“Full Day School”, Terima Kasih Tuan Presiden dan Pak Menteri Pendidikan

Bagikan/Suka/Tweet:

Willy Pramudya

Sebagai pribadi, saya ingin mengucapkan terima kasih kepada Tuan Presiden. karena telah memilih Menteri Pendidikan baru, tanpa penyampaian alasan terbuka kepada rakyat sebagai pembayar pajak yang telah mengantarnya menjadi Presiden. Tanpa penjelasan mengapa Menteri Anies Baswedan harus diganti. (Mungkin penting untuk melanggengkan dunia politik kerja-kerja-kerja alias “jangan banyak omong”.

Terima kasih karena baru beberapa hari menjabat, Mendikbud telah membantu kami sekeluarga membulatkan tekat untuk tidak mengirim/menyekolahkan anak ke sekolah formal. Sebenarnya kami sempat mulai tergoda untuk menyekolahkan anak karena Menteri Anies telah mencoba berusaha keras membenahi dunia pendidikan yang amburadul secara bertahap. Kementeriannya mulai ramah kebudayaan dan keadaban.

Tentu tak mudah membuat dunia yang lama koma segera siuman. Tapi sudahlah. Saya sudah dibantu untuk tidak mempercayakan anak kepada para guru yang pencapaian nilai Ujian Kompetensi Guru-nya (UKG) bisa dilihat di internet. Tak perlu membayangkan pula bahwa para guru harus menjalani Ujian Kemahiran Berbahasa Indonesia (UKBI).

Bertahun-tahun –sejak selepas tahun 2000 — saya berkeliling ke berbagai sudut Indonesia. Di antaranya melakukan perjumpaan dengan ribuan guru. Tak saya temukan adanya tradisi membaca dan menulis hidup pada rerata guru. Apakah tak sebaiknya yang seperti ini jadi perhatian menteri baru daripada melontarkan gagasan yang aneh, bias kota, bias kelas karyawan dan jelas ramah pasar?

Anehnya juga disampaikan dalam bahasa Inggris agar tampak berkelas: full day school. Karena pakai bahasa Inggris, pasti tersangka kelas atas. Saya tak bisa menuntut apa pun. Apalagi perubahan konsep, filosofi dan praksis pendidikan yang sungguh-sungguh menjauhkan anak dari buminya sendiri bahkan dari konsep kemanusiaan dengan M besar baik partikuar maupun universal.

Tapi sudahlah. Saya hanya ingin berterima kasih kepada Tuan Presiden. Juga matur nuhun kepada Pak Menteri. Selamat atas gagasan menarik untuk mengerangkeng anak di sekolah seharian.

Tentu tak perlu membayangkan jutaan anak desa, anak petani, anak nelayan, dan anak-anak pedagang pasar desa. Yakinilah begitu lulus mereka akan menjadi manusia yang lebih hebat dibanding manusia lulusan Akmil, Akpol, dan STPMD yang selalu bikin berita aduhai itu. Kami siap menonton dari jauh layanan pendidikan yang cihui ini. Tabik serta hormat.

BACA JUGA: Bukan “Full Day School”, Tapi Inilah 10 Masalah Pendidikan Kita!