Esai  

Dongeng Usai Subuh Pengantar Bangun Tidur

Joni Ariadinata.Acep Zamzam Noor, Nenden Lilis A., Agus Sarjono, Jamal D. Rahman, dan Berthold Damshauser berpose dengan buku yang mereka susun saat acara peluncuran di PDS H.B. Jassin, Jakarta Jumat (3/1). (Foto: Dok)
Bagikan/Suka/Tweet:

Sunardian Wirodono

Syahdan pada suatu waktu, menurut sahibul jamil dkk., datanglah 33 tokoh paling berpengaruh di sebuah negeri kepada Sang Raja. Mereka melaporkan perbuatan Sang Kraman, yang mengatakan bahwa perbuatan 33 tokoh paling berpengaruh itu adalah bodoh dan bingung, merusak perdamaian negeri.

Tigapuluhtiga tokoh itu, ialah para cendekia, budayawan, novelis, penyair, dan mungkin ada juga kritikus, pokoknya mereka berpengaruh.

Atas alasan itu, Sang Kraman ditangkap, dan kasusnya diajukan ke Pengadilan Raja.

“Wahai Sang Kraman, engkau boleh bicara terlebih dulu,” bersabda Sang Raja.

“Paduka, beri saya pena dan kertas,” menjawab Sang Kraman dengan takjim.

“Jangan bilang engkau menyuruhku menunggumu menulis novel,…” Sang Raja menukas.
Sang Kraman menggelengkan kepala, karena tak sopan jika menggelengkan kaki di hadapan raja. Sang Kraman meminta 33 pena dan kertas. Maka pena dan kertas pun diberikan.

“Bagikan pena dan kertas itu kepada 33 tokoh paling berpengaruh itu,” ujar Sang Kraman kemudian kepada punggawa raja.

Pena dan kertas pun dibagikan.

“Biarlah mereka secara terpisah menulis jawaban atas pertanyaan berikut: ‘Apakah roti itu?’ Hamba menunggunya,” Sang Kraman lagi-lagi berujar.

Ke-33 pinunjul itu pun kemudian menulis jawaban masing-masing atas pertanyaan Sang Kraman. Kemudian kertas jawabannya diserahkan kepada raja, yang membacanya dengan keras satu per-satu:

Tokoh paling berpengaruh pertama mengatakan: “Roti adalah makanan.”

Tokoh paling berpengaruh ke-dua mengatakan: “Roti adalah tepung dan air.”

Tokoh paling berpengaruh ke-tiga mengatakan: “Itu adalah adonan yang dibakar.”

Tokoh paling berpengaruh ke-empat mengatakan: “Sebuah pemberian Allah.”

Tokoh paling berpengaruh ke-lima mengatakan: “Berubah-ubah, menurut bagaimana Anda mengartikan roti.”

Tokoh paling berpengaruh ke-enam mengatakan: “Roti adalah zat yang mengandung nutrisi.”

Tokoh paling berpengaruh ke-tujuh mengatakan: “Tidak seorang pun tahu dengan jelas.”

Dan seterusnya. Bisa sampai besok, kalau 33 tokoh paling berpengaruh lainnya dituliskan jawabannya. Soalnya ada tokoh yang menjawab sampai 300 halaman, ditulis double spasi, 14 point Times New Roman, dengan gaya novel avant-garde yang subtil dan gelap.

Setelah mengetahui semua jawaban itu, Sang Kraman berkata kepada raja, “Bagaimana Paduka bisa meyakini penilaian dan pertimbangan bagi orang-orang tersebut? Jika mereka tidak bisa menyepakati sesuatu yang dikonsumsinya sehari-hari, bagaimana mereka bisa dengan suara bulat menyebut seseorang melakukan kraman, kekacauan di negeri ini, dan mereka sebagai yang paling berpengaruh?”

Sang Raja Jelata pusing. Lantas siapa sumber keonaran itu?

Sang Kraman lenyap, ketika Sang Raja tengah tercenung.

Tamat.