|
Tajudin Nur wakl Majelis Penyimbang Adat Lampung (MPAL) |
Oyos Saroso H.N,/Teraslampung.com
Bandarlampung—Dialog “Mengembalikan Harga Diri Lampung” untuk menyambut pulangnya kamus bahasa Lampung karya HN Van der Tuuk di Hotel Emersia Bandarlampung, melahirkan empat rekomendasi penting. Rekomendasi tersebut tidak hanya berkaitan dengan kamus pertama bahasa Lampung yang disusun Van der Tuuk, tetapi berhubungan dengan pengembangan dan pemasyaratan bahasa Lampung sebagai identitas daerah pada masa kini dan masa depan.
Empat rekomendasi itu adalah: pertama, perlu adanya tindak lanjut berupa pertemuan yang melibatkan para pemangku kepentingan (stakeholder) untuk mengembangkan dan memasyarakatkan bahasa Lampung. Kedua, perlu dibukanya kembali program studi Bahasa Lampung atau Fakultas Ilmu Budaya di Universitas Lampung.
Ketiga,mendesak pemeritah daerah (provinsi, kabupaten/kota) untuk mewujudkan budaya Lampung sebagai identitas lokal. Keempat, perlu penerbitan dan sosialisasi kamus bahasa Lampung karya Van der Tuuk dan berbagai manuskrip Lampung kuno yang saat ini tersebar di berbagai tempat.
Para peserta dialog sepakat bahwa pengembangan bahasa Lampung merupakan kerja besar dan berat yang tidak bisa dilakukan satu pihak saja.
Penentu kebijakan pada akhirnya adalah pejabat eksekutif. Jadi, kehadiran kamus ini selayaknya juga disambut dengan kerja-kerja konkret yang dilakukan banyak pihak dan didukung pemeritah daerah,” kata Dr. Farida Ariyani, ahli bahasa Lampung dari FKIP Universitas Lampung.
Pada kesempatan itu Farida mengungkapkan bagaimana beratnya merintis dibukanya program Pendidikan Bahasa Lampung di Unila. Sayangnya, kata Farida, program itu kemudian ditutup karena tidak adanya dukungan biaya operasional dari Pemda.
“Padahal peminat calon mahasiswa yang mau mengambil program studi bahasa Lampung sangat banyak.Sattu angkatan bisa 700-an orang,” kata dia.