TERASLAMPUNG.COM–Prestasi nonakademik yang kini mulai banyak ditekuni oleh anak-anak muda berbakat, mulai dari berbagai disiplin ilmu olahraga, sains, teknologi, dan kreativitas lainnya. Seperti yang dilakukan oleh Fitria Khasanah, siswi lulusan SDN 2 Sukabumi, Kota Bandarlampung, ini meraih penghargaan dari Lembaga Prestasi Indonesia dan Dunia (LEPRID).
Penghargaan yang didapat oleh remaja putri asal Lampung yang melanjutkan pendidikan ke SMP Gajah Mada, Kota Bandarlampung dari LEPRID ini, yakni untuk kategori rekor prestasi sebagai developer game edukasi usia termuda dan juga karya terbanyak.
Ketua umum dan pendiri Lembaga Prestasi Indonesia dan Dunia (LEPRID), Paulus Pangka, menyatakan seorang siswi di Lampung bernama Fitria Khasanah layak mendapatkan penghargaan karena dinilai berprestasi dalam pembuatan game edukasi online maupun offline termuda dan terbanyak.
“Karena itu, kami (LEPRID) mengapresiasi atas prestasi dilakukan Fitria dengan memberikan sertifikat penghargaan kategori rekor prestasi sebagai developer game edukasi usia termuda dan karya terbanyak,”kata Paulus dalam keterangannya, Minggu (21/7/2024).
Menurutnya, jarang sekali anak muda seperti seusia Fitria Khasanah tersebut, mau terjun ke dunia developer game.
“Diharapkan, penghargaan itu bisa menjadi motivasi anak-anak Indonesia lainnya untuk terus belajar dan berprestasi. Sehingga bisa membanggakan orangtua, sekolah dan negara,”tukasnya.
Fitria Khasanah mengaku senang dan bersyukur, dirinya meraih penghargaan dari Lembaga Prestasi Indonesia dan Dunia (LEPRID) kategori rekor prestasi sebagai developer game edukasi usia termuda dan juga karya terbanyak.
“Senang dan bersyukur dapat penghargaan. Saya nggak menyangka dapat apresiasi setinggi itu, apalagi saya masih tahap belajar,”kata gadis cilik yang melanjutkan pendidikan ke SMP Gajah Mada, Kota Bandarlampung ini.
Anak pasangan Ken Setiawan dan Eva Sovia Dona ini mengatakan, dirinya menyenangi game itu, sejak dirinya masih kecil. Menurutnya, awal munculnya game Mobile Legend, Ia sudah mulai bermain meskipun pada saat itu mulanya dilarang oleh kedua orangtuanya.
Namun kemudian, kata Fitria, hobinya positifnya itu didukung oleh kedua orangtuanya, lantaran dirinya bisa membagi waktu belajar dan sekolah. Bahkan sejak duduk dibangku kelas 5 Sekolah Dasar (SD), Ia diikutkan berbagai kursus oleh orangtuanya yakni desain 3D, kursus developer game online dan offline.
“Meski banyak waktu untuk fokus pembuatan game, belajar dan sekolah tetap jadi prioritas karena itu penting. Asal bisa bagi waktunya, semua akan berjalan lancar,”ucapnya sembari menunjukkan piagam penghargaan yang diraihnya dari LEPRID.
Selain piawai membuat game, Fitria Khasanah ternyata jago membuat gambar atau kartun animasi 2D dan 3D. Fitria juga pintar menari adat tradisional nusantara dan olahraga sepatu roda, bahkan beberapa prestasi juara pertama diraihnya dalam event sepatu roda kategori diusinya di kejuaraan nasional.
Sementara ayah Fitria, Ken Setiawan mengatakan, dirinya hanya bisa memberikan suport dan dukungan terhadap putrinya tersebut. Karena menurutnya, saat ini zaman sudah modern, dimana siswa SD pun sudah bisa belajar dan menjelajah dunia tanpa batas melalui jejering internet.
“Saya mendoakan semoga Fitria berhasil dalam cita-citanya, dan sebagai orangtua pastinya kami bangga juga senang dan akan terus mendukung hobi positif putri saya itu,”kata Ken kini menjabat Kepala Bidang Pemuda dan Pendidikan Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Lampung ini.
Diketahui, kepiawan dan keuletan Fitria Khasanah ini, berhasil ciptakan puluhan game dan game hasil karyanya itu bisa dimainkan baik secara online maupun offline.
Puluhan game itu dapat diakses melalui aplikasi Unity 3D dan Consteuk serta Roblox Studio yang bersifat petualangan, parkour, edukatif dan bernuansa toleransi. Selain di Android, game offline itu bisa diinstal dan dimainkan di iOS, laptop, dan komputer PC.
Game tersebut sudah dirilis dan bisa diunduh melalui aplikasi Playstore. Seperti game ‘Jelajah Lampung Berjaya’, ‘Lorong Toleransi’, ‘Dahsyatnya Pancasila’, ‘Petualangan Mencari Tuhan’, ‘Rahasia Bangkitnya Nusantara’ dan game lainnya.
Ada salah satu game yang dibuat Fitria yakni ‘Petualangan Mencari Tuhan’, dimana game itu diangkat berdasar kisah nyata dari sebuah buku yang dibuat ayahnya yakni Ken Setiawan berjudul ‘Tuhan Kita Sama’. Dimana dulunya, ayah fitria pernah tersesat dalam kelompok ekstrem bergabung ke kelompok islam garis keras Negara Islam Indonesia (NII).
Semasa kecil, Fitria memang akrab dengan dunia toleransi. Fitria pun tumbuh dari didikan seorang ayah dan ibu yang dulunya memiliki latar belakang mantan pelaku radikal atau masyarakat menyebut mantan teroris.
Bahkan sang ayah, yakni Ken Setiawan bersama para mantan radikalisme kini membuat lembaga NII Crisis Ceter dimana lembaga ini sebagai wadah atau pusat rehabilitasi korban NII. Dimana hampir semua pelaku teroris di Indonesia, ibu kandungnya adalah gerakan radikalisme NII.
Sehingga pembuatan game ‘Petualangan Mencari Tuhan’ itu, termotivasi dorongan dari orangtua yakni ayahnya. Dimana ayahnya melihat, kini banyak orang (anak bangsa) terpecah belah karena perbedaan pandangan. Bukan disebabkan perbedaan agama, namun yang beragama pun sama saling terpecah belah. Padahal sejatinya, semuanya dalah saudara yakni keturunan anak Adam dan Hawa.
Selain itu, ada pesan yang disampaikan dibalik pembuatan game tersebut, hal ini dimaksudkan agar semua orang mengetahui sebenarnya diantara umat beragama tidak ada persoalan. Semuanya itu bersaudara, perbedaan sudah menjadi kehendak Tuhan agar semua umat manusia saling mengenal dan melengkapi.
Kemudian game lain yang dibuat Fitria yakni ‘Jelajah Lampung Berjaya’, dimana game ini adalah tentang kearifan lokal yang didalamnya berisi promosi daerah Provinsi Lampung. Gadis cilik Fitria Khasanah ini, mempunyai kemampuan diatas rata-rata khususnya di dunia digital berbasis internet.
Zainal Asikin | Teraslampung.com