TERASLAMPUNG.COM — Indonesia tengah mempersiapkan generasi emas Indonesia untuk tahun 2045. Pandemi Covid-19 hadir dan harga menjadikan kebutuhan sumber daya manusia di Indonesia menjadi saling beririsan dengan kemampuan negara memastikan perlindungan bagi generasi mudanya khususnya generasi emas Indonesia 2045.
Generasi emas Indonesia tentunya harus menjadi generasi yang sehat dan mampu menghadapi transisi yang terjadi, karena hal tersebut akan memberikan dampak pada banyak hal khususnya pada pembangunan ekonomi di Indonesia.
“Tentunya tidak mungkin mempersiapkan sumber daya manusia, tapi manusia tidak sehat. Karena itu pentingnya vaksinasi dan protokol kesehatan apalagi hari ini kita masih menghadapi yang namanya Covid-19 gelombang ke-3 Omicron,” papar Menteri BUMN RI Erick Tohir Erick Thohir saat menjadi pembicara kunci pada Seminar Nasional “Indonesia Tangguh Produksi dan Akselerasi Vaksinasi: Menelaah Kinerja Pemerintahan Jokowi melalui Terobosan Erick Thohir dalam Melindungi Generasi Emas Indonesia dari Covid-19” yang diselenggarakan di Gedung Serba Guna Unversitas Lampung, Minggu, 30 Januari 2022.
Erick mengatakan, Indonesia adalah salah satu negara yang sudah terdepan dalam melaksanakan vaksinasi.
“Bandingkan dengan kondisi negara lain seperti Afrika yang masih jauh tertinggal. Kondisi ini pada akhirnya memberikan dampak pada pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Ketika kita tidak menyelesaikan Covid-19, maka ekonomi menurun drastis dan akhirnya juga berdampak pada banyak hal. Tentunya pada akhirnya sulit untuk membangun ekonomi,” katanya.
Mengutip, dana moneter internasional (IMF), Erick mengatakan posisi pertumbuhan ekonomi terus tumbuh hingga Indonesia akan berada pada posisi ke 4 pada tahun 2045.
Menurutnya, pertumbuhan ekonomi Indonesia sampai 2045 membutuhkan knowledge based economy, pertumbuhan yang mendasari kapabilitas daripada manusianya bukan lagi dari sumber daya alam dan skill labour.
“Maka untuk mendukung pertumbuhan tersebut, generasi muda saat ini harus melek teknologi, berinvestasi melakukan upskilling dan reskilling, guna meningkatkan kapasitas diri, mengubah pola pikir dan harus berani fleksibel dalam karier masa depan. Tantangan yang dihadapi Indonesia tidak hanya mengenai disrupsi digital tapi juga disrupsi kesehatan, serta disrupsi suplly chain (komoditas bahan baku). Tak hanya itu, Indonesia juga harus siap pada infrastruktur jenis baru berbentuk Fiber Optic Data Center, Cloud, dan 5G,” katanya.
Generasi yang melek teknologi, kata Erick, akan menjawab kebutuhan 17 juta tenaga kerja di dunia ekonomi digital, dan mimpi Indonesia menuju Generasi Emas 2045 tentu akan terwujud.
Menurut Erick Thohir, sudah waktunya universitas, pemerintah daerah, pemerintah pusat, BUMN, maupun para pengusaha swasta, memiliki road map untuk memetakan bersama apa saja lapangan pekerjaan yang akan tumbuh.
Karena baginya, akan menjadi hal yang percuma jika dapat menciptakan mahasiswa memiliki skill yang dibutuhkan tapi tidak dibarengi dengan ketersediaan lapangan pekerjaan.
“Kita perlu generasi muda yang bisa mengerti kehidupan baru, transisi baru, karena the second wave, generasi kedua ekonomi digital sudah hadir, yang namanya health tech, edutech, fintech, GameFi, bahkan Metaverse, dengan sistem NFT, yaitu desentralisasi ekonomi. “Ini sudah terjadi. Jadi kalau kita tidak mengikuti perubahan hari ini sayang sekali,” katanya.
Seminar Indonesia Tangguh bersama Erick Thohir, B.A., M.B.A., mengundang beberapa narasumber lain, di antaranya Wakil Gubernur Lampung Chusnunia Chalim, S.H., M.Si., M.Kn., Ph.D., Wali Kota Bandar Lampung Eva Dwiana, S.E., Rektor Unila yang juga Ketua Umum FRPKB Prof. Dr. Karomani, M.Si., serta Wakil Rektor PKTIK dan Guru Besar Unila Prof. Ir. Suharso, S.Si. Ph.D.
Prof. Karomani mengungkapkan, tema ini sangat penting untuk dibahas di tengah gencarnya program vaksinasi yang diusung Pemerintah RI untuk melindungi generasi emas Indonesia.
Tema ini tentu semakin bermakna bagi Unila sebagai institusi pendidikan tinggi yang turut berperan aktif dalam mencetak generasi emas Indonesia.