TERASLAMPUNG.COM — Kementerian Perdagangan merencanakan mengimpor satu juta ton beras. Impor dilakukan menjelang para petani di banyak daerah di Indonesia melakukan panen raya. Sebab itu, banyak pihak menyebutnya rencana impor beras sebagai ambigu alias kebijakan mendua. Sebagian lagi menyebut impor beras di saat jelang panen raya adalah ironi.
Mantan Direktur Perum Bulog Lely Pelitasari Soebekty angkat bicara soal rencana impor beras yang diumumkan pemerintah belakangan ini. Dari pengamatannya, stok beras Bulog dinilai masih cukup untuk memenuhi kebutuhan hingga 12 bulan ke depan.
“Stok itu cukup 12 bulan bahkan terpenuhi. Saya melihat ada kesan ambiguitas. Harga pun masih stabil,” kata Lely dalam diskusi virtual, Sabtu, 20 Maret 2021.
Stok beras yang cukup itu didasari pada data stok beras di Bulog sebanyak 850 ribu ton. Sedangkan penyaluran beras Bulog hanya 70 ribu ton per bulan, termasuk untuk mengamankan pasokan dan stabilisasi harga.
Menurutnya, meskipun stok beras sebelumnya pernah di 1 jutaan ton, tetapi stok saat ini yang 850 ribu ton dinilai masih cukup.
Lely lalu mengutip Undang-undang No. 18 Tahun 2012 tentang Pangan, khususnya pada pasal 36. Dalam pasal itu disebutkan bahwa impor pangan hanya dapat dilakukan apabila produksi dalam negeri itu tidak mencukupi dan atau barang itu tidak bisa diproduksi dalam negeri.
Kedua, aturan itu menyebutkan impor pangan dapat dilakukan apabila produksi dalam negeri dan cadangan pangan nasional tidak tercukupi.
Lebih jauh Lely menyebutkan polemik impor beras saat ini terjadi karena waktu melakukan impor tidak tepat. “Ini dilakukan pada periode panen. Saat ini masih musim panen, bahkan baru mulai. Bulog juga baru mulai pengadaan, belum kelihatan stok (pasti) berapa,” ucapnya. Pengumuman rencana impor juga otomatis membuat psikologi pasar terganggu.
Rencana impor 1 juta beras dalam waktu dekat sebelumnya diumumkan oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto. Ia mengatakan langkah itu diperlukan untuk menjaga stabilitas pasokan dan harga di Tanah Air. Impor tersebut adalah bagian dari rencana penyediaan beras sebesar 1-1,5 juta ton oleh pemerintah.
Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi juga mengatakan impor beras 1 juta ton di 2021 tidak akan menghancurkan harga di tingkat petani. Dia memastikan bahwa kebijakan itu bertujuan menjaga stok dan menstabilkan harga beras.
“Ini (impor beras) bagian dari strategi memastikan harga stabil. Percayalah tidak ada niat pemerintah untuk hancurkan harga petani terutama saat sedang panen raya,” kata Mendag dalam konferensi pers virtual, Senin, 15 Maret 2021.