GKR Hemas akan Jadi Pembicara Seminar Kebangkitan Nasional di SMA Xaverius Pringsewu

Bagikan/Suka/Tweet:
GKR Hemas (dok)

PRINGSEWU, Teraslampung.com- Ratu Kesultanan Yogyakarta, Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Hemas, akan  menjadi salah satu pembicara pada Seminar Kebangkitan  Nasional yang digelar Xaverians Pringsewu. Senin (11/5) mendatang di Aula SMA Xaverius Pringsewu.

Selain  GKR Hemas, beberapa tokoh nasional lainnya juga akan hadir sebagai  narasumber. Antara lain Laksdya TNI (Purn) Y. Didik Heru Purnomo (mantan Kasum TNI), Fransiscus Welirang (pengusaha), KH. Maman Imanulhaq (anggota DPR RI Fraksi PKB), DR.dr. Sugiri Syarief (mantan Kepala BKKBN), dan Mgr. Y. Harun Yuwono Pr (Uskup Tanjung Karang Lampung). Seminar akan dipandu oleh  Tri Agung Kristanto (redaktur Harian Kompas).

Tema yang diusung pada seminar kebangkitan tersebut, “Xaverius Pringsewu Turut Membangun Indonesia”

Seminar yang didukung dari Gerakan Ekayastra Unmada (Semangat Satu Bangsa) dari wartawan, oleh wartawan dan untuk Indonesia bertujuan mengaktualisasi nilai-nilai perjuangan para pendiri bangsa dan negara, memberi nilai kebangkitan dan menggerakkan para Xaverians yang tersebar di Indonesia untuk ikut terlibat dalam pembangunan manusia Indonesia seutuhnya di manapun mereka berada.

Ikut serta dalam pendidikan generasi baru yang berawal dari keluarga, serta melihat posisi daerah yang strategis sebagai kota hub (penghubung) di wilayah Lampung. Khusunya dan pulau Sumatera pada umumnya, Xaverians dan para alumni sekolah lain di Pringsewu didorong untuk mempercepat pembangunan Pringsewu.

Dalam rilisnya Ketua Panitia Seminar Kebangkitan Nasional. Harry H. Limaran, mengatakan Pringsewu menjadi kabupaten sejak November 2008 dulunya adalah sebuah kampung yang bernama Margakaya dan dihuni suku asli Lampung-Pubian yang tinggal di tepi aliran Sungai (Way) Tebu.

Margakaya berubah demografinya ketika Belanda pada jaman kolonialisasinya tahun 1925 mendatangkan masyarakat dari Pulau Jawa ke daerah tersebut. Kedatangan masyarakat Jawa yang mirip dengan “bedol desa” untuk bekerja diareal perkebunan kemudian mendorong kebutuhan akan areal pemukiman baru dengan cara membabat hutan bambu yang sangat lebat. Dan kemudian nama daerah itu disebut Pring Sewu (Bambu Seribu).

Kota ini berkembang pula karena kebutuhan pendidikan, yang kemudian kelak Pringsewu juga disebut sebagai kota Pendidikan di Lampung. Saat ini, Pringsewu juga tercatat sebagai salah satu kota terbesar di Propinsi Lampung dan sebagai kabupaten Terpadat di Propinsi Lampung.

Pringsewu adalah Indonesia Mini dengan berbagai suku, agama, ras yang hidup berdampingan dalam kerukunan dengan segala keragaman tersebut.

Pringsewu menjadi daerah tujuan pengembangan pembangunan karena posisinya yang strategis di wilayah Propinsi Lampung bahkan Nusantara.

Saat itu didesak kebutuhan akan oendidikan bagi anak-anak jawa didirikanlah Beda School oleh Konggregasi Suster-suster Fransiskan dari Santo Georgius Martir Thuine (Kongregation der Franzizkanerinnen VM.HI. Maertyer Georg) tidak lama setelah kedatangan para suster perintis dari Jerman pada 4 Juni 1932. Nama Beda diambil dari nama seorang rahib Benekditin yang menetap di Biara Northumbria, Inggris.

Dari Beda Scholl inilah kemudian menjadi cikal dari sekolah-sekolah yang berada di bawah Yayasan Fransiskus Xaverius Lampung.

Sejak saat itu, banyak berdiri sekolah-sekolah yang kemudian mendorong sebutan Pringsewu sebagai kota pelajar khususnya di Wilayah Lampung Bagian Selatan.

Melihat sejarah panjang dari kota Pringsewu dalam tatanan NKRI, para Xaverians (kelompok alumni Sekolah Xaverius) menganggap perlu mengadakan seminar Nasional dengan Thema Xaverius Pringsewu Untuk Indonesia.

Andoyo