Di Bundaran Tugu Adipura, Para Seniman Jalanan Lampung Teriakkan Suara Hati

Kim Commander bersama Komunitas Senmani Jalanan Lampung (Kosela) beraksi di Panggiung Rakyat, Jumat petang (10/8/2018_.
Bagikan/Suka/Tweet:

Zainal Asikin | Teraslampung.com

BANDARLAMPUNG — Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Bandarlampung dan Aliansi Mahasiswa menggandeng para musisi jalanan yang tergabung dalam Komunitas Seniman Jalanan Lampung (Kosela) menggelar konser solidaritas dengan tema “Panggung Rakyat” di Bundaran Tugu Adipura, Jumat 10 Agustus 2018 sore.

Selain untuk solidaritas para korban penggusuran Pasar Griya Sukarame, para pemusik jalanan Lampung itu juga menyuarakan solidaritas untuk warga Lombol, Nusa Tenggara Barat, yang sedang dirundung duka akibat gempa bumi berskala 7,0 SR.

Saat melakukan aksi di Panggung Rakyat tersebut, para musisi jalanan Kosela menyanyikan lagu “Bongkar” karya musisi ternama Iwan Fals.

“Penindasan serta kesewenang-wenangan, banyak lagi teramat banyak untuk disebutkan. Hoi hentikan, hentikan jangan diteruskan. Kami muak, dengan ketidakpastian dan keserakahan”. Itulah sepenggal lirik lagu ‘Bongkar’ yang dinyanyikan dengan lantang oleh para musisi jalanan KOSELA.

Lirik nyanyian ‘Bongkar’ yang diiringi dengan berbagai alat musik oleh para musisi jalanan tersebut, seakan mewakili sebuah jeritan hati masyarakat Griya Pasar Sukarame yang jadi korban penggusuran lahan dilakukan Pemerintah Kota (Pemkot) Bandarlampung beberapa waktu lalu dan sampai saat ini belum mendapatkan kepastian serta keadilan.

Selain pentas musik, Panggung Rakyat juga diisi dengan orasi politik dan pembacaan puisi.

Dalam aksi Panggung Rakyat tersebut, Kim Commanders menyanyikan beberapa buah lagu karya ciptaannya sendiri seperti “Merah Putih di Denyut Nadi” dan “Asa Sang Anak Bangsa”. Lagu tersebut dinyanyikan lantang oleh Kim, bersama para musisi lainnya dan dipersembahkan untuk Indonesia.

Sementara beberapa orang perwakilan dari masyarakat Griya Pasar Sukarame yang turut turun ke jalan, memasang sejumlah foto penggusuran untuk ditunjukkan kepada masyarakat umum yang melintas di jalan tersebut.

Ketua Komunitas Seniman Jalanan Lampung (Kosela), Kim Commanders menngaku selain sebagai wujud partisipasi Kosela, kehadirannya pada acara Panggung Rakyat juga untuk mendukung penggalangan dana bagi warga bekas Pasar Griya Sukarame dan untuk membantu korban gempa bumi di Lombok.

“Kami dari Kosel bersama kawan-kawan dari LBH dan Aliansi Mahasiswa turut peduli terhadap mereka korban penggusuran. Kita bisa lihat bagaimana penderitaan anak-anak ini, mereka sudah tidak punya rumah lagi, seragam sekolah, buku dan peralatan sekolahnya ikut hancur akibat tertimbun reruntuhan banggunan rumahnya yang dirobohkan dan kami peduli akan itu,”ungkapnya, Jumat 10 Agustus 2018.

Menurutnya, musisi jalanan yang ikut terlibat dalam aksi Panggung Rakyat ini, ada sekitar 30 orang musisi.

Pencipta lagu ‘Childern With No Land’, Kim sapaan akrabnya mengutarakan, penggalangan dana ini sudah dilakukan sejak lima hari lalu dan hingga hari ini. Harapannya, Pemkot Bandarlampung, dapat berbagi dengan orang-orang yang menjadi korban penggusuran.

Kim menegaskan, kehadiran Kosela pada kegiatan sosial itu merupakan  bentuk kepedulian terhadap para korban. Kim mengaku pihaknya tidak ingin mencampuri konflik yang terjadi antara Pemkot Bandarlampung dengan warga yang menjadi korban penggusuran Griya Pasar Sukarame.

“Kami di sini tidak untuk melihat perseteruan, tapi karena peduli dan kami juga menggalang dana. Penggalangan dana ini untuk saudara-saudara kita korban penggusuran serta untuk membantu keluarga maupun sahabat kita yang ada di Lombok akibat bencana gempa,”terangnya.

Penanggungjawab perkara Griya Pasar Sukarame LBH Bandarlampung, Kodri Ubaidilah,  mengatakan “Panggung Rakyat” digelar untuk mengkampanyekan suara rakyat.

Menurutnya,  kurang lebih satu bulan ini Pemkot Bandarlampung masih menutup mata dan telinganya terhadap proses penggusuran yang sudah dilakukan.

“Inilah yang kami gaungkan lagi di “Panggung Rakyat” ini, Pemkot terkesan tidak ada perhatian dan peduli malah terkesan membiarkan warganya terlantar. Khususnya kepada Walikota, tidak boleh tidur enak-enakan, masyarakat sudah lama menunggu untuk bisa duduk bersama menyelesaikan masalah tersebut,” katanya.

Dikatakannya, “Panggung Rakyat”  digelar agar masyarakat luas juga tahu yakni untuk mengambil donasi dari masyarakat yang nantinya akan ditujukan untuk para korban penggusuran dan juga untuk para korban gempa Lombok.

“Meskipun jadi korban penggusuran, tetapi kawan-kawan masyarakat Griya Pasar Sukarame hari ini turut bersolidaritas untuk masyarakat korban gempa Lombok,”ungkapnya.

Menurut Kodri, penggalangan dana setiap hari sudah dilakukan oleh para mahasiswa dengan beberapa cara.

“Pengumpulan donasi masih terus dilakukan. Di Kantor LBH Bandarlampung, sudah terkumpul cukup lumayan donasi dari warga masyarakat yang peduli terhadap kawan-kawan korban penggusuran,” katanya.