Gas Air Mata Pukul 03.00 WIB

Bagikan/Suka/Tweet:

Endang Supriyadi

Keluar dari terowongan UI udara masih terasa dingin. Kabut tampak mengepung cahaya-cahaya lampu jalanan. Namun ketika memasuki Jalan raya Lenteng Agung arah Pasar Minggu, udara mulai terasa panas. Banyak gundukan  bara api yang baru dipadamkan. Yang kutemukan bukan kabut, tetapi asap sisa pembakaran ban mobil dan kayu-kayu yang dilakukan oleh para mahasiswa dari kampus yang berada di lokasi jalan itu.

Saat kecepatan masih tinggi, tiba-tiba kedua bola mataku perih sekali. Motor yang kubawa jadi oleng. Kosentrasi dijalan hilang.

Aku paksa menepi untuk melihat kondisi yang ada. Namun karena perih di mata semakin menjadi, aku menyapa seseorang di kerumunan itu. Ternyata ia seorang wartawan yang sedang mengambil gambar kamera sorotnya.

“Ada apa, Bang? Kok udaranya bikin perih mata!”

“Demo, Om. Ini gas airmata. Mata jangan disiram air Om, bisa buta!” tukasnya.

“Ah, tapi perih sekali!” teriakku tak tahan dan panik.

“Om jalan saja, buka kaca helmnya. Biar kena angin. Nanti juga hilang perihnya,” saran wartawan itu.

Sesaat aku melihat ke seberang jalan arah Depok, tampak mobil polisi berderet. Ada yang menyemprotkan air dari mobilnya, ada yang berlari mengejar para pendemo ke arah stasiun sambil menembakan gas air mata.

Kalau mataku jadi buta karena terkena gas air mata” apa mau polisi kutuntut atas mataku yang karena kecerobohannya menembakan gas air mata saat masyarakat umum sedang beraktivitas menuju kantornya? Siapa kira ada demo sampai pagi buta?

Wahai para mahasiswa, perjuangan kalian aku akui, demi membela rakyat. Dari dulu kalian mendemo pemerintah sebagai rasa pedulimu terhadap nasib rakyat. Tapi coba tengok ke belakang, siapa pun presidennya, demo tidak demo, kenaikan apa pun jalan terus. Terbukti, presiden mana pun akan menyelamatkan negara bukan rakyatnya.

Demo kalian bagiku tak sia-sia karena berbendera jelas demi rakyat. Pengorbananmu adalah demi perubahan. Jadi, keputusan pemerintah itu ya itulah perubahannya.

Wahai mahasiswa, semoga perjuangan dan pengorbananmu jadi catatan sejarah. Cara-caramu tetap dibutuhkan walau pada akhirnya selalu dipatahkan. Dan aku salut dengan perjuanganmu yang dianggap pro-konta itu.

Apa pun pendapat orang atas tindakanmu, aku tetap bangga. Dan aku mengucapkan terima kasih.

Oya, Kalian tahu wahai mahasiswa, perih gas air mata di mataku yang ditembakan polisi itu, perihnya sampai ke hati!