Di Mana Saja “Jaring Trawl” Suara Pilgub Lampung Ditebar?

Arinal Djunaidi menyerahkan hadiah mobil Daihatsu Sigra kepada Erni.
Bagikan/Suka/Tweet:

Kasus dugaan money politics Pilgub Lampung 2018 secara terstruktur, sistemastis, dan masif (TSM) masih bergulir di Penegakan Hukum Terpadu (Gakumdu) Lampung. Saat Gakumdu-Bawaslu Lampung menggelar sidang dengan pengugat paslon Herman HN-Sutono, di depan kantor Gakumdu massa berjumlah ribuan menggelar unjuk rasa, Senin (9/7/2018).

Gugatan Herman HN-Sutono yang dikuasakan kepada pengacara senior Lenistan Nainggolan dkk itu terkait banyaknya laporan tentang politik uang dengan cara membagi-bagikan amplop berisi uang beberapa hari menjelang pencoblosan Pilgub Lampung 27 Juni 2018.

Publik banyak meragukan gugatan itu akan berhasil,mengingat banyak kasus serupa juga terjadi di daerah lain. Dalam beberapa kasus serupa, karena politik uang tidak bisa dibuktikan secara TSM,maka gugatan mentok. Alhasil, terduga paslon yang memenangi pilkada karena diduga kuat melakukan politik uang pun tetap dilantik.

Di luar soal urusan kasus dugaan politik uang, secara de facto kemarin (8/7/2018) KPU Lampung telah menetapkan cagub-cawagub Lampung Arinal Djunaidi-Chusnunia Chalim menjadi pemenang Pilgub Lampung 2018 karena rekapitulasi hasil perolehan suara menunjukkan yang terbanyak.

Berdasarkan hasil pengitungan KPU Lampung, Arinal-Nunik memperoleh suara sebanyak 1.548.506 atau 37,78 persen dari 4.179.405 surat suara sah.

Raihan suara itu terpaut sekitar 500 ribu dari suara yang diperoleh gubernur-wakil gubernur petahana Muhammad Ridho Ficardo-Bachtiar Basri yang mendapatkan suara sebanyak 1.043.666 suara atau 25,46%.

Suara yang diperoleh Herman HN-Sutono hanya sedikit lebih baik dibanding Ridho-Bachtiar, yaitu 1.054.646 suara atau 25,73%. Sedangkan pasangan Mustafa-Ahmad Jajuli mendapatkan suara kurang dari 500 ribu. Tepatnya sebanyak 454.452 suara atau 11,04%.

Arinal-Nunik meraup unggul besar di daerah lumbung suara: Lampung Tengah, Lampung Timur, Lampung Tengah.

Kabar pun merebak: keunggulan suarai itu diduga kuat terkait dengan poliitik uang. Namun, lagi-lagi, tudingan tidak mudah dibuktikan karena banyak saksi yang mengetaui pembagian uang tetapi diam saja. Hanya beberapa orang yang mau melaporkan kasus bagi-bagi uang. Mereka itulah yang kini laporannya menjadi bahan gugatan pengacara paslon nomor urut 2 Herman HN-Sutono (Lenistan Nanggolan dkk) dan tim pengacara paslon nomor urut 1 Ridho Ficardo-Bachtiar Basri?

Sebagian publik pun bertanya, kalau begitu dari mana suara Arinal-Nunik tiba-tiba menggunung sedangkan dalam beberapa bulan sebelum Pilgub beberapa lembaga survei popularitas dan elektabilitas Arinal-Nunik masih rendah menurut beberapa lembaga survei?

Wayangan yang digelar Tim Arinal dengan dalang Ki Entus di Tulangbawang Barat, 8 Juli 2017
suasana wayangandi Lapangan Tumijajar , Tulangbawang Barat,8 Juli 2018

Tentu saja itu pertanyaan lumayan lugu. Di luar urusan dugaan money politics, sebelum ditetapkan maju berpasangan Chusnunia, Arinal sudah gencar melakukan sosialisasi ke pelosok desa di Lampung.

Caranya: menggelar pentas wayang kulit semalam suntuk dengan dalang Ki Entus Susmono. Selama beberapa bulan, setiap akhir pekan Ki Entus datang ke Lampung untuk mendalang. Tiap minggu ia mendalang di dua lokasi. Puluhan wayangan digelar di 15 wilayah kabupaten dan kota di Lampung. Tiap kabupaten tidak hanya sekali pentas. Tiap kali pentas hadiah menarik disiapkan: beberapa sepeda motor baru, beberapa ekor kambing, dan uang tunai jutaan rupiah.

Selain wayangan, Arinal juga menggelar jalan sehat dan pentas musik di ibu kota kabupaten dan kota di (hanpir) seluruh Lampung. Hadiahnya pun tak kalah menggiurkan: mobil gres, aneka alat elentronik, uang tunai, HP, dan tiket umroh. Artis top ibu kota seperti Nassar, Dewi Persik. dan penyanyi lokal Duo Intan menjadi magnit untuk menarik ribuan warga berdatangan ikut jalan sehat.

Ketika memasuki masa kampanye, pasangan Arinal-Nunik masih giat memanjakan warga Lampung dengan aneka pentas musik di sela kampanye. Bintang dangdut yang tengah naik daun, Via Vallen, dan grup Hjau Daun tampil sebagai penyanyi yang menjadi daya tarik warga untuk ikut kampanye. Tak lupa pasangan ini juga menggaet dai kondang untuik mendulang suara dalam kampanye.

Setiap kali Arinal menggelar sosialisasi, ia didampingi para pengurus Partai Golkar Lampung. Ketika Arinal datang di tempat wayangan, dipandu oleh sepasang pembawa acara, para penonton pun bernyanyi: Arinal siapa yang punya/Arinal siapa yang punya/Arinal yang punya/Yang punya kita semua//.

Pada bait kedua lagu itu syairnya diubah menjadi:… Arinal siapa yang punya/Yang punya rakyat Lampung//.

Kemeriahan sosialisasi dan kampanye Arinal itu berbanding terbalik dengan kemeriahan paslon lain. Paslon Herman HN-Sutono, misalnya, baru sosialisasi intens ketika menjelang masa kampanye. Ketika kampanye sangat sulit menemukan kerumuan pengurus PDIP Lampung mendampingi Herman HN.

Dengan kemeriahan seperti itu, tentu ongkos yang dikeluarkan paslon sangat besar. Hitung-hitungannya mudah saja: tarif Ki Entus Susmono sekalu mendalang dalam kisaran Rp 150 juta. Itu belum termasuk honor tim karawitan yang diboyong langsung dari Slawi, Tegal, Jawa Tengah. Dikalikan saja berapa banyak Ki Entus manggung. Tarif Via Vallen sekali manggung juga sekitar Rp150 juta.

Arinal Djunaidi pada acara hiburan usai jalan sehat bersama ribuan warga Fajarbulan, Lampung Barat,Minggu (21/1/2018).

Tentu saja, pada setiap pentas itu Arinal dan timnya tidak bagi-bagi amplop berisi uang agar mereka memilih Arinal di Pilgub Lampung. Namun, di setiap pentas dan kemeriahan jalan sehat itu ada ribuan orang datang. Kalau tiap penonton pentas atau peserta jalan sehat memberi tahu bahwa Arinal itu calon gubernur yang royal duit, baik hati, tidak sombong, rajin menabung, tidak suka marah, dan jos gandos, maka sudah berapa kampanye gratis yang didapatkan?

Lalu, info positif itu menyebar.Maka, jadi deh, Arinal punya kita semua. seperti syair lagu yang dinyanyikan tiap Arinal mendatangi lokasi wayangan.

Kalau diibaratkan jaring alat mencari ikan, jaring yang ditebar Arinal untuk mendapatkan suara adalah jaring pukat harimau (trawl).

Sampai di sini sebenarnya jelas bahwa Arinal memang paling royal uang dan memanjakan warga yang haus hiburan dan haus hadiah. Itu pun masih ditambah dengan kebaikan hatinya menyediakan 500 ribu sarung (katanya plus jilbab).

Ratusan ribu sarung awalnya ditangkap di sebuah gudang di Lampung Utara karena diduga akan dijadikan sarana money politics. Namun, belakangan diperjelas oleh Bawaslu dan KPU Lampung bahwa sarung dan jilbab bukan termasuk alat money politic. Itu karena ada Peraturan KPU yang menyebutkan bahwa oleh-oleh untuk calon pemilih seperti itu termasuk alat peraga.

Masalahnya kemudian: di beberapa daerah ada warga tertangkap tangan membagikan sarung disertai uang, lalu dilaporkan ke Panwaslu. Pertanyaan kemudian: apakah 500 sarung yang dibagikan itu semua disertai uang Rp 50 ribu? Pertanyaan ini hanya bisa dijawab oleh tim sukses Arinal-Nunik.

Masalah lain lagi: saat Lebaran memang banyak orang di Lampung membutuhkan sarung.

Oyos Saroso H.N.