Gajahlah Kebersihan Gelar Workshop “Lampung Youth Marine Debris Summit 2.0”

Bagikan/Suka/Tweet:

TERASLAMPUNG.COM — Gajahlah Kebersihan, sebuah organisasi gerakan perubahan lingkungan yang diawaki para pemuda-pemudi Lampung, menggelar serangkaian workshop bertajuk “Lampung Youth Marine Debris Summit 2.0” (LYMDS 2.0).

Kegiatan yang dihelat di Bandarlampung pada 19-20 September 2020, 26-27 September 2020, dan 3-4 Oktober 2020 itu mengangkat tema “Be An Ecopreneur for Sustainable Future”.

Dicky Dwi Alfandy, co-founder Gajahlah Kebersihan, mengatakan LYMDS 2.0 tahun ini mengangkat tema tentang ecopreneurship karena pihaknya ingin membuat solusi lingkungan hidup menjadi lebih berkelanjutan melalui pendekatan kewirausahaan. Juga untuk  mempopulerkan inisiasi produk-produk ramah lingkungan khususnya di Lampung.

“Di masa pandemi ini, kami harap inisiasi ecopreneurship yang dilakukan oleh para pemuda/pemudi Lampung melalui LYMDS ini bisa memberdayakan serta membuka lapangan kerja bagi masyarakat di sekitar mereka,” katanya, Selasa, 29 September 2020.

Menurut Dicky, acara ini merupakan bagian dari #EcoPreneurship atau Kewirausahaan Lingkungan. Adapun kegiatan yang ada mencakup: edukasi lingkungan, edukasi manajemen bisnis, mentoring dan socioprenuer, inisiasi ecoprenuership, akses ke grant, eksibisi, dan peluncuran (launching).

Gajahlah Kebersihan merupakan komunitas atau wadah bagi para pemuda/i yang menawarkan pendidikan tentang lingkungan berkelanjutan, khususnya mengenai isu sampah laut.

Diinisiasi sejak tahun 2017, Gajahlah Kebersihan telah mengedukasi sebanyak lebih dari 13.500 orang dalam 3 tahun terakhir.

Salah satu programnya adalah Lampung Youth Marine Debris Summit 2.0 (LYMDS) yang mendidik para pemuda/i Lampung untuk menjadi bagian dari #EcoPreneurship atau kewirausahaan lingkungan.

Selain itu, inisiatif ini juga bertujuan untuk membuka peran pemuda/i dalam bidang bisnis melalui pemanfaatan lingkungan sekitar serta konsep dari ecopreneur adalah pengolahan dan produksi material yang diupayakan untuk selalu ramah lingkungan.

“Tujuan dalam melestarikan lingkungan melalui pengolahan produk ecopreneur tidak hanya dalam makna hidup hijau, mengurangi pemanasan global, namun juga untuk menghemat energi berkelanjutan,” kata Dicky.

Selain itu, kata Dicky, mendukung adanya perubahan lingkungan berkelanjutan dengan pemberdayaan pemuda/pemudi Lampung serta memberikan solusi akan permasalahan lingkungan, menjadi tujuan utama dari Program Lampung Youth Marine Debris Summit 2.0 (LYMDS).

Dicky mengatakan, seiring dengan majunya zaman dan peningkatan pertumbuhan penduduk dunia, Indonesia menempati peringkat 5 besar dalam jumlah terbanyak penduduk di dunia. Hal ini juga menjadikan negara Indonesia sebagai penghasil limbah/sampah plastik terbanyak di lautan.

Menurut data tahun 2019, Lampung menjadi penyumbang sampah sekitar 7.200 Ton per harinya dan perubahan iklim yang berakibat kenaikan temperatur bumi atau yang biasa kita kenal dengan pemanasan global (global warming). Jumlah di atas berbanding terbalik dengan adanya #EcoPreneurship atau kewirausahaan lingkungan yang berada di daerah Lampung, yang masih bisa dibilang sangat sedikit.

“Perkembangan teknologi menjadikan para pemuda/pemudi yang aktif berkegiatan, bisa mengetahui kegiatan yang memungkinkan merubah pola hidup serta perubahan lingkungan yang berkelanjutan di sekitar mereka. Hal ini bisa sangat berdampak pada pengetahuan masyarakat luas tentang lingkungan berkelanjutan,” katanya.