Gigi Raffi Ahmad Bikin Gerah

Bagikan/Suka/Tweet:
Slamet Samsoerizal
KPI (Komisi Penyiaran Indonesia
Pusat) menjatuhkan sanksi administrasi berupa teguran tertulis kepada Trans TV
karena menyiarkan program Janji Suci Raffi dan Nagita pada 16 dan
17 Oktober 2014. Jenis pelanggaran ini dikategorikan sebagai pelanggaran atas
perlindungan kepentingan publik. KPI Pusat memutuskan bahwa tindakan penayangan
acara tersebut telah melanggar Pedoman Perilaku Penyiaran Komisi Penyiaran
Indonesia Tahun 2012 Pasal 11 ayat (1) serta Standar Program Siaran Komisi
Penyiaran Indonesia Tahun 2012 Pasal 11 ayat (1).
Ketua KPI  Judhariksawan mengatakan, program yang
menayangkan seluruh prosesi pernikahan Raffi dan Nagita selama dua hari
berturut-turut telah dimanfaatkan bukan untuk kepentingan publik.
“Program tersebut disiarkan
dalam durasi waktu siar yang tidak wajar, serta tidak memberikan manfaat kepada
publik sebagai pemilik utuh frekuensi,” kata Judhariksawan dalam
keterangan resmi di Jakarta, Jumat (17/10).
Pernikahan dua selebritis Indonesia,
Raffi Ahmad dan Nagita Slavina (Gigi), memang dianggap sebagai pernikahan
termewah tahun 2014 ini. Padahal ia bukan Pangeran dari Kraton, atau anak
Presiden.  Seluruh prosesi pernikahan
keduannya bahkan ditayangkan secara eksklusif selama dua hari nonstop oleh stasiun televisi Trans Tv.
Tersebab hajatan ini menghebohkan
karena menurut kabar menelan biaya Rp 12 miliar, melahirkan gagasan  kreatif para netizen pembuat
meme kocak. Sebagai satu-satunya televisi yang menyiarkan tayangan seluruh
prosesi pernikahan Raffi-Gigi hingga tak ada satu pun momen penting pernikahan
itu terlewatkan. Ini membuat Trans Tv punya predikat
baru yang tersebar luas di media sosial. Netizen menganggap Trans Tv adalah kependekan dari Televisi Raffi Ahmad Nagita Slavina.
Sahabat Mas Nakurat, Sexdie,
bahkan kagum bukan karena perhelatan itu menembus angka fantatis: Rp 12 miliar.
Namun, Sexdie, belum pernah melihat langsung uang segitu banyak. Ia
membayangkan dengan teman-temannya: Kusnadi n ‘Cus dan Ramsah, kalau uangnya
seribuan terus dijembreng jadi berapa kilometer ya? Nulisnya pun dijamin salah,
karena tangannya gemetar tak kuasa menuliskan nolnya berapa. Demikian Sexdie
yang bernama normal: Sakdi Valentino menulis dalam sebuah status facebook.
Sahabat lain Mas Nakurat, 
Tajuddin Noer Ganie, dosen STKIP Banjarmasin yang juga penyair bahkan
meledek:
Malam pertama Raffi dan Nagita 
tidak disiarkan, baik langsung 
maupun tidak langsung. 
Padahal, atas nama hak pemirsa
mestinya disiarkan juga
Dijamin banyak pemirsa televisi
yang ingin melihatnya 
seperti apa serunya
Hehehehe………….

Entah, siapa pun di zaman serba terbuka dan bisa cuap apa saja
–terlebih ketika media sosial telah menjadi ruang katarsis sekaligus
narsis—maka mem-bully sebuah
peristiwa adalah sebuah keniscayaan. Apalagi, sosok yang sedang disorot dan
disajikan dalam kemasan tontonan adalah artis. Sosok Raffy Ahmad yang pernah
kesandung kasus hukum, rasanya menjadi sesuatu.
Televisi sebagai media massa elektronik, memang mampu mengubah dalam
sekejap citra diri sosok siapa pun. Orang biasa dapat tiba-tiba menjadi hebat
berkat ditayangkan televisi. Sebaliknya, orang hebat sekelas tokoh partai,
birokrat, artis yang semula hebat pun dalam hitungan detik bisa terpuruk
lantaran kasus yang menjeratnya ditayangkan berulang-ulang lewat layar kaca.  
Lihat dan pelototilah, ketika televisi menayangkan cokokan KPK (Komisi
Pemberantasan korupsi) usai diperiksa dengan 33 pertanyaan, bahkan mungkin cuma
sampai 10 pertanyaan, namun cokokan tadi langsung ketahuan bahwa ia maling uang
negara dan disangkakan sebagai koruptor. Kita diperlihatkan, bagaimana anggun
dan songongnya para maling tersebut. Walau sudah dirompi oranye, tanda bahwa ia
tersangka toh ketika digiring dan melewati himpunan wartawan cetak dan
elektronik, dengan sementung ia masih sempat melambaikan tangan, senyum, dan
membusungkan dada. Padahal, ia setali tiga uang dengan maling ayam dan maling
celana dalam, yang layak digebuki massa, sebelum diserahkan ke pihak kepolisian
dan KPK. Hehehehe
Hak Trans Tv menayangkan acara apa pun. Hak kedua mempelai dan
keluarganya untuk melaksanakan perhelatan akbar senilai triliunan rupiah. Hak
penonton televisi untuk menyikapi tontonan gratis yang ia pelototi tiap saat. Hak
orang-orang kecil yang ketika hajatan pernikahan atau khitan cuma mampu
walimahan, undang tetangga dan doa penuh harap yang disampaikan melalui  Kyai, cemburu melihat hajatan Gigi-Raffi.  Hak KPI
untk menegur secara tertulis tayangan yang membuat masyarakat terbuai dengan
mimpi tanpa memandang realitas. Hak netizen
untuk mengunggah cuit, cuap, status atau apa pun sesukanya, asal masih dalam
lingkup etis.
Mengapa perlu ditekankan sesukanya, asal masih dalam lingkup etis? Saya sering
membaca di media sosial cacian, hujatan yang mengarah pada bully. Saya juga pernah membaca meme
 yang menurut saya telah melecehkan
sosok Presiden SBY dan ini berlanjut ketika pipres. Melihat dan membaca dengan
olok-olok yang sudah keterlaluan itu, entah mengapa, saya merasa tak nyaman.
Apakah sebagai bangsa kita baru merdeka untuk mengekspresikan diri?
Apakah sebagai warga terdidik, kita layak mengumpat dengan kecerdasan pikir
nalar kita yang demikian diagungkan, dengan bahasa yang membuat kita miris!***