TERASLAMPUNG.COM — Para pembudidaya ikan di kawasan Danau Ranau Lumbok Seminung, Lampung Barat, sering mengeluhkan banyaknya ikan yang mati. Terkadang jumlah ikan yang mati di dalam keramba jaring apung (KJA) tersebut lumayan banyak. Selain menimbulkan bau tak sedap, para pembudiaya ikan air tawar itu sering bingung atau kewalahan untuk membuang ikan-ikan yang mati.
Merespons keluhan para pembudidaya ikan di Danau Ranau, dosen Jurusan Perikanan dan Kelautan (PiK), Fakultas Pertanian (FP) Universitas Lampung (Unila) pada Sabtu, 10 Juli 2021, langsung turun ke lapangan untuk memberikan pelatihan pemanfaatan ikan mati menjadi produk nonpangan.
“Ikan-ikan yang mati itu disebabkan penyakit maupun fenomena alam seperti upwelling dan semburan belerang dari dasar Gunung Seminung. Sebab, kawasan Danau Ranau kan memang sangat dekat dengan Gunung Seminung,” kata Hilma Putri Fidyandini, S.Pi, M.Si, ketua Tim Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) Dosen Pemula Jurusan PiK FP Unila, Kamis, 14 Juli 2021.
Para dosen yang turun ke lapangan itu adalah penerima hibah Pengabdian kepada Masyarakat DIPA BLU Unila Tahun 2021. Selain Hilma Putri Fidyandini yang bertindak sebagai ketua, tim beronggotakan tiga orang. Yaitu Nidya Kartini S.Pi., M.Si., Yeni Elisdiana, S.Pi., M.Si., dan Rachmad Caesario, S.Pi., M.Si.,
“Selama ini, ikan yang mati dalam jumah besar belum dimanfaatkan, ikan hanya dibuang di luar KJA atau dipiggirkan di sekitar danau yang menyebabkan bau busuk,” kata Hilma Putri Fidyandini.
Hilma mengatakan pelatihan bagi para pembudiya ikan tersebut bertajuk “Pelatihan Pemanfaatan Ikan Pasca-Kematian Massal Menjadi Produk Nonpangan pada Kelompok Pembudidaya Ikan Keramba Jaring Apung Danau Ranau, Lampung Barat”. Pelatihan dilaksanakan dengan tetap menerapkan protokol kesehatan pencegahan dan pengendalian COVID-19 yang dianjurkan pemerintah.
Menurut Hilma Putri Fidyandini, pemanfaatan ikan mati menjadi produk nonpangan atau produk alternatif merupakan upaya yang perlu dilakukan untuk mengurangi dampak negatif ematian massal ikan.
“Selain peternak ikan rugi, kematian massal ikan juga berpotensi mencemari lingkungan. Itulah sebabnya harus ada solusi,” kata dia.
Menurutnya, pencemaran lingkungan danau dan kerugian secara ekonomi akan terus terjadi apabila ikan yang mati tidak ditangani dengan baik dan tidak dimanfaatkan secara maksimal.
“Dari pengolahan ikan-ikan yang mati tersebut, produk nonpangan yang dihasilkan dapat berupa tepung ikan, silase, pupuk cair organik, atau media budidaya maggot,” katanya.
Reza Pahlevi, salah satu peserta pelatihan, menyampaikan apresiasi dan terima kasih atas kontribusi Unila melalui tim PkM Dosen yang selama 3 tahun berturut-turut ini melaksanakan pengabdian di KJA Danau Ranau Lumbok Seminung.
“Dengan adanya sosialisasi dan pelatihan tahun ini, kami dapat mengolah ikan mati menjadi bermanfaat. Kami bisa mengolahnya menjadi pupuk cair organik. Pupuk tersebut bisa dimanfaatkan untuk tanaman. Selain sebagai pembudidaya ikan kami juga merupakan petani sayuran,” kata Reza.
Peserta pelatihan berharap adanya keberlanjutan dari kegiatan bapak/ibu dosen dalam berbagi ilmu agar menambah wawasan dan keterampilan.
“Semoga kegiatan Tri Dharma dari para dosen Unila akan terus bermanfaat bagi masyarakat luas,” harap Reza.