Gara-Gara Cuitan “Pahlawan Kafir”, Dwi Estiningsih Dilaporkan ke Polisi

Cuitan Dwi Estiningsih di Twitter yang berbuntut delik hukum.
Bagikan/Suka/Tweet:

TERASLAMPUNG.COM — Pintar tapi bodoh. Itulah sebagian kesimpulan netizen tentang Dwi Estiningsih, seorang perempuan berpendidikan master dan politikus PKS. Hal itu gara-gara Dwi ngoceh di Twitter berisi tentang kritikan terhadap uang kertas baru yang dikeluarkan pemerintah, baru-baru ini.

Meski ada yang mendukung, cuitan Dwi dengan kalimat “Luar biasa negeri yg mayoritas ini. Dari ratusan pahlawan, terpilih 5 dari 11 adalah pahlawan kafir” dan jadi viral di berbagai media sosial itu kini menuai delik hukum. Dwi dilaporkan ke Polda Metro Jaya karena cuitannya itu.

Pelapor adalah Forum Komunikasi Anak Pejuang Republik Indonesia (Forkapri). Mereka melaporkan Dwi ke Polda Metro Jaya pada Rabu (21/12). Laporan itu kemudian diproses Polda Metro Jaya.

Laporan bernomor LP/6252/XII/2016/PMJ/Dit.Reskrimsus, Dwi dituduh melanggar Pasal 28 ayat (2) UU RI No 19 Tahun 2016 tentang perubahan UU No 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE).

Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Argo Yuwono mengatakan tidak hanya pihak yang terkait langsung dengan pahlawan nasional yang bisa melaporkan Dwi. Makanya, Dwi mengimbau masyarakat agar melapor jika merasa dirugikan oleh tuitan Dwi.

“Laporkan jika ada yang keberatan. Kita akan selidiki, apakah masuk pidana atau tidak,” kata Argo, Kamis (22/12).

Menurut Argo proses penyelidikan akan dilakukan untuk melihat apakah ada unsur pidananya atau tidak dari perbuatan Dwi tersebut.

Kasus Dwi ini bermula saat dia me-retweet postingan berita berjudul ‘Tiada Pahlawan Imam Bonjol di Dompet Kami Lagi’. Memang sosok Imam Bonjol tak lagi terpampang di uang kertas Rp 5.000 yang baru, karena sudah diganti oleh potret Dr KH Idham Chalid.

Dalam kritikannya, Dwi menyebut komposisi pahlawan yang gambarnya tertera di uang kertas Indonesia. Dari 12 foto yang terpampang di uang rupiah baru, menilai di uang baru itu dari sisi agama tidak sesuai, karena tidak mengakomodir Islam sebagai mayoritas.

“Luar biasa negeri yang mayoritas Islam ini. Dari ratusan pahlawan, terpilih 5 dari 11 adalah pahlawan kafir,” tulis Dwi.

Selain itu, Dwi juga mengkritisi tampilan Cut Meutia di mata uang Rp 1.000 yang tidak berjilbab. “Cut Meutia, ahli agama & ahli strategi. Bukan ahli agama bila tak menutup aurat #lelah,” tulisnya.

Menyikapi kritikan itu, Forkapri melaporkannnya ke Polda Metro Jaya pada Rabu (21/12).

Sementara soal pintar-pintar bodohnya Dwi Estiningsih, diungkapkan Ahmad Yulden Erwin di Facebook: “Coba pikir, calon anggota DPRD-nya aja kayak gini logikanya? Pahlawan nasional masih dibilang kopar-kapir-kopar-kapir. Antum sehat, wahai, Calon? ….”