Elite Gerindra: Ada Baiknya Prabowo – Jokowi Bertemu Lagi

Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto (kiri) dan Presiden Joko Widodo bertemu di Stasiun MRT Lebak Bulus, Jakarta, Sabtu (13/7/2019). Ini merupakan pertemuan pertama keduanya setelah Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019. - Bisnis/Yodie Hardiyan
Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto (kiri) dan Presiden Joko Widodo bertemu di Stasiun MRT Lebak Bulus, Jakarta, Sabtu (13/7/2019). Ini merupakan pertemuan pertama keduanya setelah Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019. - Bisnis/Yodie Hardiyan
Bagikan/Suka/Tweet:

TERASLAMPUNG.COM — Ketua Dewan Pimpinan Pusat Partai Gerindra Ferry Juliantono mengatakan, proses rekonsiliasi akan lebih baik lagi bila Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto dan Presiden terpilih Joko Widodo atau Jokowi kembali bertemu. Pertemuan selanjutnya bisa diisi dengan pembicaraan saling bertukar ide dan gagasan.

“Saya rasa nanti kalau berkesempatan Pak Jokowi dan Pak Prabowo bisa bertemu lagi, mudah-mudahan bisa membicarakan masalah program,” kata Ferry di D’consulate lounge, Jalan Wahid Hasyim, Sabtu 27 Juli 2019.

Bagi Ferry proses rekonsiliasi lebih ke pertukaran ide dan gagasan. Seperti kekhawatiran soal Islam radikal, atau dominasi kepentingan kelompok ekonomi tertentu. Selain itu juga bisa membicarakan program-program, di mana Prabowo bisa memberi masukan bagi pemerintahan ke depan.

Ferry mengatakan, untuk memperoleh hasil rekonsiliasi yang lebih baik, perlu adanya pertemuan kembali Prabowo dan Jokowi. Bahkan, kata dia, Prabowo perlu bertemu dengan tokoh pimpinan partai politik lain, serta terbuka pula kemungkinan untuk bertemu dengan Wakil Presiden terpilih Ma’ruf Amin.

“Harusnya menurut saya, harusnya ada (pertemuan kembali Prabowo-Jokowi). Karena bukan hanya Pak Jokowi, Pak Prabowo juga akan bertemu dengan tokoh-tokoh pimpinan parpol lain, juga terbuka untuk bertemu dengan Kiai Haji Ma’ruf Amin dan sebagainya,” kata dia.

Jika Jokowi terbuka dengan ide dan gagasan Prabowo, menurut Ferry, rekonsiliasi mungkin bisa berlanjut pada berbagi kekuasaan. Begitu pun sebaliknya.

“Kalau sharing ide, sharing gagasan saja sudah gak ketemu. Pasti gak akan dilanjutkan pembicaraannya pada sharing power,” ucapnya.

Tempo.co