Diduga karena Kaleng Cat Pilox Kenai Sepatu, Oknum Pol PP Aniaya Pelajar SMK

Seorang pelajar SMK Bandarlampung berinisial AP (16), warga Jalan Darusalam, Kelurahan Langkapura, Kemiling, saat dipeluk ibunya yang nyaris tewas setelah dipukuli dan diinjak-injak diduga dilakukan puluhan oknum Sat Pol PP Provinsi Lampung.
Seorang pelajar SMK Bandarlampung berinisial AP (16), warga Jalan Darusalam, Kelurahan Langkapura, Kemiling, saat dipeluk ibunya yang nyaris tewas setelah dipukuli dan diinjak-injak diduga dilakukan puluhan oknum Sat Pol PP Provinsi Lampung.
Bagikan/Suka/Tweet:

Zainal Asikin | Teraslampung.com

BANDARLAMPUNG-Seorang pelajar SMK Bandarlampung berinisial AP (16), warga Jalan Darusalam, Kelurahan Langkapura, Kemiling, nyaris tewas setelah dipukuli dan diinjak-injak diduga dilakukan puluhan oknum Sat Pol PP Provinsi lampung pada Rabu malam 2 Mei 2018 sekitar pukul 23.00 WIB.

Peristiwa nahas yang menimpa pelajar SMK kelas 1 tersebut terjadi, setelah korban AP ikut konvoi dan nongkrong bareng rekan-rekannya yang merayakan kelulusan sekolah dan bermain di depan Mahan Agung di Jalan Dr Susilo, Telukbetung Utara.

Saat ditemui teraslampung.com di kediamannya, AP yang ditemani ibunya menceritakan peristiwa penganiayaan yang dialaminya. Awalnya ia bersama 10 orang temannya ikut konvoi kelulusan sekolah kakak kelasnya.

Menurutnya, ia hanya ikut-ikutan saja saat konvoi kelulusan tersebut. Kemudian ia dan temannya nongkrong di depan Rumah Dinas Gubernur Lampung (Mahan Agung) sambi bermain lempar kaleng cat semprot Pilox yang habis digunakan untuk merayakan kelulusan kakak kelasnya.

“Malam itu sekitar pukul 23.00 WIB, saya dan teman-teman main lempar kaleng cat semprot Pilox. Tanpa disengaja, kaleng cat itu mengenai kaki dan sepatu oknum anggota Sat Pol PP,”ucapnya, Jumat 4 Mei 2018.

Saat itu juga, oknum Sat Pol PP tersebut langsung marah-marah dan langsung mengejar dirinya dan juga teman-teman sekolah lainya.

“Saat dikejar itu saya mau naik motor, tiba-tiba dari arah belakang saya ditendang dan terjatuh dari sepeda motor,”ungkapnya.

Begitu terjatuh, lanjut AP, ternyata sudah ada sekitar 15 oknum anggota Sat Pol PP yang saat itu juga langsung menganiaya dirinya dengan cara diinjak-injak dan dupukuli tanpa ampun. Malam itu, ia sudah tidak bisa berbuat apa-apa hanya bisa pasrah saja. Ternyata tidak sampai disitu saja, bahkan ia sempat diseret lalu dibawa masuk ke Mahan Agung (Rumah Dinas Gubernur Lampung) lalu dipukuli kembali.

Meskipun AP menghiba minta ampun dan tidak mau mati,tetapi oknum Sat Pol itu tetap memukuli AP. Mereka juga menelanjangi AP.

Mereka malah makin beringas dan tidak manusiawi, bahkan oknum Pol PP lainnya berdatangan dan terus mengejar dirinya menggunakan balok kayu. Malam itu, ia merasa ketakutan sekali dan rasanya seperti mau mati.

“Ada oknum Pol PP minta nomor telepon bapak saya, lalu saya kasih nomornya. Saya pikir mau laporin saya, nggak taunya saya malah dipukuli lagi. Saya juga bilang kalau bapak kerjanya dibengkel, saya malah tambah dipukuli lagi,”jelasnya.

Akibat penganiayaan itu, AP mengalami sakit di kepala. Dada terasa sesak meski sudah diobati di Rumah Sakit A Dadi Tjokrodipo. AP masih terkulai lemah tidak bisa berbuat apa-apa, hanya terbaring diatas ranjang tidurnya saja.

“Kepala saya rasanya masih sakit dan pusing, dada ini juga rasanya sesak nafasnya,”keluhnya.

Sementara orangtua AP, Sofian Ngadira (39), mengatakan, rencananya ia akan melaporkan oknum Sat Pol PP tersebut yang diduga telah melakukan penganiayaan terhadap anaknya kepada pihak kepolisian.

“Usai kejadian malam itu, sebenarnya saya mau langsung laporan ke polisi. Tapi saya masih berpikir lagi, kasihan sama mereka meski sudah pukuli anak saya. Ya kasihannya, mereka kan punya keluarga terus bagaimana kalau sampai kehilangan pekerjaan dan dipenjara,”ungkapnya.

Sofian pun berharap, ada itikad baik dari para oknum Sat Pol PP itu yang diduga telah menganiaya anaknya. Jika memang tidak ada itikad baik dari mereka, rencananya hari ini ia akan melaporkannya ke aparat kepolisian. Ia pun menegaskan, kalau pihak keluarganya tidak menginginkan uang terkait masalah tersebut. Tapi yang terpenting adalah, ada itikad baik permintaan maaf dari mereka hanya itu saja.

“Walaupun saya orang gak punya, tapi saya gak butuh uang mengenai masalah ini. Tapi yang penting bagaimana dengan anak saya. Sampai saat ini, saya masih menunggu ada nggak itikad baik mereka. Kalau memang tidak ada, terpaksa saya akan laporkan ke polisi,”jelasnya.

Dikatakannya, ia baru mengetahui kalau anaknya menjadi korban penganiayaan diduga dilakukan oleh puluhan oknum Sat Pol PP tersebut, setelah anaknya diantar pulang ke rumah dengan dua orang temannya. Beruntungnya, malam itu anaknya dapat diselamatkan oleh teman-temannya.

“Saya tahu itu kamis dinihari sekitar pukul 02.00 WIB, itu juga karena yang antar anak saya pulang teman-temannya. Saat itu, kondisi anak saya penuh dengan luka lebam,”ujarnya.

Bahkan Sofian mengaku, sempat syok saat melihat anaknya muntah-muntah, bahkan sampai buang air besar dicelana. Malam itu juga, ia bersama istrinya berusaha untuk membersihkannya. Keesokan paginya, ia dan istrinya membawa anaknya ke Rumah Sakit A Dadi Tjokrodipo.

“Setelah diberikan perawatan lalu dirongent juga, hasilnya kalau kata dokter ada penggumpalan darah dibagian kepala anak saya,”pungkasnya.