Dompet dan Tas Kulit Handmade Brand Lokal “Ellias”: Sentuhan Tangan Kreatif Pemuda Lampung Timur

Bagikan/Suka/Tweet:

TERASLAMPUNG.COM–Muhammad Putra Ellias atau akrab disapa Putra, adalah seorang pemuda asal Desa Toba, Kecamatan Sekampung Udik, Kabupaten Lampung Timur, Lampung. Pemuda dengan usia 24 tahun ini, menekuni usaha mikro kecil dengan membuat kerajinan dompet dan tas berbahan kulit sapi dan kambing asli. Pengerjaan setiap produk dompet dan kulit asli dengan cara manual (handmade), menunjukkan ketelatenan dan keahlian dalam setiap detail.

Sebagai anak bungsu dari pasangan M Teguh, seorang purnawirawan TNI AD berpangkat Pelda dan Fatimah RA, Putra tidak pernah menyerah dalam menekuni usaha rumahannya ini. Ia memulai usaha kerajinan aksesori berbahan kulit asli pada Mei 2024 dan terus berinovasi. Kerajinan yang digarapnya dengan cara manual ini tidak hanya menunjukkan keterampilan Putra, tetapi juga dapat menambah kepercayaan diri bagi yang memakainya.

Putra tidak hanya memproduksi kerajinan untuk dipasarkan sendiri, tetapi juga menerima permintaan dari branding yang ingin memiliki produk dengan sentuhan unik dan berkualitas. Dengan ketekunan keterampilan dan dedikasinya, Putra membuktikan bahwa kreativitas dan ketekunan dapat membawa kesuksesan dalam usaha mikro kecil.

Saat ditemu di kediamannya di Desa Toba, Kecamatan Sekampung Udik, Lampung Timur, Putra terlihat tengah membuat dompet berbahan kulit sapi asli dengan cara manual (handmade). Di ruang tempatnya bekerja, terdapat beragam aksesori ciamik berbahan kulit asli yang sudah jadi hasil sentuhan tangannya, seperti dompet pria, aneka jenis tas wanita, lalu tempat ponsel, ikat pinggang dan masih banyak kerajinan aksesori berbahan kulit lainnya.

Putra menceritakan, bahwa membuat aksesori berbahan kulit asli seperti dompet, tas dan lainnya ini dilakukannya secara otodidak. Sebagai referensi untuk melihat bentuk atau model yang akan dibuatnya, ia melihat dari Youtube dan media sosial lainnya.

“Mulanya dari iseng dan coba-coba saja. Lalu saya mencoba mengembangkan bakat ketrampilan alami saya dengan membuat aksesori berupa dompet, tas dan lainnya dari bahan kulit asli ini,”kata Putra kepada teraslampung.com, Sabtu (17/5/2025) siang.

Namun sebelum menekuni usaha mikro kecil rumahan, Putra mengaku selama beberapa tahun tinggal di Sumatera Selatan (Sumel) mengikuti sang ayah ketika masih berdinas sebagai prajurit TNI AD, dan

ia menamatkan sekolah hingga tingkat SMK PGRI Ogan Ilir, Tanjung Raja, Sumsel tahun 2019. Setelah ayahnya pensiun, akhirnya ayah mengajak dirinya bersama ibu dan kedua kakaknya pulang kampung di Kabupaten Lampung Timur, Lampung.

Begitu di Lampung, Putra mencoba melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi di Universitas Saburai Kota Bandar Lampung, dengan mengambil jurusan hukum. Namun sayangnya, perkuliahannya harus pupus (terhenti) ketika masuk semester lima atau sekitar awal tahun 2024 karena faktor ekonomi keluarga.

“Begitu lulus sekolah SMK dan kuliah juga tidak sampai selesai baru semester lima saya berhenti, karena faktor ekonomi keluarga. Saat itu saya sempat bingung harus bagaimana, kerja apa dan dimana?,”ucap pemuda 24 tahun ini sembari membuat lubang tempat benang secara manual untuk dompet kulit asli.

Kegundahan itupun mendera Putra karena harus bekerja apa, dengan tekad yang kuat akhirnya Ia pun mencoba memutuskan mengaplikasikan bakat alaminya dengan mencoba membuat kerajinan dompet, tas dan aksesori lainnya berbahan kulit sapi dan kambing asli secara otodidak.

“Saya kerjakan sendiri membuat aksesori dompet dan tas berbahan kulit asli ini, dan pengerjaannya saya lakukan tanpa menggunakan alat (mesin) modern yakni manual,”kata dia.

Kerajinan aksesori yang digarap dengan cara manual {handmade) oleh Putra ini, tak kalah dengan hasil produksi pabrikan dan hasilnya cukup lumayan bagus, pastinya bisa menambah kepercayaan diri bagi yang memakainya.

Meski dikerjakan dengan cara manual dan alat seadanya tanpa adanya mesin jahit dan mesin cetak atau press modern, Putra mampu bertahan menggeluti usaha mikro kecil yang belum lama ini ditekuninya hingga saat ini untuk bisa membantu kebutuhan ekonomi kedua orangtuanya.

Proses Pembuatan dengan Cara Manual

Putra mengatakan, proses pembuatan aksesori berbahan kulit asli ini, setelah bahan kulit dipotong sesuai ukuran yang akan dibuat, lalu membuat jalur benang dengan alat manual berupa besi seperti sendok garpu dengan cara ditancapkan dan dipukul menggunakan palu kayu. Setelah selesai membuat jalurnya, barulah proses penjahitan menggunakan jarum dan benang sol.

Meski dikerjakan dengan cara manual, Putra mampu mencari solusi. Beberapa model dompet dan tas berbahan kulit asli yang mestinya dikerjakan menggunakan mesin jahit cangklong, mampu disiasatinya dengan menjahit manual menggunakan tangan.

Dalam sehari, Ia mampu membuat hingga dua dompet bahan kulit asli. Sementara untuk membuat tas memakan waktu tiga sampai empat hari, dan itu juga dilihat dari egi ukuran dan tingkat kesulitan model tas yang akan di buat.

“Banyak kendala memang saat proses pembuatan, karena saya memang belum punya peralatan seperti mesin jahit cangklong dan mesin cetak atau press kulit. Jadi selama ini, saya mengerjakannya masih cara manual, jahit dengan tangan dan alat pres yang digunakan juga manual,”ungkapnya.

Sementara untuk harga kerajinan bahan kulit yang dibuat, kata Putra, satu buah dompet kulit dibanderol Rp75 ribu sampai Rp200 ribu, lalu harga tas dibanderol Rp150 ribu hingga Rp500 ribu dan itu tergantung model besar dan kecil ukuran, jenis bahan dan tingkat kesulitan proses pembuatan tasnya. Untuk harga ikat pinggang dan tempat (wadah) ponsel, dibanderol Rp100 ribu satu buahnya.

Menurutnya, saat penggarapan, terkadang ia dibantu dengan dua orang temannya, dan itu juga jika ada pesanan yang harus digarap dengan waktu yang relatif singkat. Jika ada pesanan custom, jenis kulit dan warna juga bisa dipesan sesuai ukuran dengan keinginan dari pemesan.

“Pengerjaannya selama ini saya lakukan sendiri, karena belum mampu merekrut pekerja dan memberi upahnya. Saya terus berusaha untuk meningkatkan kualitas produknya, dan memenuhi permintaan pelanggan dengan baik, “ujarnya.

Cari Bahan ke Luar Kota

Kemudian untuk memperoleh bahan baku kulit sapi dan kambing asli ini, kata Putra, harus ke luar kota mencarinya. Namun Ia membeli bahan baku kulit asli itu, secara online dari daerah Grobokan, Jawa Tengah. Sebab di daerahnya Kabupaten Lampung Timur dan juga di Lampung, belum ada penyamakan (proses pengawetan) kulit sapi dan kambing.

“Untuk bahan baku kulit, saya belinya online dari Jawa Tengah, dan disana (Jawa Tengah) juga kebetulan ada kawan yang bisa membantu mensuplay bahan. Bahan sampai di rumah, sekitar satu minggu setelah dipesan,”kata dia.

Namun ia belanja bahan kulit untuk mebuat dompet, tas dan aksesori lainnya itu tidak setiap bulan, sebab pemasaran hasil kerajinannya belumlah dikenal luas.

“Kalau belanja bahan masih sekala kecil, ya baru tiga lembar kulit ukuran 5 feet (5 kaki) Rp300 ribu. Belanja bahan juga, sekali stok saja sementara ini,”tuturnya.

Meski muncul penyakit mulut dan kuku (PMK) pada ternak, Putra mengaku sampai tidak mengalami kesulitan untuk mendapatkan bahan baku kulit selama ini. Selain itu juga, Ia pun harus memastikan kualitas dari kulit tersebut.

“Bahan baku kulit yang saya jadikan bahan untuk membuat dompet, tas dan aksesori lainnya ini, tidak sembarangan yang saya gunakan agar bisa dipastikan kualitasnya. Bahan yang selama ini sering saya pesan, itu berkualitas yakni kulit sapi atau kambing asli,”terangnya.

Pemasaran Baru Lokalan

Selaian peralatan modern, kesulitan lain yang dialami Putra yakni pemasaran. Meski sudah memiliki brand (merk) sendiri “Ellias”, masyarakat pada umumnya belum tahu kualitas fompet dan tas berbahan kulit asli, dan membandingkan dengan kulit sintetis yang jelas kualitasnya berbeda. Sehingga, butuh waktu untuk mengedukasi masyarakat.

“Untuk penjualan memang masih terkendala, dan sementara ini pemasarannya masih lokalan sini saja di Lampung Timur belum sampai ke luar daerah. Punya brand sendiri “Ellias” ini, supaya usaha saya ini bisa berkembang dan lebih luas lagi pemasarannya,”kata Putra.

Menurutnya, hasil kerajinan aksesorinya ini, baru dipasarkan dengan menyebarkan foto melalui pesan singkat WhatsApp kepada teman-temanya.

Meski belum banyak pemesan, Putra mencoba memperbaiki manajemen pemasaran pruduk aksesori dompet dan tas kulit asli hasil kerajinan yang dibuatnya, dengan mempromosikannya melalui media sosial (medsos) pribadinya seperti Instagram, Facebook dan TikTok agar bisa dikenal lebih meluas lagi hingga keluar daerah Kabupaten lain, maupun luar daerah Provinsi Lampung.

Selain itu, Putra mulai membuka orderan sesuai keinginan pemesan, baik itu jenis model, ukuran hingga warna. Tidak hanya itu saja, Ia berharap usaha yang digelutinya mendapat perhatian pemerintah daerah karena sebagai usaha mikro kecil.

“Saya ingin memperkenalkan dan membesarkan produk aksesori berbahan kulit asli yang saya buat ini, bisa dikenal lebih luas lagi. Harapannya, mudah-mudahan hasil dari kerajinan ini saya bisa melanjutkan kuliah lagi hingga selesai dan juga membantu ekonomi orangtua,”pungkasnya.

Zainal Asikin