Oyos Saroso H.N.
Setelah tim nasional Indonesia ditekuk 0-4 oleh timnas Thailand di putaran pertama laga final Piala AFF 2020 di Singapura, Rabu malam (29/12/2021), tagar #Kalah bertengger di puncak dengan lebih dari 50 ribu cuitan. Tak lama kemudian, berganti dengan tagar #Leg2 dengan 40-an ribu cuitan dan tagar #Dukun dengan 11-an ribu cuitan.
Malam tadi seperti menjadi malam neraka bagi Evan Dimas dkk. Langsung grogi setelah kebobolan pada menit-menit awal babak pertama, para punggawa timas Indonesia terus tertekan hingga babak pertama berakhir dengan skor 0-1.
Babak kedua yang mestinya ada perubahan dan memberi harapan, ternyata sami mawon. Pasukan Garuda seperti tanpa daya menghadapi pasukan Gajah Perang. Lalu, ketika pertandingan usai dengan skor telak 0-4, olok-olok terhadap timnas (dan PSSI) berseliweran di dunia maya. Situs PSSI diretas.
“Keributan” pun terjadi di mana-mana: di komentar kanal Youtube, di linimasa Facebook, dan cuitan di Twitter. Nadanya nyaris serupa: menyalahkan timnas Indonesia, memborbardir Ketum PSSI, dan mematok tagar #Kalah.
Untung saja tidak semua orang Indonesia kalap. Masih banyak juga yang bisa ketawa-ketiwi layaknya menertawakan kekonyolan diri sendiri. Di antara derai tawa yang ‘membahahahahahhana’ di medsos itu, ada beberapa ide kreatif warganet dengan menciptakan dan membagikan aneka meme lucu.
Meme lucu itu misalnya: “Jangan sedih, masih ada badminton dan indomie yang bisa kita banggakan di Indonesia”. Meme ini sepertinya hendak merujuk bahwa badminton dan indomie masih b “Udah, leg 2 ikhlasin aja karena semua ini cuma Thitiphan”. Ya, Thitiphan adalah salah satu anggota pasukan Gajah Perang.
Warganet yang marah itu barangkali lupa bahwa sejak awal perhelatan laga Piala AFF 2020 Indonesia bukanlah tim unggulan. Hanya underdog. Bisa menang melawan Malaysia pun sudah prestasi bagus. Lebih bagus lagi saat bisa melibas juara bertahan Vietnam.
Di luar soal harga diri bangsa, dan lain-lain itu, sepakbola hanyalah permainan. Dan, sejak awalnya dari sononya bola itu bundar….