Feaby|Teraslampung.com
Kotabumi — Dinas Pekerjaan Umum Lampung Utara siap merealisasikan harapan warga Desa Pekurun Utara, Abung Tengah yang menginginkan adanya jembatan permanen di desa mereka.
“Kami akan turunkan tim ke lokasi guna melihat kondisi riil di lapangan. Mudah – mudahan, tim itu dapat turun dalam minggu ini juga,” kata Kepala Dinas PU, Syahbudin, Rabu (3/8/2016).
Setelah timnya mendapatkan data yang diperlukan dari lokasi, maka pihaknya akan mempelajari untuk memastikan kapan waktunya pembangunan jembatan permanen di desa tersebut.
Menurut Syahbudin, jika memang memungkinkan dialokasi pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Perubahan (APBDP) tahun ini, jembatan itu akan segera dibangun tahun ini. Namun, jika kemampuan anggaran APBDP tahun ini terbatas maka pembangunan jembatan permanen di Desa Pekurun Utara kemungkinan besar akan direalisasikan pada tahun 2017 mendatang.
Syahbudin mengatatakan langkah cepat yang akan dilakukan pihaknya ini merupakan respons nyata dirinya dalam mengimplementasikan kebijakan Bupati terkait kepentingan masyarakat.
“Sesuai perintah Pak Bupati, kalau bisa sekarang, kenapa menunggu besok,” paparnya.
Sebelumnya, warga Desa Pekurun Utara, Abung Tengah, Lampung Utara mengharapkan Pemkab dapat segera merubah jembatan gantung yang menjadi akses utama di Desa mereka. Jembatan ini sendiri merupakan akses satu – satunya yang menghubungkan Desa Pekurun Utara, Kecamatan Abung Tengah dan Desa Priangan Baru, Kecamatan Tanjung Raja.
BACA: Warga Desa Pekurun Berharap Pemkab Ganti Jembatan Gantung Jadi Jembatan Permanen
”Warga Desa sangat berharap pemerintah mau merubah jembatan gantung yang menjadi akses utama di Desa kami ini menjadi jembatan permanen. Karena, jembatan ini selalu digunakan dalam beraktivitas tiap harinya,” kata Kepala Desa Priangan Baru, Wahidin, Selasa (2/8/2016).
Menurut Wahidin, warga tak memiliki pilihan lain selain melintas di jembatan yang memiliki panjang sekitar 42 meter dan lebar 2 meter tersebut meski tak jarang kendaraan mereka tergelincir saat hujan. Sebab, warga enggan menggunakan jalan alternatif lainnya karena jaraknya bisa dua kali lipat jauhnya dibandingkan melalui jembatan tersebut dan kondisi jalan alternatif itu juga rusak parah.
“Kalau hujan, jalan itu sangat licin. Banyak mobil warga tergelincir di jembatan ini,” terang Wahidin.