih harus bekerja keras. Setiap hari ia menjajakan makanan ringan di areal perkantoran Pemkab Lampung Utara.

Dengan usia di atas 70-an, Maryamah tidak cekatan lagi. Jalannya sudah tertatih-tatih. Perempuan renta ini terus melangkahkan kakinya sembari berharap akan ada orang yang akan membeli dagangannya.

Barang dagangan yang dibawanya dalam kantong plastik besar itu terpaksa ia seret lantaran tubuh ringkihnya tidak lagi memiliki tenaga yang cukup untuk mengangkat barang tersebut. Sesekali barang dagangan itu diangkatnya jika dirasa kondisi tubuhnya memungkinkan.

Dengan suara khas nenek – nenek, Maryamah menjajakan makanan ringan yang dijualnya kepada siapa saja yang ditemuinya. Entah karena memang tertarik membeli jajanan atau lantaran iba dan ingin membantu, sejumlah orang terlihat membeli dagangannya.

‎”Kerupuknya, nak. Lima ribu saja,” katanya lirih kepada siapa saja yang ditemuinya.

Dengan sisa tenaganya, Maryamah membawa barang dagangannya dengan cara menyeretnya. Foto dibidik di areal kantor Bupati Lampung Utara.
Dengan sisa tenaganya, Maryamah membawa barang dagangannya dengan cara menyeretnya. Foto dibidik di areal kantor Bupati Lampung Utara.

Selain di areal perkantoran yang menjadi lokasi kesukannya, ia juga menjajakan makanan ringannya seperti kerupuk dan sejenisnya di kantor DPRD Lampung Utara. Profesi ini ia lakoni sejak enam bulan yang lalu.‎ Aktivitasnya dimulai sejak pukul 10.00 WIB dan berhenti pada pukul 15.00 WIB.

“Pergi dari rumah jam 10 pagi dan pulang jam tiga soren,” jelasnya sembari memperbaiki letak masker yang dikenakannya.

Keputusannya untuk menjajakan makanan ringan ini semata – mata karena naluri keibuannya. Ia ingin membantu meringankan beban ekonomi anaknya dan juga membantu menghidupi kerabatnya yang mengalami gangguan mental.

Kerabatnya ini telah lama tinggal di kediamannya. Lantaran karena kondisinya itu, kerabatnya tersebut sering keluyuran jauh dari rumah tanpa sepengetahuan mereka.‎ Pendapatan putri dan menantunya tidak dapat mencukupi kebutuhan hidup dan sekolah mereka ketiga cucunya.

“Kalau enggak ada gula dan kopi, rokok, dia sering jalan – jalan jauh dari rumah‎, nak,” tutur dia

‎Dari setiap dagangannya, ia hanya memperoleh keuntungan seribu perak. Maksimal uang yang dibawanya pulang tiap hari hanya sebesar Rp30 ribu. Itupun juga seluruh dagangannya laris. Tak jarang pendapatan yang dikantonginya jauh di bawah harapannya.

“Kadang Rp20 rib‎u. Belum dipotong ongkos angkutan umum, nak,” tuturnya lirih.‎